I Gusti Made Swastya Dharma Pradnyan
Universitas Teknologi Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Norma Kultural dalam Gending Rarè Bangun Semengan (Analisis Semiotika) Komang Wahyu Rustiani; I Gusti Made Swastya Dharma Pradnyan; Rahmat Sewa Suraya; Ni Made Ayu Susanthi Pradnya Paramitha
Dharma Sastra: Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Daerah Vol 1 No 1 (2021): Volume 1 Nomor 1 Tahun 2021
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.771 KB) | DOI: 10.25078/ds.v1i1.495

Abstract

The Balinese people possess a whole range of custom and tradition in nurturing children since their early ages. One of these traditions appeared through song and called as gending rarè. For many years, Gending rarè believed for its in-depth cultural meaning. This study will analyze this practice by using semiotics’ theory. Gending rarè entitled bangun semengan encompasses norms of Balinese people which gets dominant Hinduism teaching values namely Tri Hita Karana. Throughout this song, children in Bali are exerted to preserve their environment, their cleanliness either by spirituality or physically and also to establish harmonious relationship in their family and society. Moreover, Children are encouraged to apply the teaching of palemahan and pawongan prior to the Parhyangan values.
ICON KEBO IWA DALAM PERADABAN MASYARAKAT PADANGBULIA Komang Wahyu Rustiani; I Gusti Made Swastya Dharma Pradnyan; Gusti Ayu Kadek Arni Suwedawati
SANGIA JOURNAL OF ARCHAEOLOGY RESEARCH Vol. 6 No. 2: December 2022
Publisher : Laboratorium Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/sangia.v6i2.1909

Abstract

Peradaban Manusia menyimpan beragam misteri dari peninggalan-peninggalan masa lampau. Situs berupa batu besar, patung, hingga sarkopagus mengandung jejak histori yang diwarisi masyarakat setempat. Seperti situs bersejarah yang ada di Desa Padangbulia. Eksistensi peninggalan tersebut terpelihara secara alamiah melalui mitos yang bersifat mistis. Salah satu situs dalam peradaban masyarakat Padangbulia yaitu peninggalan Kebo Iwa. Tokoh Kebo Iwa familiar menjadi Ikonik secara mistis sebagai proses pewarisan kelisanan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Mengandung bermacam interpretasi makna berdasarkan paradigma semiotika visual. Proses visualisasi dikolaborasikan antara pengetahuan kedaerahan dengan teknologi sehingga merepresentasi nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya seperti, karakterisasi tokoh Kebo Iwa yang terdapat dalam cerita kelisanan di beberapa situs purbakala tersebut merepresentasi tokoh yang memiliki karakter kuat secara lahir dan batin, pekerja keras, pengabdian tinggi kepada pemimpin serta nilai etika moral bermasyarakat. Masyarakat lebih mudah mengadopsi karakter kepahlawan sesuai semangat jiwa zaman di era kepemiminan Raja Bali Kuno. Semiotika visual mendeskripsikan konsep dasar salah seorang pakar semiotika terdahulu yaitu Charles Sanders Pierce, dengan memfokuskan pada relasi tipologi tanda antara Ikonisitas, Indeks dan Simbol, sehingga mampu menghasilkan sistem produksi tanda. Selain itu, dalam proses interpretasi tanda visual kemudian dikaji berdasarkan tiga fase analisis ideologi dari Tompson.