Martya Rahmaniati
Universitas Indonesia

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Analisis Autokorelasi Spasial Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Padang Tahun 2020 Roma Yuliana; Martya Rahmaniati; Inna Apriantini; Robet Triarjunet
JIK-JURNAL ILMU KESEHATAN Vol 6, No 1 (2022): JIK-April Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : STIKes ALIFAH PADANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33757/jik.v6i1.484

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menular dengan cepat, khususnya di wilayah tropis dan subtropis. Salah satu kota yang merasakan dampak dari kasus DBD adalah Kota Padang. Pada tahun 2020, terdapat 292 kasus dan menjadikan Kota Padang sebagai penyumbang kasus terbanyak di Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek spasial global dan lokal kasus DBD yang dihubungkan dengan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, suhu udara, curah hujan dan kecepatan angin tahun 2020 di Kota Padang. Analisis data pada penelitian ini menggunakan Metode Moran’s Index dan Local Indicators of Spatial Association (LISA) dengan uji statistik pada program GeoDa. Hasil analisis menemukan adanya autokolerasi spasial positif antara jumlah penduduk, suhu, dan kecepatan angin dengan kasus DBD (pola mengelompok). Terdapat 8 kelurahan yang menjadi area hotspot (High-High) dalam hubungan jumlah penduduk dan suhu dengan kasus DBD yaitu Kelurahan Kuranji, Korong Gadang, Pasar Ambacang, Lubuk Lintah, Anduring dan Gunung sarik, Kurao Pagang dan Lubuk Minturun. Kemudian adanya  autokorelasi spasial negatif antara kepadatan penduduk dengan kasus DBD (pola menyebar) dan tidak adanya autokorelasi spasial antara curah hujan dengan kasus DBD. Dinas Kesehatan Kota Padang diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak kecamatan, kelurahan dan BMKG Kota Padang dalam program pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.
Pengembangan Sistem Informasi Monitoring Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di RSUP Fatmawati Tahun 2020 Grahyta Dhamayanti; Martya Rahmaniati
Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Departemen Biostatistika dan Ilmu Kependudukan FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51181/bikfokes.v1i1.4052

Abstract

Informasi yang tidak efektif disebabkan oleh adanya keterlambatan pengembalian dan ketidaklengkapan pengisian data rekam medis. Kepmenkes Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit menetapkan waktu pengembalian dokumen rekam medis yaitu 1x24 jam dan kelengkapan dokumen rekam medis harus 100%. Di RSUP Fatmawati Jakarta terdapat peningkatan prosentase keterlambatan pengembalian dan ketidaklengkapan dokumen rekam medis rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi alur, kebutuhan sistem informasi yang akan dikembangkan, serta merancang sistem informasi monitoring dokumen rekam medis rawat inap di RSUP Fatmawati. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dilakukan secara bertahap sesuai tahapan SDLC, serta menggunakan pendekatan metode prototype. Adanya masalah-masalah pada sistem informasi rumah sakit saat ini yang membuat petugas masih harus melaksanakan pekerjaannya secara manual. Sistem informasi monitoring dokumen rekam medis rawat inap dirancang melalui penyusunan alur sistem, perancangan basis data, tampilan antarmuka (userinterface), SPO, dan manualbook. Sistem informasi yang baru dapat mengatasi permasalahan yang terjadi, mempercepat dan mempermudah pekerjaan petugas, serta menghasilkan laporan yang bermutu. Sehingga capaian SPM rumah sakit dan indikator mutu IRMIK meningkat. Sebaiknya ada dukungan penyediaan sarana dan prasarana dari rumah sakit untuk pengembangan sistem informasi monitoring dokumen rekam medis rawat inap, perlu adanya sosialisasi SPO dan manualbook, proses uji coba sistem kepada user, serta sebaiknya dilakukan upaya perawatan basis data secara berkala.
Pengaruh Kehamilan Tidak Diinginkan Dengan Berat Bayi Lahir Rendah di Perdesaan (Analisis Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2017) Desya Mulyaningrum; Martya Rahmaniati
Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Departemen Biostatistika dan Ilmu Kependudukan FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51181/bikfokes.v1i1.4093

Abstract

BBLR adalah berat bayi lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Proporsi BBLR di Indonesia dari periode SDKI 2007, 2012, 2017 cenderung stabil dan tidak ada penurunan dari tahun 2007 dengan tahun 2017. Kehamilan tidak diinginkan menjadi salah satu faktor risiko BBLR. Kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy) adalah suatu kehamilan yang terjadi di luar perencanaan. Karena pasangan suami atau istri tidak mau menggunakan kontrasepsi, tidak ada akses ke pelayanan KB sehingga menyebabkan kehamilan, dimana sceara fisik atau psikologis pasangan tidak siap dan menolak kejadian kehamilan (unwanted pregnancy). Proporsi kehamilan tidak diinginkan berdasarkan periode SDKI 2007, 2012, 2017 cenderung stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kehamilan tidak diinginkan terhadapp kejadian BBLR perdesaan di Indonesia berdasarkan data sekunder SDKI 2017. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian ini adalah kelahiran hidup dalam 5 tahun sebelum survei dengan laporan berat lahir yang memiliki berat kurang dari 2500 gram dan bertempat tinggal di pedesaan. Hasil penelitian ini adalah proporsi kejadian kehamilan tidak diinginkan di Indonesia adalah 6,3% di perdesaan. Pada daerah perdesaan kehamilan diinginkan lebih berisiko untuk mengalami BBLR setelah dikontrol dengan variabel tingkat ekonomi, komplikasi kehamilan, dan kunjungan ANC. Hasil analisis multivariat secara statistik kategori kehamilan dengan BBLR di perdesaan menunjukkan hubungan yang tidak bermakna.
Analisis Spasial Penyakit Tuberkulosis Paru di Kalimantan Tengah Tahun 2017 Grahyta Dhamayanti; Martya Rahmaniati
Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Departemen Biostatistika dan Ilmu Kependudukan FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51181/bikfokes.v1i1.4092

Abstract

Pada Tahun 2017 ditemukan jumlah kasus baru TB Paru di Kalimantan Tenggah sebanyak 2033 kasus, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah penemuan kasus pada tahun 2016 sebanyak 1580 kasus. Tujuan penelitian ini yaitu diketahuinya analisis spasial TB Paru di Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan model analisis spasial. Data kasus TB Paru di Provinsi Kalimantan Tengah diperoleh dari BPS Kalimantan Tengah. Jumlah kasus TB Paru tertinggi ada di Kota Palangka Raya, diikuti Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat. Kepadatan penduduk, rumah tangga pra sejahtera, rumah sehat ber PHBS, sanitasi rumah tangga dan fasilitas pelayanan kesehatan menjadi faktor-faktor penentu terjadinya kasus TB Paru yang bervariasi pada setiap wilayah kabupaten kotanya. Beragamnya faktor penentu kasus TB Paru, sehingga diperlukan intervensi dan program kebijakan untuk menanggulangi TB Paru yang diprioritaskan pada karakteristik masing-masing daerah serta memperhatikan faktor risiko yang paling berkorelasi pada masing-masing wilayah.
Autokorelasi Spasial Prevalensi Stunting di Jawa Barat Tahun 2021 Aldila Riznawati; Deny Yudhistira; Martya Rahmaniati; Tiopan Sipahutar; Tris Eryando
Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan (BIKFOKES) Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Departemen Biostatistika dan Ilmu Kependudukan FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51181/bikfokes.v3i1.6386

Abstract

Angka prevalensi stunting Provinsi Jawa Barat tahun 2021 sebesar 24,5% dan menjadi salah satu provinsi dengan kategori stunting kronis-akut di Indonesia. Analisis spasial digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi secara spasial antar wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat berdasarkan prevalensi stunting. Hasil penelitian menunjukkan adanya autokorelasi spasial positif dan terdapat korelasi secara spasial yang artinya prevalensi stunting di satu wilayah kabupaten/kota berkaitan dengan wilayah disekitarnya. Wilayah yang menjadi hotspot stunting di Jawa Barat tahun 2021 berdasarkan pola kluster yang terbentuk adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Bandung. Ketiga wilayah ini menjadi prioritas utama dalam melakukan intervensi penurunan prevalensi stunting di Jawa Barat.
Evaluasi Penerapan Rekam Medis Elektronik dengan Pendekatan Technology Acceptance Model di Rumah Sakit X di Kota Surabaya Intansari Intansari; Martya Rahmaniati; Dian Fajar Hapsari
J-REMI : Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan Vol 4 No 3 (2023): June
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-remi.v4i3.3914

Abstract

Electronic medical records have an important in the provision of health services in hospitals, electronic medical records are a source of health data and information that can be used in assessing the quality of health services. Hospital X has implemented the use of electronic medical records since 2020 but has never conducted an evaluation of the implementation of electronic medical records, so need a formative evaluation to see the quality of electronic medical records using the Technology Acceptance Model, assessing a system based on the ease of use. use) and perceived usefulness (usefulness) which can affect the use of the system (attitude toward using) and applying the system on an ongoing basis (actual usage). This study uses a quantitative approach by using bivariate correlation test analysis to be able to assess the relationship between the variables studied. The results showed that there was a significant positive relationship (p-value 0.001, r = 0.717) between the belief that EMR can be used easily (perceived ease of use) and benefits in performance and performance productivity (perceived usefulness). p-value 0.001, r = 0.747) between EMR variables can provide benefits in terms of performance and performance productivity (perceived usefulness) and attitude toward using EMR (Attitude toward using). The belief that EMR can be used easily (perceived ease of use) has a positive and significant effect on attitudes towards using EMR (Attitude toward using) with a p-value of 0.001, r = 0.7, and a significant relationship with a p-value of 0.001, r = 0.717 between the belief that the attitude towards using EMR (Attitude toward using) and significant towards the actual use of EMR (actual usage)
Analisis Sebaran dan Keterjangkauan RS Rujukan COVID-19 di Kota Depok Aldila Riznawati; Ratih Trivalni; Martya Rahmaniati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 14, No 4 (2023): Oktober 2023
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v14i4.3307

Abstract

Melonjaknya kasus terkonfirmasi positif COVID-19 membuat Pemerintah menunjuk beberapa rumah sakit sebagai RS rujukan untuk pasien COVID-19. Kota Depok yang merupakan wilayah dengan kasus positif tertinggi di Provinsi Jawa Barat tahun 2021 memiliki 21 RS rujukan yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Untuk melihat sebaran dan keterjangkauan pelayanan kesehatan RS rujukan COVID-19 dilakukan pemetaan dengan analisis buffer, overlay dan intersection berdasarkan jaringan jalan dan radius jangkauan RS. Hasil pemetaan menunjukkan sebaran lokasi RS yang belum merata dan cenderung terpusat di beberapa wilayah kecamatan dan area keterjangkauan pelayanan kesehatan berada dalam radius sedang hingga jauh dengan menggunakan standar jangkauan pelayanan 3 km jarak dari jaringan jalan ke rumah sakit rujukan. Diperlukan perencanaan pembangunan infrastruktur rumah sakit dengan prioritas lokasi wilayah kecamatan yang belum memiliki rumah sakit, yaitu Kecamatan Tapos, Kecamatan Cipayung dan Kecamatan Limo dengan memperhatikan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang sesuai standar.