Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

NEGOSIASI IDENTITAS DALAM REKONSILIASI KONFLIK ANTARETNIS (KASUS : RELASI ETNIS MADURA DENGAN ETNIS DAYAK) Prathama, Nikolaus Ageng
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 6, No 1 (2017): January 2017
Publisher : Master of Communication Science Program, Faculty of Social and Political Science, Diponego

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18370.499 KB) | DOI: 10.14710/interaksi.6.1.110-119

Abstract

ABSTRACTWhen a number of Madurese individual returned to the former conflict area in Central Kalimantan, the phenomena of identity negotiation in communication process between Dayaknese and Madurese individual has arisen. The events of social conflict between these two ethnic groups in 2001, tended to be a sensitive issue for Dayaknese and Madurese. Therefore, when Dayaknese and Madurese individual made contact and interact with each other, prejudice and negative stereotype were appeared. And then, mindful interethnics communication disturbed.The study based on genre of interpretive and phenomenology tradition, to get perceiver’s world, which is Dayaknese and Madurese individual, about identity negotiations in their daily interaction activities. Furthermore, by identity negotiation theory perspective, that accentuate mutual understanding among members of the dominant and minority groups, this study also seeks to gain meaning of individual relations of Dayaknese and Madurese ethnic which are understood by both parties in the framework of inter-ethnic conflict reconciliation.The results of this study indicate that relationships involving Dayak and Madura individuals in living together, have a positive development post social conflicts 2001. They could negotiated their own cultural identity in the process of daily interaction. However, there are still negative stereotypes, although their stereotypes do not completely block their intercultural interaction process. In addition, this study also revealed the results of the process of identity negotiation conducted by both parties. The form is the use of Dayaknese and Madurese Language and the existence of mixed marriages that are encouraged by both parties. The most prominent phenomenon in this Dayaknese and Madurese post-conflict individual relations is the cooperation made by the leaders to maintain good relations and prevent the emergence of social upheaval in the society.Key words: negotiations, reconciliations, conflict, Dayaknese, Madurese
Akomodasi Komunikasi Dalam Rekonsiliasi Konflik Antaretnis (Kasus : Relasi Etnis Madura dengan Etnis Dayak) NIKOLAUS AGENG PRATHAMA; Turnomo Rahardjo; Taufik Suprihatini
Interaksi Online Vol 1, No 3: Agustus 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.584 KB)

Abstract

AKOMODASI KOMUNIKASIDALAM REKONSILIASI KONFLIK ANTARETNIS(KASUS : RELASI ETNIS MADURA DENGAN ETNIS DAYAK)Ringkasan SkripsiDisusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikanPendidikan Strata IJurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas DiponegoroPenyusunNama : Nikolaus Ageng PrathamaNIM : D2C006063JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2013ABSTRAKSIJUDUL :NAMA :NIM :Akomodasi Komunikasi Dalam Rekonsiliasi Konflik Antaretnis (Kasus : Relasi Etnis Madura dengan Etnis Dayak)NIKOLAUS AGENG PRATHAMAD2C006063Kembalinya sejumlah individu Madura ke daerah konflik di Provinsi Kalimantan Tengah, memunculkan fenomena upaya akomodasi verbal dan non verbal dalam proses komunikasi yang melibatkan individu Dayak dan individu Madura. Adanya sejarah konflik terbuka yang melibatkan kedua etnis, merupakan hal yang cenderung diingat masyarakat dan menjadi isu sensitif bagi etnis Dayak dan etnis Madura. Oleh karena itu, ketika terjadi kontak dan interaksi diantara kedua pihak, muncul prasangka dan stereotip negatif yang telah terbentuk sebelumnya, yang berpotensi dapat mengganggu terjadinya komunikasi antaretnis yang mindful.Penelitian ini menggunakan genre interpretif dan tradisi fenomenologi yang berusaha untuk menyelami dunia pengalaman perceiver dalam kasus ini, yaitu individu Dayak dan individu Madura ketika melakukan upaya akomodasi di dalam relasi mereka sehari-hari pasca konflik sosial 2001. Dengan menggunakan perspektif co-cultural theory yang menekankan pada tujuan akomodasi dalam interaksi antara anggota kelompok minoritas dan mayoritas, penelitian ini juga berupaya untuk memperoleh makna relasi individu etnis Dayak dan Madura yang dipahami oleh kedua pihak dalam bingkai rekonsiliasi konflik antaretnis.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relasi yang melibatkan individu Dayak dan Madura dalam menjalani kehidupan bersama, mengalami perkembangan yang positif pasca konflik sosial 2001. Mereka dapat saling menegosiasikan identitas kultural masing-masing dalam proses interaksi sehari-hari. Namun demikian, diantara mereka masih terdapat stereotip negatif yang diarahkan oleh masing-masing individu. Meskipun dalam realitasnya, keberadaan stereotip tidak sepenuhnya menghalangi proses interaksi antarkultural mereka. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap adanya upaya untuk memperoleh keadaan akomodasi yang dilakukan oleh kedua pihak secara bersama-sama, yaitu oleh individu Dayak dan Madura. Proses akomodasi dilakukan oleh para komunikator dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui adaptasi, asimilasi, dan kerjasama. Hal yang paling menonjol dalam relasi individu Dayak dan Madura pasca konflik ini adalah adanya kerjasama yang dilakukan oleh para tokoh untuk menjaga hubungan baik dan mencegah munculnya gejolak sosial di masyarakat, terutama yang melibatkan individu Dayak dan Madura.Key words: akomodasi, rekonsiliasi, konflik, Dayak, MaduraABSTRACTJUDUL :NAMA :NIM :Communication Accommodation in Inter Ethnics Conflict Reconciliations (Madurese Ethnics and Dayaknese Ethnics Relations Case)NIKOLAUS AGENG PRATHAMAD2C006063The return of a number of Madurese people in conflict area in Central Kalimantan has arisen a phenomena of verbal and non verbal accommodation in its communication process that involve Dayaknese and Madurese individual. Open conflict between both ethnics are still fresh in people‟s mind and prone to be sensitive issue for both Dayaknese and Madurese. Therefore, when a contact and interactions made by both ethnics, it stimulates prejudice and negative stereotype from the past that potentially emerged a chaos in creating a mindful interethnics communications.This research uses interpretive genre and phenomenology approach to deeply understanding the experience of perceiver‟s world, which is Dayaknese and Madurese as an individual when the conduct accommodation effort in their daily relations pasca social conflict in 2001. By accomodating co-cultural theory perspective that stressed on accomodations objectives in understanding interactions between minority groups and majority groups, the objective of this research is to gain a better understanding on individual relations between Madurese and Dayaknese in the frame of inter-ethnics conflict reconciliations.The result shows that relations involving Dayaknese individual and Madurese individual that live together developed positive relations pasca social conflict in 2001. They are able to negotiate their own cultural identity when they interact each other in their daily life. However, a slight of negative stereotype does exist that directed by individuals. In fact, the existence of those stereotype doesn‟t completely interfere their inter-cultural interactions. Besides that, this research also revealing efforts in accommodating situation by both ethnics, Dayaknese and Madurese, together. The accomdoations process conducted by communicators in their daily life through adaptation, assimilation, and cooperation. The most salient thing in Dayaknese and Madurese individual relation pasca conflict is a good cooperations that promoted by the leaders to maintain good relations and prevent any future social conflict in society especially those that involving Dayaknese and Madurese individuals.Key words: accommodations, reconciliations, conflict, Dayaknese, MadureseStudi komunikasi antarbudaya yang berjudul “Akomodasi Komunikasi dalam Rekonsiliasi Konflik Antaretnis (Kasus : Relasi Etnis Madura dengan Etnis Dayak)” ini berawal dari ketertarikan penulis untuk mendalami persoalan relasi individu Dayak dan Madura yang terjalin di daerah Kalimantan Tengah setelah keduanya terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam konflik sosial tahun 2001. Peristiwa konflik sosial 2001 menarik perhatian penulis karena merupakan salah satu dari tragedi kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.Dari sisi akademis, studi ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pengembangan riset komunikasi untuk kasus rekonsiliasi konflik antaretnis. Selain itu, secara praktis hasil studi ini juga dimaksudkan agar dapat memberikan tambahan informasi mengenai akomodasi komunikasi melalui pengalaman individu Dayak dan Madura pasca konflik. Dalam bidang sosial, studi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi informasi mengenai akomodasi komunikasi yang berlangsung dalam relasi individu Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah.Pada proses penelitian, studi ini menggunakan genre interpretif dan tradisi fenomenologi yang berusaha untuk memperoleh pemahaman individu mengenai dunia pengalaman mereka sehari-hari dalam menjalani aktivitas komunikasi antaretnis pada konteks rekonsiliasi konflik. Proses awal penelitian ini adalah merumuskan tujuan penelitian dan menentukan pemilihan subyek penelitian yang berjumlah delapan orang, yang mewakili kelompok etnis Dayak dan Madura. Selanjutnya melalui instrumen indepth interview, penulis memperoleh data primer berupa pengalaman subyek, yang kemudian memandu peneliti untuk menyusun deskripsi tematis, deskripsi tekstural, dan deskripsi struktural individu.Setelah mendeskripsikan hasil temuan penelitian yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan para subyek secara tekstural dan struktural, selanjutnya penulis menyusun sintesis makna tekstural dan struktural yang bertujuan untuk menggabungkan secara intuitif(intuitive integration) deskripsi tekstural dan struktural ke dalam sebuah kesatuan pernyataan mengeni esensi pengalaman dari suatu fenomena secara keseluruhan. Dalam proses ini, peneliti menggunakan gagasan pemikiran teoritik self-disclosure dari para ahli psikologi humanistik, identity negotiation theory dari Stella Ting-Toomey, dan co-cultural theory dari Orbe untuk menjelaskan esensi pengalaman individu.Tahap akhir dari penelitian ini, penulis menyusun kesimpulan, implikasi penelitian (akademis, praktis, dan sosial), dan rekomendasi penelitian. Beberapa hasil temuan penelitian yang dapat disimpulkan antara lain :1) Dalam hidup bertetangga sehari-hari di perkampungan atau pemukiman padat, individu Dayak dan Madura hidup membaur dan dapat membahas persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, persoalan yang cukup personal, serta persoalan yang cenderung sensitif yaitu mengenai konflik 2001.2) Stereotip masih ditemukan diantara relasi individu Dayak dan Madura. Namun keberadaan stereotip tidak sepenuhnya menghalangi proses komunikasi.3) Konflik tahun 2001 yang melibatkan individu Dayak dan Madura disebabkan oleh dua faktor, yaitu adanya ketidakadilan dalam hukum dan adanya provokasi politik dari „orang-orang tertentu‟.4) Pada awal kembalinya individu Madura ke Sampit Kalimantan Tengah, cenderung memperoleh hambatan berupa pertentangan verbal dan non verbal.5) Individu Dayak dan Madura melakukan usaha untuk mencapai akomodasi sebagai keadaan melalui adaptasi (verbal dan non verbal), asimilasi (perkawinan campur dan budaya), serta kerjasama yang melibatkan warga dan para tokoh dengan tujuan merekonsiliasi hubungan.6) Dalam proses akomodasi, terdapat satu faktor yang memberikan kontribusi yaitu elemen agama (Islam). Adanya kesamaan keyakinan membuat pembauran dan persatuan mereka berjalan lebih mudah.Dari segi akademis, hasil penelitian ini berupaya untuk memberikan tambahan referensi bagi pengembangan bangunan teoritik co-cultural theory, dimana dalam realitasnya individu minoritas (etnis Madura) tidak hanya terbatas pada satu tujuan ketika berinteraksi dengan individu mayoritas (etnis Dayak). Mereka dapat memilih dua tujuan sekaligus, yaitu asimilasi dan akomodasi. Selain itu, peneliti berpendapat bahwa gagasan konsep self-disclosure perlu mempertimbangkan adanya kontribusi faktor geografis yang mendampingi faktor psikologis dalam melihat pemahaman yang dicapai oleh para komunikator. Dalam sisi praktis, penelitian ini memberikan gambaran akomodasi komunikasi yang dilakukan secara variatif oleh individu Dayak dan Madura dengan tujuan merekonsiliasi hubungan mereka pasca konflik sosial 2001. Sedangkan dalam bidang sosial, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam masyarakat Indonesia, pluralitas atau keragaman bukan terbatas pada cita-cita, namun telah menjadi suatu fakta sosial-budaya. Setiap individu akan terafiliasi dengan identitas kultural kelompok sebagai latar belakang yang eksistensial.Selanjutnya, pada bagian akhir dari studi ini, peneliti memberikan beberapa rekomendasi yang terkait dengan penelitian mengenai relasi etnis Dayak dengan Madura yaitu :1) Penelitian ini menggunakan genre interpretif dan tradisi fenomenologi. Kajian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan etnografi yang berusaha untuk mencatat kehidupan masyarakat sehari-hari dengan melakukan pengamatan secara terlibat. Tujuan penelitian dengan pendekatan etnografi dalam konteks kasus ini, untuk memperoleh data yang lebih rinci mengenai aktivitas komunikasi antaretnisDayak dan Madura, memahami tatanan nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat tersebut, serta memahami kontribusi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan di salah satu perkampungan atau pemukiman penduduk di Sampit dengan komposisi penduduk yang multietnis.2) Studi selanjutnya dapat mengkaji bagaimana proses adaptasi komunikasi yang dilakukan oleh para individu Madura yang berstatus sebagai pendatang baru di lingkungan wilayah tempat tinggal mereka, bagaimana mereka mengatasi adanya hambatan yang muncul dari persepsi negatif, dan bagaimana mereka mengkomunikasikan identitas kultural mereka sebagai orang Madura kepada tetangga Dayak.3) Sampit merupakan pemicu terjadinya konflik sosial di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2001. Kajian selanjutnya dapat memindahkan lokasi penelitian, misalnya ke Kota Palangkaraya, yaitu salah satu daerah yang terkena dampak meluasnya konflik di Kalimantan Tengah. Studi yang dilakukan di Kota Palangkaraya diharapkan dapat memperoleh variasi akomodasi dalam tataran kajian komunikasi antarbudaya, karena adanya perbedaan kultural dengan studi yang dilakukan di Sampit. Perbedaan kultural yang dimaksud adalah mengenai elemen keagamaan, dimana host-culture Palangkaraya lebih mengarah pada agama Kristen dan Hindhu Kaharingan yang menjadi kepercayaan asli warga etnis Dayak.DAFTAR PUSTAKACahyono, Heru, Mardyanto Wahyu Tryatmoko, Asvi Warman Adam, Septi Satriani. (2008). Konflik Kalbar dan Kalteng : Jalan Panjang Meretas Perdamaian. Yogyakarta : Pustaka PelajarDenzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln. (1994). Handbook of Qualitative Research. California : SAGE Publication, IncGiring. (2004). Madura Di Mata Dayak : Dari Konflik ke Rekonsiliasi. Yogyakarta : Galang PressGriffin, EM. (2000). A First Look at Communication Theory fourth edition. New York : McGraw-HillGudykunst, William B and Bella Mody. (2002). Handbook of International and Intercultural Communication second edition. London : Sage PublicationsGudykunst, William B. (2005). Theorizing About Intercultural Communication. London : Sage Publications, IncKuswarno, Engkus. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi : Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian. Bandung : Widya PadjadjaranLiliweri, Alo. (2001). Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka PelajarLiliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : LKiSLiliweri, Alo. (2003). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : LKiSLiliweri, Alo. (2007). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : LKiSLiliweri, Alo. (2009). Prasangka dan Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta : LKiSLittlejohn, Stephen W. (1999). Theories of Human Communication sixth edition. California : Wadsworth Publishing CompanyLittlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human Communication seventh edition. California : Wadsworth Publishing CompanyLittlejohn, Stephen W and Karen A. Foss. (2005). Theories of Human Communication eight edition. California : Wadsworth Publishing CompanyMartin, Judith N and Thomas K Nakayama. (2007). Intercultural Communication in Context fourth edition. New York : McGraw-HillMoleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung : PT Remaja RosdakaryaMoustakas, Clark. (1994). Phenomenological Research Methods. London : Sage PublicationsMulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. (2009). Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung : PT Remaja RosdakaryaRahardjo, Turnomo. (2005). Menghargai Perbedaan Kultural : Mindfulness Dalam Komunikasi Antaretnis. Yogyakarta : Pustaka PelajarSaad, Munawar M. (2003). Sejarah Konflik Antar Suku di Kabupaten Sambas. Pontianak : Kalimantan Persada PressSamovar, Larry A Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel. (2010). Komunikasi Lintas Budaya Edisi 7. Jakarta : Salemba HumanikaSoekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo PersadaSurata, Agus dan Tuhana Taufiq Andrianto. (2001). Atasi Konflik Etnis. Yogyakarta : Global Pustaka UtamaWarnaen, Suwarsih. (2002). Stereotip Etnis dalam Masyarakat Multietnis. Yogyakarta : Mata BangsaWest, Richard dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Salemba HumanikaWirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik : Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta : Salemba HumanikaWiyata, A. Latief. (2006). Carok : Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta : LKiS YogyakartaINTERNETAnonim. (2011). Meretas Kebersamaan Anak Bangsa Pasca Tragedi Sampit. Dalam http://media.hariantabengan.com/index/detailspiritkaltengberitaphoto/id/7521/. Diunduh pada 22 Februari 2012, pukul 18.13 WIBAnonim. (2012). Kalimantan Tengah. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah. Diunduh pada 9 Juni 2012 pada pukul 20.05 WIBAnonim. (2012). Suku Dayak. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak. Diunduh pada 9 Mei 2012 pukul 19.00 WIBAnonim. (2012). Suku Madura. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Madura. Diunduh pada 5 Juni 2012 pukul 14.05 WIBCatatan penulis hasil interview dengan Fauziah (wartawan Kalteng Pos)Catatan penulis hasil pengamatanData dari Markas Kepolisian Resor Kabupaten Kotawaringin Timur
SARA Hoax: Phenomena, Meaning, and Conflict Management Nikolaus Ageng Prathama; MJ Rizqon Hasani; Muhammad Irali Akbar
Jurnal ASPIKOM - Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24329/aspikom.v7i2.1117

Abstract

The SARA (Ethnic, Religion, Race, and Intergroup) hoax is one of the disquieting hoaxes as it has the potential to cause conflict. Some Indonesians might not know that the SARA information they get is factual or hoaxes, which can lead to prejudice. Conflict in Tanjung Balai and Depok shows that exposure to SARA hoaxes can affect individual behavior. This study aims to describe individual experiences in interacting with SARA information and performing conflict management. This study uses phenomenological methods and in-depth interview instruments, allowing researchers to interact with the world of the informants’ conscious experiences. The results indicate that the informants access various information related to the main activities. The internet has become the preferred media gratification. From the information-seeking activities, some SARA information was found, and some SARA information were hoaxes. SARA hoax has three meanings and has the potential to cause conflict. Hence, informants applied different conflict management styles in dealing with conflicts that arose.
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DESTINASI WISATA PANTAI SIGANDU DI KABUPATEN BATANG Mj Rizqon Hasani; Nikolaus Ageng Prathama
RISTEK : Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Kabupaten Batang Vol 6 No 2 (2022): RISTEK :Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Kabupaten Batang
Publisher : Bapelitbang Kabupaten Batang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55686/ristek.v6i2.116

Abstract

This study was conducted to determine the marketing communication strategy for the object of Sigandu Beach and the things that support and hinder the marketing implementation of the Batang Regency Culture and Tourism Office. This study uses the phenomenological method. The informants consisted of visitors to the research site, tourism actors, tourism organizations and the head of the Marketing and Tourism Business Promotion Division of the Culture and Tourism Office. The data used in this study is a combination of primary data and secondary data. Data collection techniques with interviews and documentation. Data analysis, data reduction, data presentation and conclusion drawing. The result of the research is that the Regional Government of Batang Regency through the Department of Culture and Tourism has implemented a marketing communication strategy designed internally without involving tourism actors in planning. Marketing of Sigandu Beach tourism is carried out by integrated marketing communications (IMC) through advertising, public relations, sales promotion and personal selling. Marketing communication strategies, among others, focus on; image, natural attraction, community support and technological progress. Marketing communication strategies that highlight the uniqueness of Sigandu, namely clean natural panoramas and the attractiveness of tourist facilities such as outbound, animal attractions, etc.
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DESTINASI WISATA PANTAI SIGANDU DI KABUPATEN BATANG Mj Rizqon Hasani; Nikolaus Ageng Prathama
RISTEK : Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Kabupaten Batang Vol 6 No 2 (2022): RISTEK :Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Kabupaten Batang
Publisher : Bapelitbang Kabupaten Batang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55686/ristek.v6i2.116

Abstract

This study was conducted to determine the marketing communication strategy for the object of Sigandu Beach and the things that support and hinder the marketing implementation of the Batang Regency Culture and Tourism Office. This study uses the phenomenological method. The informants consisted of visitors to the research site, tourism actors, tourism organizations and the head of the Marketing and Tourism Business Promotion Division of the Culture and Tourism Office. The data used in this study is a combination of primary data and secondary data. Data collection techniques with interviews and documentation. Data analysis, data reduction, data presentation and conclusion drawing. The result of the research is that the Regional Government of Batang Regency through the Department of Culture and Tourism has implemented a marketing communication strategy designed internally without involving tourism actors in planning. Marketing of Sigandu Beach tourism is carried out by integrated marketing communications (IMC) through advertising, public relations, sales promotion and personal selling. Marketing communication strategies, among others, focus on; image, natural attraction, community support and technological progress. Marketing communication strategies that highlight the uniqueness of Sigandu, namely clean natural panoramas and the attractiveness of tourist facilities such as outbound, animal attractions, etc.
Strategi Manajemen Krisis Perusahaan Adidas (Kasus : Kontroversi Desain Wayang) Prathama, Nikolaus Ageng; Rumekar, Rukti
Jurnal Representamen Vol 8 No 01 (2022): Jurnal Representamen Volume 8 No 01 April 2022
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.158 KB) | DOI: 10.30996/representamen.v8i1.6290

Abstract

Abstrak Kesalahan penyebutan asal-usul Wayang Kulit dari Malaysia pada akun Instagram resmi perusahaan Adidas @adidasph dan @adidassg, memunculkan reaksi negatif dari netizen. Ribuan komentar dan tanggapan diekspresikan netizen, sehingga menciptakan situasi krisis yang berpotensi mengancam reputasi perusahaan Adidas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi manajemen krisis yang dilakukan oleh perusahaan Adidas untuk meminimalisir dampak negatif krisis serta menjaga relasi jangka panjang dengan khalayak. Penelitian ini menggunakan Paradigma Konstruktivis dengan Pendekatan Case Study untuk memahami dunia konstruksi aktor sosial (manajemen perusahaan Adidas) dalam melaksanakan berbagai strategi manajemen krisis. Adidas menerapkan dua strategi manajemen krisis yaitu Rebuild dan Bolster Strategies. Secara dominan, Rebuild Strategies diterapkan dengan menggunakan pendekatan budaya kolektivistik. Sedangkan Bolster Strategies dilakukan untuk menjaga relasi jangka panjang perusahaan Adidas dengan khalayak atau stakeholders. Kata Kunci : Manajemen Krisis, Adidas, Wayang Kulit
Pelatihan Instagram Bisnis Pengusaha Muda Desa Tumbrep Kabupaten Batang Nikolaus Ageng Prathama; Rukti Rumekar; Mj Rizqon Hasani; Ropinov Saputro; Erika Celindia; Heru Anisa Agustiani
Jurnal Atma Inovasia Vol. 3 No. 2 (2023): Maret
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v3i2.6976

Abstract

This service activity related to Instagram business training for young entrepreneurs was carried out in Tumbrep Village, Bandar District, Batang Regency. The purpose of this service is to provide additional knowledge for young entrepreneurs who use a digital approach in carrying out their business activities, especially Instagram. The methods used are observation and interviews, presentation of material or lectures, focus group discussions and technical training, exhibitions or MSME bazaars. At first, the young entrepreneurs from Tumbrep Village still managed personal Instagram accounts for personal and business activities. In addition, the results of posting photos are still not conceptualized. Through community service activities, participants are invited to take advantage of Instagram for business and edit product photos to be posted. The conclusion from this service is that managing Instagram accounts for business activities requires special concepts and techniques. The training conducted by the service team who has this competence is really needed by the young entrepreneurs of Tumbrep Village.  
WUJUD NASIONALISME DI MEDIA DIGITAL (ANALISIS TWEET TENTANG BAJU BATIK DI PUNCAK KTT G20) Gita Juniarti; Nikolaus Ageng Prathama
Jambura Journal Civic Education Vol 3, No 1 (2023): Vol. 3 NO. 1 MEI 2023
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jacedu.v3i1.18511

Abstract

Batik merupakan identitas kultural negara Indonesia. Pada November 2022, tepatnya ketika acara puncak penutupan KTT G20 di Bali, beredar foto di Twitter Perdana Menteri (PM) Inggris, Rishi Sunak; yang berdiri di dekat PM Kanada, Justin Pierre James Trudeau; Presiden FIFA, Gianni Infantio; Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia, Davos Klaus Martin Schwab; dan Menteri Perdagangan Indonesia, Zulkifli Hasan, yang menggunakan baju batik. Foto tersebut dipublikasi oleh tiga pekerja media di Inggris, yaitu Sophie Corcoran, Keean Bextie, dan Mahyar Tousi, disertai dengan cuitan yang menyindir baju Batik yang digunakan oleh mereka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif untuk menganalisis komentar para warganet di reply dari cuitan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warganet di Indonesia mengecam tiga pekerja media di Inggris tersebut karena mereka dinilai telah menyinggung Batik sebagai identita dari negara Indonesia. Dari ribuan komentar yang membalas cuitan tiga pekerja media di Inggris tersebut, tidak ada komentar yang mendukung cuitan mereka. Komentar didominasi oleh pertentangan dan kecaman dari warganet Indonesia, serta komentar netral yang menjelaskan tentang Batik sebagai warisan budaya di Indonesia. Tindakan dari warganet Indonesia di Twitter menunjukkan sikap nasionalisme dari tindakan bela negara dan cinta tanah air di tengah fenomena gempuran digital yang menimbulkan ancaman masuknya ideologi asing.
Manajemen Isu Dalam Program Pembangunan Jembatan Sipung Haryati Kurniasih; Nikolaus Ageng Prathama; Adi Nugroho
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 6, No 2 (2023): AGUSTUS 2023
Publisher : COMMUNICATION MAJOR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/ja.v6i2.8266

Abstract

Pada awalnya proyek pengerjaan Jembatan Sipung dimulai tanggal 13 Juni hingga 20 Oktober 2022. Namun adanya perubahan waktu penyelesaian proyek yang diperkirakan bulan Oktober 2022 melebihi dari ketentuan sehingga muncul berita dan reaksi masyarakat melalui Instagram pada akun @infobatangPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi manajemen isu yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Batang untuk mengurangi dampak negatif isu dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Selain itu penelitian ini menggunakan Situasional Communication Crisis Theory untuk menganalisis manajemen isu yang terjadi pada organisasi. Hubungan Masyarakat Dinas Komunikasi dan Informatika Batang menerapkan tiga manajemen isu yakni denial, diminish, dan bolstering. Hasilnya strategi yang dilakukan kurang berhasil, hal ini dilihat komentar netizen pada postingan akun Instagram @infobatang tanggal 14 September 2022 dan 6 Oktober 2022 yang cenderung berkomentar negatif terhadap pengerjaan proyek yang lambat. Kata Kunci: Jembatan Sipung; Manajemen Isu; Situational Communication Crisis Theory
Intercultural Adaptation Individu Kecamatan Bandar dengan Pendatang dari Host Culture yang Berbeda: Host Culture M. Alvino Firmanda; Tutut Rahayu Telasih; Nikolaus Ageng Prathama
Pawarta: Journal of Communication and Da'wah Vol. 1 No. 2 (2023): August
Publisher : Institut Islam Mamba'ul 'Ulum Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54090/pawarta.280

Abstract

The purpose of this study is to describe the causes behind the process of cultural shock occurrence with the process of adjustment when the arrival of new people who bring culture of origin and then communicate with the host culture that causes intercultural adaptation in the area around Diponegoro University Campus K. Rod. This research uses a descriptive qualitative approach. The data sources obtained in this study are from interviews,observations,and data collection (written sources). The subject of the study was citizens around campus locations and students who came from different host cultures. The informant selection technique used is purposive sampling technique. Data validity technique using source triangulation techniques. Data Analysis Techniques use interactive analysis models consisting of data collection, data analysis, data presentation, and conclusion withdrawal. This research shows the process of adapting communication between host culture by bringing the culture of origin that resulted in culture shock.