Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Maling (Drama Tarling) untuk Pembelajaran Merancang Pementasan dan Mendemonstrasikan Drama sebagai Seni Pertunjukan pada Siswa SMA Saroni Saroni; Nana Triana Winata
Diglosia : Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol 5, No 1 (2021): Februari
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.303 KB)

Abstract

Seni pertunjukan tarling di Indramayu merupakan pertunjukan teater tradisional. Kondisi ideal yang diharapkan adalah seni pertunjukan tarling sebagai identitas daerah Indramayu tetap lestari, tetapi ternyata semakin pudar dan tak bertenaga. Dengan demikian, perlu adanya revitalisasi budaya lokal melalui pemberdayaan generasi muda. Upaya revitalisasi seni pertunjukan tarling merupakan upaya pemertahanan eksistensi kesenian tradisional tarling kepada generasi muda. Revitalisasi perlu segera dilakukan karena seni pertunjukan tarling telah hampir punah karena tidak menjadi sebuah industri yang berasal dari kreativitas senimannya. Dalam pembelajaran sebuah perencanaan sangat dibutuhkan guru dalam proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Perencanaan pembelajaran ini dapat membantu guru untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran di kelas. Perencanaan yang dilakukan guru yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP). RPP yang disusun guru bahasa Indonesia di SMA dalam pembelajaran merancang dan mendemonstrasikan drama sebagai seni pertunjukan telah mengikuti ketentuan yang sesuai dengan Kurikulum 2013 pada kompetensi dasar 3.19.1 yaitu mengidentifikasi isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton, dan 3.19.2 yaitu merancang pementasan dan mendemonstrasikan drama sebagai seni pertunjukan dengan memerhatikan tata panggung, kostum, tata musik, dan sebagainya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) rencana pelaksanaan pembelajaran drama tarling pada materi merancang pementasan dan mendemonstrasikan drama sebagai seni pertunjukan, 2) hasil melatih drama tarling pada siswa SMA (pembentukan kelompok, penulisan naskah, proses latihan, dan proses perekaman drama), 3) kendala dalam melatih drama tarling pada siswa SMA, 4) upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam melatih drama tarling pada siswa SMA. Adapun metode pada penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, sosialisasi, pelatihan, diskusi, dan monitoring. Hasil penelitian, peserta yang mengikuti pelatihan sejumlah 30 siswa SMA se-Indramayu. Pelatihan MALING (Drama Tarling) dalam penelitian ini meliputi olah tubuh, olah mimik, olah suara, dan olah imajinasi. Kendala dan upaya untuk mengatasi hal yang dihadapi oleh peneliti dalam melaksanakan pelatihan MALING (Drama Tarling) terlihat dari beberapa segi antara lain; peserta didik, waktu, dan bahan ajar.Kata Kunci: Drama, Tarling, Siswa SMA, Indramayu
PERBANDINGAN GAYA BAHASA CERPEN ANGKATAN 66 DENGAN ANGKATAN 2000 Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v3i2.19

Abstract

Sejarah perkembangan sastra nasional terletak pada adanya kesinambungan antara satu periode dengan periode lainnya, baik ditinjau dari segi formal maupun dari segi perkembangan masyarakatperbandingan karya sastra dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman dalam mengapresiasi karya sastra. Salah satunya adalah membandingkan gaya bahasa cerpen Angkatan 66 dengan Angkatan 2000. Akan tetapi kurangnya pengetahuan siswa mengenai gaya bahasa dalam karya sastra khususnya cerpen. Pembelajaran sastra yang digunakan kurang bervariatif, siswa dan guru belum banyak mengenal angkatan dalam sejarah sastra khususnya 66 dan 2000. Rumusan masalah dalam penelitian ini; 1) bagaimanakah gaya bahasa cerpen Angkatan 66?; 2) bagaimana gaya bahasa cerpen Angkatan 2000?; 3) adakah perbedaan gaya bahasa cerpen Angkatan 66 dan Angkatan 2000? Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, suatu metode yang peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel, sumber data dilakukan secara sengaja dan, teknik pengumpulan dengan gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif. Maka dapat diketahui bahwa; 1) Angkatan 66 lebih banyak menggunakan gaya bahasa pada cerpennya dibandimgkan dengan Angkatan 2000; 2) persamaan pada penggunaan gaya bahasa yang sering muncul, yaitu sama-sama sering menggunakan gaya bahasa hiperbola atau menyatakan suatu pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian; 3) perbedaan yang terjadi pada gaya bahasa cerpen dari kedua angkatan tersebut Angkatan 66 lebih banyak menggunakan gaya bahasa metafora atau majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis sedangkan Angkatan 2000 yang lebih banyak menggunakan gaya bahasa pleonasme atau majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata. Kata Kunci: perbandingan, gaya bahasa, cerpen, Angkatan 66, Angkatan 2000.
CITRA LAKI-LAKI PADA NOVEL AYAT-AYAT CINTA 2 KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY BERDASARKAN KAJIAN FEMINISME SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v3i1.23

Abstract

Latar belakang masalah penelitian ini sebagai berikut. (1) Tokoh novel sebagai sarana untuk mewakili idealisme pengarang; (2) Laki-laki selalu beroposisi dengan perempuan;(3) Gambaran respon orang Islam tentang isu gender berbeda; (4) Pembelajaran sastra cenderung kepada struktur intrinsiknya saja; (5) Guru belum dapat melaksanakan model pembelajaran sastra dengan baik. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah struktur intrinsik novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy?; (2) Bagaimanakah citra laki-laki ditinjau dari kajian feminisme pada novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy?;(3) Apakah novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy layak digunakan sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA?; Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan, (1) struktur intrinsik novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy; (2) citra laki-laki pada novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy; (3) kelayakan novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA; Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, struktur intrinsik dalam novel Ayat-ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy memuat tema perjuangan, cinta kasih dan perdamaian dengan tokoh utama laki-laki yang religius, sederhana, suka menolong namun tetap bersikap profesional dalam menghadapi persoalan kehidupan; menggunakan alur linear berlatar Edinburgh dan Oxford terjadi pada musim dingin, semi dan panas serta berlatar sosial kehidupan masyarakat yang bebas; penceritaan menggunakan sudut pandang persona ketiga; secara umum mengandung amanat agar mengajarkan kebaikan dimulai dari diri sendiri. Citra laki-laki pada novel tersebut memiliki citra di ranah publik, biologis dan domestik. Novel tersebut memenuhi kriteria yang layak sebagai bahan ajar sastra, baik dari aspek bahasa, psikologis dan latar belakang budaya siswa. Kata Kunci : novel, citra, laki-laki, feminisme, gender, bahan ajar dan model pembelajaran
PERAN RETORIKA DALAM BIDANG PENDIDIKAN Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v2i1.38

Abstract

Retorika adalah ilmu yang mempelajari kegiatan bertutur baik secara lisan ataupun tulisan. Retorik selalu terlibat dalam kehidupan bertutur masyarakat. Selama tindak dan usaha dalam kegiatan bertutur dilakukan orang selama tindak dan usaha itu dimaksudkan mempengaruhi pihak lain dan selama maksud mempengaruhi selalu ada dalam setiap kegiatan bertutur, maka selama itu pula orang terlibat dengan masalah retorik. Dengan kata lain tidak ada orang yang terlepas sama sekali dari retorik, sepanjang dia masih menyediakan diri hidup bermasyarakat. Dikatakan demikian atau kegiatan bertutur menggunakan bahasa sebagai media tutur, pemanfaatan retorika dalam bidang pendidikan ini artinya pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam peningkatan kualitas dan juga kuantitas. Ada berbagai bidang profesi yang memanfatkan retorik secara perencana yang di maksudkan pemanfaatan retorik secara perencana ini ialah penggunaan retorik yang direncanakan sebelumnya secara sadar yang diarahkan ke suatu tujuan yang jelas. Perencanaan serta penggunaan ini tentu saja mendapat pengolahan yang baik sebelumya. Adapun bidang pendidikan yang memafaatkan langsung secara terencana salah satunya ialah pendidikan. Pendidikan harus diawali dengan dua pengamatan dasar, pertama bahwa orang-orang dengan pendidikan yang lebih tinggi berbeda dengan orang yang kurang berpendidikan. Pengamatan kedua adalah perubahan individu yang terjadi setelah mereka mendapatkan yang lebih tinggi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah retorika sangat berpengaruh pada tujuan tuturan yang ingin dicapai sehingga perlu sekali adanya persiapan dan perlu ada perencanaan terlebih dahulu dalam melakukan kegiatan bertutur. Seorang guru yang membina peserta didik harus menggunakan retorika yang baik, tujauannya adalah untuk mencapai target pendidikan itu sendiri, bahkan lebih dari itu guru menggunakan retorik yang baik agar membuat peserta didiknya betah dan bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dominansi topik tutur ini diperkuat dengan tindak tutur, dimana tampak terlihat bagaiman seorang guru melakukan tindakan yang sekiranya memancing penerima tutur untuk tertarik bahkan bersemangat dalam mengikuti kegiatan bertutur ini. Dua aspek tersebut memang penutur lakukan agar apa yang ingin disampaikan bisa tercapai tentunya lewat pendidikan.
PERPUSTAKAAN DAN MINAT BACA SISWA Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v1i1.45

Abstract

Anak merupakan investasi yang paling berharga bagi setiap orang tua. Karena dengan hadirnya seorang anak akan menimbulkan berbagai harapan di dalam benak setiap orang tua. Setiap orang tua juga menginginkan anak-anak mereka cerdas dan memiliki wawasan yang luas, dan kecerdasan dapat dipupuk dalam diri anak sejak usia dini. Menumbuh kembangkan minat baca anak pada usia dini adalah dengan membaca, jika anak dapat membaca sejak usia dini, maka hal itu dapat membuka wawasan mereka lebih jauh lagi. Prestasi siswa yang tinggi merupakan dampak dari keberadaan perpustakaan di sekolah. Prestasi yang tinggi karena keterampilan siswa dalam membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti fasilitas perpustakaan dan kinerja pustakawan yang ada di perpustakaan. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu kurangnya fasilitas perpustakaan yang memadai, rendahnya ketrampilan pustakawan dibeberapa perpustaan sekolah. Peranan perpustakaan sangat menunjang prestasi pendidikan di sekolah, perpustakaan sangat penting dan harus ada pada setiap sekolah. Dijenjang pendidikan pengelolaan perpustakaan harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Rumusan masalah karya tulis ilmiah ini adalah (1) Bagaimana deskripsi peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah ? dan (2) Bagaimana deskripsi cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan minat baca siswa? Data diperoleh melalui studi kepustakaan. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Peranan perpustakaan sangat menunjang prestasi pendidikan di sekolah; (2) perpustakaan sangat penting dan harus ada pada setiap sekolah di semua jenjang pendidikan; dan (3) Pengelolaan perpustakaan harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Rekomendasi yang diajukan adalah (1) sebaiknya perpustakaan dikelola sesuai dengan tujuan dan fungsinya dan (2) Peran pengelola perpustakaan / pustakawan yang profesional hendaknya mendapatkan bekal yang cukup sehingga menjadi pustakawan yang handal dan profesional. Keywords : Perpustakaan, Minat Baca Siswa
ANALISIS STRUKTURALISME NASKAH DRAMA TARLING “DOKTER PALSU” KARYA HJ. DARIYAH Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v4i2.51

Abstract

Tarling is a musical intellectual that contributes to the uplift of Indramayu's cultural arts. According to Hidayatulla (2005) the art of tarling still exists and is developing, but its existence does not receive much attention from the community, especially the younger generation. The cultural development is emphasized by Maknum (2004: 81) the process of art development is influenced by several factors namely scientific, environmental, and time factors. All three take place interactively. As a cultural product, art in its development will be subject to the main laws that govern human development. The diversity of Tarling music that continues to change and develop in the wider community, is feared to reduce the function of identity, as well as undergoing changes in shape which ultimately is not impossible that will farther and lose its original form. The main objective of this research is an effort in the inheritance and preservation of Indramayu culture by realizing the design of the staging of the Tarling drama script "Fake Doctor" by Hj. Dariyah by analyzing the structure of the Tarling drama script "Fake Doctor" by Hj. Dariyah covers the analysis of themes, characterizations, and plot. The study was designed in 1 (one) year using qualitative methods. This research provides a fundamental contribution related to a field of science through the performance of the Tarling drama script "Fake Doctor" by Hj. Dariyah. First, students who are involved as drama players not only get literary theory in lectures, but students also gain experience in practicing literary science in a performance. Second, the results of this study can be used as an alternative to be staged in the tarling groups throughout Indramayu Regency. Third, the results of this study can be taken into consideration for local governments related to the cultural heritage and preservation of Indramayu. Tarling merupakan karya intelektual musik yang memberikan andil mengangkat nilai seni budaya Indramayu. Menurut Hidayatulla (2005) seni tarling masih ada dan berkembang, tetapi keberadaannya kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat terutama generasi muda. Perkembangan budaya tersebut dipertegas oleh Maknum (2004:81) proses perkembangan seni dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ilmiah, lingkungan, dan waktu. Ketiganya berlangsung secara interaktif. Sebagai produk kebudayaan, kesenian dalam perkembangannya akan tunduk kepada hukum-hukum utama yang mengatur perkembangan manusia. Beragamnya musik Tarling yang terus berubah dan berkembang di masyarakat luas, dikhawatirkan mengurangi fungsi identitas, serta mengalami perubahan bentuk yang akhirnya bukan mustahil akan semakin jauh dan kehilangan bentuk aslinya. Tujuan utama penelitian ini adalah upaya dalam pewarisan dan pemertahanan budaya Indramayu dengan cara merealisasikan rancangan pementasan naskah drama tarling “Dokter Palsu” Karya Hj. Dariyah dengan menganalisi struktur naskah drama tarling “Dokter Palsu” Karya Hj. Dariyah meliputi analisis tema, penokohan, dan alur. Penelitian dirancang dalam 1 (satu) tahun menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini memberikan kontribusi mendasar terkait suatu bidang ilmu melalui pementasan naskah drama tarling “Dokter Palsu” Karya Hj. Dariyah. Pertama, mahasiswa yang terlibat sebagai pemain drama tidak hanya mendapatkan teori sastra saja pada perkuliahan, namun mahasiswa juga memeroleh pengalaman dalam mempraktikan ilmu sastra dalam sebuah pementasan. Kedua, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif untuk dipentaskan pada group tarling se-Kabupaten Indramayu. Ketiga, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah terkait dengan pewarisan dan pemertahanan budaya Indramayu.
MALING (DRAMA TARLING) PADA SISWA-SISWA SMA SE-KABUPATEN INDRAMAYU Saroni Saroni; Nana Triana Winata
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v5i2.94

Abstract

ABSTRAK Seni pertunjukan tarling di Indramayu merupakan pertunjukan teater tradisional. Kondisi ideal yang diharapkan adalah seni pertunjukan tarling sebagai identitas daerah Indramayu tetap lestari, tetapi ternyata semakin pudar dan tak bertenaga. Dengan demikian, perlu adanya revitalisasi budaya lokal melalui pemberdayaan generasi muda. Upaya revitalisasi seni pertunjukan tarling merupakan upaya pemertahanan eksistensi kesenian tradisional tarling kepada generasi muda. Revitalisasi perlu segera dilakukan karena seni pertunjukan tarling telah hampir punah karena tidak menjadi sebuah industri yang berasal dari kreativitas senimannya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, peneliti merancang penelitian sebagai berikut: 1) menyebarkan angket pada siswa-siswa SMA di Kabupaten Indramayu terkait dengan minat drama, 2) melakukan pelatihan MALING (Drama Tarling) bagi siswa-siswa SMA di Kabupaten Indramayu, 2) untuk menunjang pelatihan MALING (Drama Tarling) maka, peneliti melakukan kerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk memanfaatkan alat-alat gamelan tarling sebagai penunjang dalam melakukan penelitian, 4) untuk membantu program kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu yaitu mengadakan malam pementasan drama di taman kota Indramayu, maka tim merancang sebuah pementasan per kelompok untuk dapat dipentaskan setiap minggunya, 5) menyebarkan angket pada siswa-siswa SMA di Kabupaten Indramayu yang mengikuti pelatihan MALING (Drama Tarling) untuk mengetahui perkembangan minat drama. Hasil penelitian melalui angket awal yang disebar menunjukan bahwa aspek pengetahuan dengan nilai 331 kategori baik, aspek minat dengan nilai 297 kategori baik, aspek apresiasi dengan nilai 307 kategori baik, aspek sikap dengan nilai 291 kategori baik, dan yang terakhir aspek harapan dengan nilai 286 kategori baik. Jika dibandingkan antara angket awal dan akhir, adanya peningkatan minat dan keterampilan siswa dalam bermain drama. Pada aspek pengetahuan dengan nilai 425 kategori sangat baik, aspek minat dengan nilai 407 kategori sangat baik, aspek apresiasi dengan nilai 419 kategori sangat baik, aspek sikap dengan nilai 412 kategori sangat baik, dan yang terakhir aspek harapan dengan nilai 434 kategori sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya pelatihan MALING dapat membantu dalam meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam bermain drama. Oleh karena itu pelatihan MALING (Drama Tarling) perlu direkomendasikan dan diharapkan tetap berlanjut untuk kelestarian seni budaya Indramayu. Kegiatan ini sangat efektif dalam menumbuhkan minat siswa-siswa/generasi baru dan eksistensi kesenian tradisional tarling kepada generasi muda dalam bermain drama tarling. Kata Kunci : Drama, Tarling, Siswa SMA, Indramayu.
HEGEMONI GRAMSCI DALAM NOVEL LAUT BERCERITA KARYA LEILA S. CHUDORI: SEBAGAI KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Nurhani Safitri; Eli Herlina; Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v7i2.283

Abstract

Karya sastra umumnya melihat suatu fenomena yang terjadi di lingkungan sosial dalam mengungkapkan suatu masalah yang terjadi. Sastra dipandang sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang secara turun temurun dilestarikan kepada generasi bangsa Indonesia dan diakui sebagai wahana pendidikan moral dan karakter (Clark dalam Juanda, 2016: 2-3). Novel merupakan salah satu genre sastra yang berbentuk prosa fiksi. Novel menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dalam novel Laut Bercerita karya Laila S. Chudori menceritakan sebuah pergerakan yang dilakukan para mahasiswa pada masa Orde Baru terjadinya sebuah pergerakan aktivis tahun 1998-an. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrisikan bentuk-bentuk pergerakan yang ada dalam realita sosial dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Penelitian ini bersifat kualitatif. Data yang ada dalam penelitian ini berupa teks kata, frasa, kalimat, ataupun pragraf yang terdapat dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori yang mengarah sesuai dengan fokus permasalahan. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori yang terbit tahun 2017 oleh badan penerbit Kepustakaan Populer Gramedia dengan jumlah halaman 379. Dari pembahasan tersebut peneliti memperoleh kesimpulan bahwa aspek hegemoni Gramsci dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori dalam sudut kajian sosiologi sastra terdapat beberapa aspek, yaitu budaya/kebudayaan, ideologi, kaum intelektual, negara, ekonomi.
ANALISIS STEREOTIP GENDER “FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK” (KAJIAN FENIMISME MARXIS) SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA SISWA SMA KELAS XI Erlina Andriyanti; Eli Herlina; Saroni Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v8i1.320

Abstract

Drama merupakan sebuah karya sastra yang berusaha mengungkapkan sisi kehidupan manusia dalam bentuk dialog dan diproyeksikan dalam bentuk pentas. Berdasarkan sarana pementasannya salah satu jenis drama adalah film. Film dapat disebut juga sebuah media untuk mengekspresikan tindak tutur kata tiruan kehidupan manusia. Film yang berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” mengisahkan tentang kisah seorang perempuan bernama Hayati yang tidak dapat bersatu dengan pria yang dicintainya, karena keterikatan stereotip perempuan dalam budaya Minangkabau. Film ini dapat diarahkan dalam fokus analisis stereotip gender, khususnya pada perempuan. Stereotip gender merupakan bentuk pelabelan terhadap suatu jenis kelamin yang seringnya bersifat negatif dan pada umumnya menyebabkan ketidakadilan. Tujuan penelitian ini yaitu mendesripsikan analisis stereotip gender pada Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sebagai Bahan ajar sastra siswa SMA Kelas XI. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam penganalisisannya. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kajian fenisme menurut Marxis. Data yang didapatkan dalam penelitian ini bersumber dari Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik dokumentasi dan catat. Hasil analisis yang didapatkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa menunjukan adanya stereotip gender dalam Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick banyak memperlihatkan stereotip yang merugikan terhadap perempuan, diantaranya perempuan rawan menjadi fitnah bagi masyarakat, Perempuan ditempatkan dalam posisi seperti pajangan dan hiburan, perempuan sebagai pihak yang konsumtif dan hedon, seorang istri yang harus selalu menunggu suaminya pulang dirumah, urusan selain urusan rumah tangga merupakan urusan laki-laki dan bukan menjadi urusan perempuan, perempuan digambarkan seperti sebuah barang yang bisa dimiliki asal mempunyai harta kekayaan dan juga dapat diberikan pada orang lain. Terkait dengan hal tersebut, Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memberikan kontribusi yang positif terhadap pembelajaran sastra, yaitu menjadi bahan ajar sastra siswa SMA kelas XI.
BAHAN AJAR MENYAJIKAN TEKS PERSUASIF DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP/MTS Ika Nurmalia Indah; Eli Herlina; Saroni Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v8i2.553

Abstract

This research is motivated by the problem of teaching materials used by teachers and students. So far, persuasive text teaching materials used in class VIII SMP/MTs are still very limited. The learning process with a lack of appropriate techniques and media is one of the factors in learning persuasive texts that are less attractive and difficult. The formulation of the problem in this study is formulated as follows. (1) How do the teaching materials present persuasive texts with serial picture media for Grade VIII students of SMP/MTs?; (2) Are teaching materials presenting persuasive texts using serialized images media appropriate to be used as alternative teaching materials for class VIII students of SMP/MTs?; (3) How is the student's response to teaching materials presenting persuasive texts with serial picture media for Grade VIII students of SMP/MTs? The purpose of this research is to know and describe: (1). teaching materials presenting persuasive texts with serial picture media for class VIII students of SMP/MTs; (2) the feasibility of teaching materials in presenting persuasive texts with serial picture media for class VIII students of SMP/MTs; (3) student responses to teaching materials presenting persuasive texts with serial picture media for class VIII students of SMP/MTs. The method used in this research is descriptive method with a qualitative approach. The data sources for this study were respondents, namely two Indonesian language teachers as validators and five students of class VIII SMP. Meanwhile, the data in this study were from previous research, reference books, and similar research journals. The techniques used are interview techniques and questionnaires or questionnaires. Based on the results of the study it can be concluded as follows. (1) The teaching materials are arranged in a systematic and structured manner in accordance with KD in the 2013 Curriculum. The teaching materials present persuasive texts with serial picture media including instructions for using modules, concept maps, core competencies, student worksheets and answer key sheets. Teaching materials presenting persuasive texts have two learning activities, namely examining the structure and language rules of persuasive texts and presenting persuasive texts. (2) The results of the combined validation between material experts and media experts obtained an average value of 86.50%. This value indicates that teaching materials presenting persuasive text with serial image media are very valid and appropriate to use. (3) The results of student responses or responses as a whole to teaching materials, obtained an average value of 87.5. This value indicates that the five students responded very well to teaching materials presenting persuasive texts using serial picture media.