Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENINGKATAN KUALITAS KEMASAN DAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK MADU RATU RIDEN Talitha Sisy Felicia; Almira Almira; Nelsa Saputri; Randi Syafutra
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 2 (2024): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v7i2.541-546

Abstract

Tujuan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) adalah untuk meningkatkan kualitas kemasan dan strategi pemasaran Produk Madu Batu Riden. PkM ini dilakukan dengan dua metode secara bertahap, yaitu: (1) Wawancara Tidak Terstruktur dan (2) Pendampingan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Produk Madu Batu Riden tidak maju karena dua kendala, yaitu: (1) kemasan produk yang tidak menarik dan (2) pemasaran produk yang terbatas. Hal ini menjadi dasar bagi Tim PkM untuk segera melaksanakan pendampingan. Pendampingan yang dilakukan Tim PkM berupa pendampingan pembuatan kemasan produk dan pendampingan pemasaran produk melalui platform digital. Pada akhirnya, melalui PkM ini, Produk Madu Batu Riden memiliki kemasan yang menarik dan platform digital sebagai strategi pemasaran yang lebih efektif.
PENGEMBANGAN KUALITAS KEMASAN DAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK MADU KELULUT KITE Tibrin Sonya; Randi Syafutra
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 2 (2024): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v7i2.457-461

Abstract

Tujuan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) adalah untuk mengembangkan kualitas kemasan dan strategi pemasaran Produk Madu Kelulut Kite. PkM ini dilakukan dengan dua metode secara bertahap, yaitu: (1) Wawancara Tidak Terstruktur dan (2) Pendampingan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Produk Madu Kelulut Kite tidak berkembang dengan baik karena dua kendala, yaitu: (1) kemasan produk yang tidak menarik dan (2) pemasaran produk yang terbatas. Hal ini menjadi dasar bagi Tim PkM untuk segera melaksanakan pendampingan. Pendampingan yang dilakukan Tim PkM berupa pendampingan pembuatan kemasan produk dan pendampingan pemasaran produk melalui platform digital. Pada akhirnya, melalui PkM ini, Produk Madu Kelulut Kite memiliki kemasan yang menarik dan platform digital sebagai strategi pemasaran yang lebih efektif.
Satwa yang Dimanfaatkan sebagai Obat Tradisional di Desa Tempilang dan Ranggas, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Randi Syafutra; Tibrin Sonya; Zaki Irpandi; Almira Almira; Sandi Kirana; Adinda Ersya; Andika Saputra
SPIZAETUS: JURNAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI Vol 5, No 1 (2024): Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi
Publisher : Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55241/spibio.v5i1.347

Abstract

. Tempilang dan Ranggas merupakan dua desa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang masih memanfaatkan satwa sebagai obat tradisional. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi data pemanfaatan satwa sebagai obat tradisional oleh masyarakat Desa Tempilang dan Ranggas. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dari September hingga November 2022. Pengumpulan data penelitian melalui survei dan pemilihan informan menggunakan snowball sampling. 14 informan terpilih kemudian diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang disiapkan. Analisis data penelitian dilaksanakan secara kualitatif (menggunakan statistika deskriptif) dan kuantitatif (menghitung RFC dan ICF). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pemanfaatan satwa sebagai obat tradisional masih dipraktikkan karena berbagai alasan yang saling terkait. Keterbatasan akses ke layanan kesehatan modern mendorong masyarakat untuk mengandalkan pengetahuan turun-temurun yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya mereka. Pemanfaatan satwa ini terbukti efektif dan mudah dijangkau, serta memiliki nilai budaya dan spiritual yang memengaruhi pilihan pengobatan. Dengan adanya korelasi positif antara usia informan dan tingkat pengetahuan terkait pemanfaatan satwa sebagai obat tradisional, menunjukkan bahwa informan berusia >45 tahun memiliki pengetahuan yang lebih luas karena pengalaman hidup yang lebih banyak. Namun, perlu diperhatikan bahwa beberapa spesies yang dimanfaatkan tersebut memiliki status konservasi yang terancam. Perlindungan yang lebih intensif/ketat dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup mereka, sehingga kerjasama yang kuat dibutuhkan antara pemerintah, lembaga konservasi, dan komunitas lokal.