Efektifitas pendidikan kejuruan juga dapat dinilai dari seberapa besar lulusannya dapat terserap di dunia kerja. Harapan kepada SMK untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian sesuai dengan dunia kerja masih menghadapi tantangan yang besar. Hal ini terlihat dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK yang dalam beberapa tahun terakhir selalu menempati posisi tertinggi. Untuk mengatasi masalah ini, melalui Inpres 9 Tahun 2016 pemerintah memutuskan untuk merevitalisasi SMK, yang antara lain dilakukan untuk memperkuat kegiatan pembelajaran berbasis teaching factory (TF) yang diharapkan mampu menumbuhkan kesiapan bekerja para lulusan. Penelitian ini mengkaji penerapan berbagai model pembelajaran berbasis TF dan pengaruhnya terhadap keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan penguatan kesiapan bekerja. Unit analisis dalam penelitian ini adalah para lulusan SMK tahun 2019 yang telah mengikuti pembelajaran berbasis TF. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa model pembelajaran berbasis TF yang dipersepsikan paling kuat dalam membangun keterlibatan dalam pembelajaran, secara berurutan, sebagai berikut: (1)penempatan kerja pada dunia usaha dan industri, (2) pembelajaran berbasis layanan masyarakat, (3) praktek kerja pada unit usaha sekolah, (4) pembelajaran berbasis produksi, dan (5) magang atau prakerin. Model pembelajaran yang dipersepsikan berpengaruh paling kuat terhadap pembentukan kesiapan bekerja, secara berurutan sebagai berikut: (1) penempatan kerja pada dunia usaha dan industri, (2) pembelajaran berbasis layanan masyarakat, (3) pembelajaran berbasis produksi, (4) pembelajaran berbasis praktek kerja pada unit usaha di sekolah, dan (5) kegiatan magang atau prakerin. Perlu kajian lebih lanjut mengapa kegiatan magang belum berperan optimal dalam membangun keterlibatan dalam pembelajaran dan dalam membentuk kesiapan bekerja.