B Pramudya
Dosen FATETA IPB

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Design Pengembangan Hortikultura Tahunan Berkelanjutan Di DAS Ciliwung Hulu Wibawa, W D; Hardjomidjojo, H; Irianto, Guntur; Pramudya, B
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 2 (2010): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Kondisi hidrologis DAS Ciliwung Hulu saat ini dalam keadaan kritis akibat dari penurunan areal vegetasi,khususnya tanaman tahunan yang mempunyai fungsi utama menahan, menangkap, menguapkan, dan mengalirkanair hujan ke dalam tanah maupun di atas permukaan tanah, sebagai bagian penting dari siklus hidrologi. Untukmemperbaiki kondisi hidrologis DAS bagian hulu sebagai wilayah tangkapan air, maka diperlukan peningkatan arealtutupan lahan dengan tanaman tahunan yang sekaligus mampu memenuhi kriteria secara ekonomis menguntungkan,ramah lingkungan, dan dapat diterima oleh masyarakat. Tujuan penelitian ialah menentukan jenis tanaman hortikulturatahunan yang memenuhi kriteria yang diharapkan dan sesuai dengan wilayah pengembangan di DAS CiliwungHulu. Untuk itu diidentifikasi lahan yang terdiri atas 30 unit lahan >700 m dpl. dan 21 unit lahan <700 m dpl..Penelitian berhasil mengidentifikasi penyebaran 24 jenis tanaman hortikultura tahunan di masing-masing unit lahan.Berdasarkan kombinasi antara jumlah dan sebaran tanaman, ditentukan 10 jenis tanaman hortikultura tahunan potensialmenggunakan metode perbandingan indeks kinerja. Kesepuluh jenis tanaman tersebut berturut-turut ialah nangka,lengkeng, durian, melinjo, mangga, alpokat, rambutan, limus, petai, dan jengkol. Dengan menggunakan kombinasianalisis kesesuaian lahan, jumlah, dan sebaran tanaman, ditetapkan arahan rekomendasi pengembangan tanamanhortikultura tahunan, yang merupakan tanaman dominan untuk dikembangkan di DAS Ciliwung Hulu. Hasil analisisfinansial menunjukkan bahwa tanaman lengkeng mempunyai nilai NPV tertinggi sebesar Rp42.278.400,00, sedangkantanaman mangga dengan nilai NPV terendah, yaitu Rp13.205.675,00. Kombinasi pola tanam alpokat-nangka-lengkengmenunjukkan nilai NPV tertinggi, yaitu sebesar Rp38.779.187,00.ABSTRACT. Wibawa, W.D., H. Hardjomidjojo, G. Irianto, and B. Pramudya. 2010. The Development Designof Sustainable Perennial Horticulture in Upper Ciliwung Watershed. Hydrological condition of Upper CiliwungWatershed is critical due to rapid decrease of the perennial vegetation area which has a main function to catch anddeliver rainfalls into the soil as part a hydrological cycle. To improve hydrological condition of upper watershed asa catchment area it is necessary to develop perennial vegetation which are economically beneficial, environmentallyfriendly, as well as socially accepted by the community. Therefore, the objective of this research was to determineperennial horticultural commodities and areas in the Upper Ciliwung Watershed. Land units have been identified anddelineated, 30 land units above 700 m asl. and 21 land units below 700 m asl.. Existing 24 perennial horticultures andtheir distribution have been identified and predicted. Combination of plant distribution and quantity was used as abase to select top 10 priority perennial horticultural plants by using comparative performance index (CPI) method.Ten commodities were identified such as jack fruit, longan, durian, Gnetum gnemon, mango, avocado, rambutan,Mangifera odorata, Parkia sp., and Pithecellobium. Combination of land suitability, number, and distribution ofselected perennial horticulture commodities in every land units as well as limitation of maximum three commoditiesto develop for each land unit has been used to recommend the development of perennial horticulture in every land unit.Jack fruit, avocado, durian, longan, and G. gnemon were the dominant recommended commodities to develop. Longanindicates the highest NPV (Rp42,278,400.00), meanwhile mango was the lowest (Rp13,205,675.00). Combinationof avocado-jack fruit-longan indicates the highest NPV (Rp38,779,187.00).
Alternatif Model Usahatani Konservasi Tanaman Sayuran di Hulu Sub-DAS Cikapundung Sutrisna, Nana; Sitorus, Santun RP; Pramudya, B; Harianto, Harianto
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 3 (2010): September 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Hulu Sub-DAS Cikapundung merupakan lahan kering dataran tinggi. Penggunaan lahan yang tidaksesuai dengan kesesuaian, menyebabkan lahan mengalami degradasi. Tujuan utama penelitian ini adalah merancangalternatif model usahatani konservasi tanaman sayuran di hulu Sub-DAS Cikapundung, sedangkan tujuan antara ialah(1) mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan existing sesuai dengan kesesuaian lahannya, (2) mengarakterisasiusahatani existing, dan (3) menganalisis komponen yang paling berpengaruh pada subsistem usahatani konservasi.Penelitian menggunakan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian penggunaan lahanexisting di hulu Sub-DAS Cikapundung tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas pH, KB, KTK,ketersediaan oksigen, dan lereng. Kegiatan usahatani yang dilakukan petani di hulu Sub-DAS Cikapundung sudahberorientasi agribisnis, sehingga penggunaannya sangat intensif, namun belum sepenuhnya menerapkan teknologikonservasi. Komponen yang paling berpengaruh pada subsistem usahatani adalah jenis tanaman, sistem penanaman, danpenggunaan bahan amelioran, sedangkan pada subsistem konservasi adalah konservasi mekanik dan penggunaan mulsa.Lima alternatif model usahatani konservasi tanaman sayuran di hulu Sub-DAS Cikapundung yang diperoleh, yaitu (1)model A: sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur,sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III, (2) model B: sistem usahatanikonservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan pupuk kandang, dipasang mulsa plastik, sistempenanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III, (3) model C: sistem usahatani konservasiteras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur, dipasang mulsa plastik, sistempenanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III, (4) model D: sistem usahatani konservasiteras gulud, bedengan searah lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III, dan (5) model E: sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan searahlereng, menggunakan pupuk kandang+kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III. Model A, B, dan C diarahkan untuk dapat diterapkan pada lahan dengankemiringan 16-25%, sedangkan model D dan E diarahkan pada lahan dengan kemiringan 8-15%. Untuk mempercepatpenerapan model usahatani konservasi oleh petani diperlukan kelembagaan penunjang usahatani konservasi.ABSTRACT. Sutrisna, N., Santun R.P. Sitorus, B. Pramudya, and Harianto. 2010. The Alternative ConservationFarming System Model on Vegetable Plants in Upstream Areas of Subwatershed Cikapundung. The upstreamarea of Subwatershed Cikapundung are located in the dry highland. Inappropriate land usage that doesn’t utilize itsland suitability causes land degradation. The main objective of this research was to design the alternative conservationfarming system model on vegetable plants in upstream areas of subwatershed Cikapundung. The other objectives were(1) to analyze suitability of existing land utilization, (2) to characterize existing farming system, and (3) to analyzethe most effective component of the conservation farming system. This research was conducted by using a surveymethod. The results showed that the category in accordant to existing land use was belong to marginally suitable(S3). The limited factors were pH, base saturation, CEC, drainage, and slope. The most influence component of theconservation farming system were kinds of vegetation, cropping system, ameliorant, conservation techniques, andplastic mulch. There were five alternative models of conservation farming system that can be used in upstream areas ofsubwatershed Cikapundung. Those were (1) model A: conservation farming system bench terraces, the embankmentcrosses the slope, uses of organic matter and lime, and planting of vegetables cropping system with categoriesI+III or II +III, (2) model B: conservation farming system bench terraces, the embankment crosses the slope, usesorganic matter, uses mulch, and planting of vegetables cropping system with categories I+III or II+III, (3) model C:conservation farming system bench terraces, the embankment one-way the slope, use organic matter and lime, usesmulch, and planting of vegetables cropping system with categories I+III or II+III, (4) model D: conservation farmingsystem gulud terraces, the embankment one-way the slope, uses organic matter and lime, and planting of vegetablescropping system with categories I+III or II+III, and (5) model E: conservation farming system gulud terraces, theembankment one-way the slope, uses organic matter and lime, uses mulch, and planting of vegetables cropping systemwith categories I+III or II+III. The alternative models A, B, and C can be used at sloping land 16-25%, meanwhilethe alternative models D and E at sloping land 8-15%. To accelerate the implementation of farming system modelby farmers, the supporting institution of conservation farming system is required.