Iput Pradiko
Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMANFAATAN BAKTERI ENDOFIT UNTUK MENINGKATKAN KERAGAAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) Fandi Hidayat; Suroso Rahutomo; Rana Farrasati; Iput Pradiko; Muhdan Syarovy; Edy Sigit Sutarta; Wiwik Eko Widayati
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 26 No 2 (2018): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (908.806 KB) | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v26i2.36

Abstract

Endophyte bacteria are microorganisms that live within plant tissue, harmless to the host plants, and usually contribute to plant health. Some of the endophytes are proved to be able to enhance plant growth by nitrogen fixation, phytohormones production such as indole acetic acid (IAA) and cytokines. This study aims to observe the influence of endophytic bacteria on the oil palm seedlings growth, nutrient absorption, and its potential on reducing the use of chemical fertilizer. The study was carried out in oil palm nursery at Aek Pancur substation since 3-monthsold until 9-monthsold. Treatments were arranged by using randomized completely block design (RCBD) with six treatments and repeated four times. The treatments are: (1) control; (2) 100% chemical fertilizer (standard); (3) 25% of urea dosage + inoculation of endophyte bacteria (B1N25); (4) 50% of urea dosage + inoculation of endophyte bacteria (B1N50); (5) 75% of urea dosage + inoculation of endophyte bacteria (B1N75); and (6) 100% of urea dosage + inoculation of endophyte bacteria (B1N100). The result showed that B1N75 was the best treatment indicated by higher relative agronomy effectiveness (RAE) up to 5.5% compared to standard. On the other hand, its growth and biomass production were also equal to standard treatment. It means that application of endophyte bacteria could reduce the use of inorganic nitrogen fertilizer (Urea) up to 25%.
Aplikasi Kotoran Sapi untuk Perbaikan Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Media Sub Soil Fandi Hidayat; Muhdan Syarovy; Iput Pradiko; Suroso Rahutomo
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 28 No 1 (2020): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1289.119 KB) | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v28i1.107

Abstract

Standar media tanam untuk bibit kelapa sawit adalah top soil dengan kan-dungan bahan organik yang cukup. Meskipun demikian, pada kondisi tertentu seperti di lahan mineral marjinal dimana top soil sudah tererosi berat, sehingga top soil sulit didapat. Pada kondisi demikian maka sub soil digunakan sebagai media tanam. Sifat fisik, kimia, dan biologi sub soil umumnya kurang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai media tanam, namun sifat tersebut masih mungkin diperbaiki dengan me-nambahkan bahan pembenah tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi bahan pem-benah tanah dalam bentuk kotoran sapi (notasi O, taraf 0 dan 5%) dan pemupukan anorganik standar (notasi S, taraf 0; 25; 50; 75; dan 100%) terhadap perubahan sifat kimia media sub soil dan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Penelitian disusun meng-gunakan rancangan acak kelompok dengan 7 perlakuan yaitu kontrol (O0S0), standar pupuk anorganik (O0S100), dan 5 perlakuan lainnya yang merupakan kombinasi antara 5% kotoran sapi dengan berbagai taraf standar pupuk anorganik (O5S0, O5S25, O5S50, O5S75, dan O5S100). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi 5% kotoran sapi meningkatkan ketersediaan bahan organik, kapasitas tukar kation, dan hara tersedia di media sub soil. Meskipun O5S50 (kombinasi aplikasi 5% kotoran sapi dan 50% pupuk anorganik standar telah menghasilkan nilai Efektivitas Agronomi Nisbi (EAN) di atas 100%, pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit terbaik diperoleh pada per-lakuan O5S100 (kombinasi aplikasi 5% kotoran sapi dan 100% dosis pupuk anorganik standar).
Teknik Estimasi Transpirasi Tanaman Kelapa Sawit dengan Metode Heat Ratio Iput Pradiko; Nuzul Hijri Darlan; Eko Noviandi Ginting; Muhdan Syarovy
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 30 No 1 (2022): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v30i1.181

Abstract

The estimation of plant transpiration is one of many methods to determine plant water requirements. Heat Ratio Method (HRM) is a method that can estimate transpiration directly under field conditions by measuring sap flow rate. This research was conducted to estimate oil palm water requirements based on transpiration estimation using HRM. The study was located in Medan, North Sumatra, and was employed five years old palm with 48 fronds. A total of six Sap Flow Meter (SFM) were installed on the fronds no. 1, 9, 17, 25, 33, and 41. The results showed that the sap flow rate of the top three fronds (no. 1, 9, and 17) was higher than the lower fronds. The transpiration rate was decreased at the lower fronds position. Furthermore, the highest transpiration occurred in frond no. 1, 0.890 liters/day, while the lowest was observed in frond no. 41 i.e. 0.510 liters/day. Assuming that each frond sampled represents fronds at the same level, the average daily transpiration was 31.933 liters/day/palm or equivalent to 0.457 mm/day/palm.
Prediksi Kemampuan Adaptasi Delapan Varietas Kelapa Sawit pada Cekaman Abiotik Akibat Perubahan Iklim Global Sujadi Sujadi; Iput Pradiko; Suroso Rahutomo; Rana Farrasati
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 44, No 2 (2020)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v44n2.2020.129-139

Abstract

Abstrak. Perubahan iklim global di masa depan diperkirakan akan menyebabkan kenaikan suhu dan perubahan pola curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, tidak terkecuali pada wilayah Adolina, Marihat, dan Bah Birong Ulu, Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak perubahan iklim di masa depan terhadap perubahan kesesuaian lahan untuk kelapa sawit dan kemampuan adaptasi varietas kelapa sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) serta merekomendasikan upaya-upaya yang menjadi bagian dari proses adaptasi dan mitigasi di perkebunan kelapa sawit. Obyek studi adalah delapan varietas kelapa sawit produksi PPKS yaitu Avros, Dumpy, LaMe, Langkat, PPKS 540, PPKS 718, Simalungun, dan Yangambi. Data durasi fase perkembangan buah dan karakteristik morfologi delapan varietas tersebut diperoleh dari penelitian sebelumnya. Data produksi bulanan bersumber dari hasil pengamatan selama 2016-2018 pada kelapa sawit berumur 15 tahun di Adolina (10 m dpl), Marihat (369 m dpl), dan Bah Birong Ulu (900 m dpl). Data iklim antara tahun 1989-2018 di ketiga lokasi tersebut digunakan sebagai baseline, sedangkan data skenario perubahan iklim bersumber dari kajian literatur. Hasil kajian menunjukkan bahwa varietas yang memiliki durasi fase perkembangan tandan lebih cepat (Dumpy, Avros, dan PPKS 540) diprediksi lebih mudah beradaptasi dengan kenaikan suhu udara. Varietas Dumpy diprediksi lebih sesuai ditanam di wilayah yang lebih basah, sebaliknya Lame, Langkat, PPKS 540, dan Simalungun diprediksi adaptif pada wilayah yang lebih kering. Sebagai langkah adaptasi dan mitigasi, diperlukan varietas baru yang memiliki karakter toleran terhadap suhu tinggi dan kekeringan, toleran hama/penyakit, dan high nutrient use efficiency. Selain itu, diperlukan juga penyesuaian kultur teknis yang utamanya terkait dengan konservasi tanah dan air serta antisipasi outbreak serangan hama/penyakit.Abstract. In the future, global climate change is predicted to cause an increase in air temperature and change in rainfall pattern in most Indonesian regions. This study was aimed to analyse the impacts of global climate change on alteration of land suitability for oil palm and adaptability of Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI) oil palm varieties, as well as to recommend efforts for adaptation and mitigation in oil palm plantation. Objects of the study were eight oil palm varieties released by IOPRI, those were Avros, Dumpy, LaMe, Langkat, PPKS 540, PPKS 718, Simalungun, and Yangambi. Data of fruit development phases and morphological characters for the eight varieties were obtained from the previous study. Data of monthly yield were observed in 2016-2018 for 15 years old oil palm planted in Adolina (10 m asl), Marihat (369 m asl), and Bah Birung Ulu (900 m asl). Climate data in the period of 1989-2018 in each location were employed as a baseline, while scenario data of global climate change were from literature review. The results showed that varieties with shorter duration of fruit development phases (Dumpy, Avros, and PPKS 540) were predicted to be easier to adapt with an increase in air temperature. Variety of Dumpy was predicted to be more suitable in the area with higher rainfall, on the other hand, varieties of Lame, Langkat, PPKS 540, and Simalungun were predicted to be more suitable for land with low rainfall. As a part of adaptation and mitigation process, it is necessary to assembly a new oil palm variety which has characters of tolerant to high temperature and drought, tolerant to pest and diseases, and high nutrient use efficiency. Furthermore, agronomic practices need to be adjusted mainly in the efforts to conserve soil and water as well as to anticipate the outbreak of pest and diseases.
Benarkah curah hujan mempengaruhi fase pematangan tandan kelapa sawit dan meningkatkan jumlah brondolan yang jatuh? Iput Pradiko; Suroso Rahutomo; Nuzul Hijri Darlan; Eko Noviandi Ginting; Muhdan Syarovy; Fandi Hidayat
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 30 No 3 (2022): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v30i3.192

Abstract

Waktu panen tandan kelapa sawit umumnya ditentukan berdasarkan warna tandan dan jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Pembrondolan buah secara ilmiah disebut sebagai proses absisi yang dipengaruhi kondisi endogenous tanaman dan faktor lingkungan. Pendapat umum di lapangan menyatakan bahwa tandan matang lebih cepat dan brondolan lebih banyak ketika curah hujan tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pendapat tersebut berdasarkan uji korelasi Pearson antara curah hujan harian pada lag-0 hingga lag-20 hari dengan jumlah brondolan yang jatuh per hari. Penelitian dilakukan pada tanaman umur lima tahun di Kebun Percobaan Sei Aek Pancur, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) pada lima rotasi panen (interval panen 10 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai dan sifat korelasi antara curah hujan dengan jumlah brondolan sangat bervariasi. Namun demikian, terdapat kecenderungan bahwa curah hujan optimal yang terjadi pada awal (lag-17 s.d. 20), pertengahan (lag-9 s.d. 12), dan akhir fase pematangan buah (1-3 hari menjelang tandan siap panen) dapat mempercepat pematangan tandan dan meningkatkan jumlah buah yang membrondol. Oleh karena itu, praktisi perkebunan sebaiknya mempersiapkan sarana dan prasarana panen yang memadai khususnya pada musim hujan ketika cadangan buah cukup tinggi dan peluang banyak tandan matang secara bersamaan lebih tinggi.