Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Fiqh Learning For Elementary School Students in Kutamakmur North Aceh: A Study on Students’ Ability in Learning Shalat Latif, Umar; Nurainiah, Nurainiah
AT-TALIM Vol 25, No 1 (2018)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1043.633 KB) | DOI: 10.15548/jt.v25i1.399

Abstract

Fiqh learning is a part of learning process in PAI (Islamic Education) subject given to students especially the elementary ones. It is the responsibility of all teachers and parents to provide the children’s needs, clothing, as well as Islamic education. However, from the field observation, some of parents pay little attention to their children’s religious education as if such education were only the responsibility of formal educational institution. This present research aims to investigate what the level of elementary school students’ understanding on shalat is, how the process of fiqh learning is conducted, and what obstacles the teacher encounter in this learning. This research uses analytical descriptive method with the approach of library research and field research. The data were collected through observation, interview, and field research. The findings of this research reveal that some students in 2 elementary schools; SDN 2 and SDN 6 have not yet understood the concept of shalat; some of them are not able to recite and memorize do’a in. On the other hand, students in SDN 1 Kutamakmur has understood the concept and process of shalat and are able to recite and memorize do’a in shalat. The process of fiqh learning in SDN 2 and SDN 6 Kutamakmur North Aceh has not yet run properly because some students are not able to memorize do’a in shalat as it is expected. The obstacles the teachers encounter is the limited time availability to do practice in school, the lack of parents’ guidance in teaching and urging their children to do shalat. Hence, students only learn this at school without parents’ guidance and some of students are not able to recite and memorize do’a in shalat.
Peningkatan harga diri melalui layanan bimbingan dan konseling individu Latif, Umar; Aini, Zamratul
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol 8, No 2 (2020): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.552 KB) | DOI: 10.29210/142900

Abstract

Fostered women are more vulnerable to psychological problems than fostered men. One psychological problem that is usually experienced by inmates is low self-esteem. one solution to improve self-esteem can be done through Islamic counseling services.The purpose of devotion-based research is to determine the effectiveness of Islamic counseling in increasing the self-esteem of the target people. The approach used in this research is Participatory Action Research. respondents involved in this study were all members of the Sigli Penitentiary Class III Prison Society. the results of the study found an increase in self-esteem in fostered citizens marked by the emergence of 5 of 7 aspects based on behavioral checklist indicators that are realistic, aware of strengths and weaknesses, aware of the position as a creature of God, assertive and independent.
KONSEP FITNAH MENURUT AL-QUR’AN umar Latif
Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 21, No 1 (2015): Jurnal Al Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/albayan.v21i31.149

Abstract

Penafsiran yang ada selama ini terhadap fitnah sering hanya terbatas pada apa yang di-maksud dengan fitnah dan belum mengarah pada tujuan dari makna tersebut. Al-Qur’an di samping bersifat deskriptif, pada makna yang sesungguhnya adalah bersifat preskriptif (memberikan ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan) dan selalu bertujuan demi perbaikan kemanusiaan, sehingga perlu untuk mengetahui dan memahami ter-hadap apa yang dimaksud dengan fitnah yang berupa ujian atau cobaan yang berasal dari Allah. Dengan demikian, makna fitnah tidak hanya terbatas pada makna secara ba-hasa, melainkan menunjuk kepada makna fitnah sebagai siksaan, atau azab, kufur, kesesatan atau penyimpangan dari kebenaran.
LIDAH DAN HATI (SEBUAH ANALISA DALAM KONTEKS TERMINOLOGI AL-QUR’AN) Umar Latif
Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 22, No 1 (2016): Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/albayan.v22i33.615

Abstract

Many issues related to human structure and anatomy can be found in Al-Quran, and one of them is with regard to sense. Simply, there are some senses discussed in Al-Quran. According to Al-Quran, human sense consists of three parts, those are physical, inner, and heart senses. Even Al-Quran considers that sense should not only have function to absorb information and form knowledge, but also have function to form a conviction in terms of application. Therefore, from the three classification of sense mentioned in Al-Quran, in this context the writer will limit the investigation towards the sense of heart and tongue as part of nobility, which is considered valuable for human compared to other creatures because these senses are two sides of differentiators and links to recognize The Creator.
KONSEP AMARAH MENURUT AL-QUR’AN umar Latif
Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 21, No 2 (2015): Jurnal Al Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/albayan.v21i32.422

Abstract

Penyebutanpada kata amarah,dalam al-Qur’an sering terbatasi padasikap dan tindakan itu sendiri. Al-Qur’an bahkan menggambarkan sifat amarah ini sebagai perilaku yang tidak mendasar atau ber-pengetahuan. Seseorang yang berperilaku yang demikian disandarkan kepada sifat yang menuruti hawa’, dengan penekanan pada mental dan pengetahuan yang lemah. Oleh karena itu, al-Qur’an mengisyaratkan sifat amarah dengan pendekatan yang lebih humatis-spiritual melalui zikir, sabar, relaksasi dan termasuk totalitas mental yang siap menerima kebenaran.Untuk itu, pemahaman yang lebih aktual terkait sifat amarah,yang sejatinya memang diperlukan, namun tidak selamanya mesti dipusatkan secara fisik, dan sifat ini terkadang memerlukan usaha dari dalam ketika menghadapi tantangan; karena itu nilai sabar menjadi penyeimbang setelah fase kemurahan hati. Dengan demikian, konsep amarah tidak hanya terbatas pada makna secara literal,melainkan menunjuk kepada makna subtansial yang berarti “merugi” yang berujung kepada kesesatandan atau penyimpangan dari kebenaran. The term anger, in al-Quran is often limited to the attitude and action. Even al-Quran describes anger as the attitude of the person who is not knowledgeable. Someone who has anger is the one who follows his or her desire by having weak mental and knowledge. Thus, al-Quran hints the coping of anger with approach that is more humatis-spiritualthrough zikr, patience, relaxation and including mental totality that is ready to accept the truth. The understanding that is more actualrelated to anger is actually needed. To deal with anger is not always to be concentrated physically, butmore inner effort is needed.; therefore, patient value becomes the balance after the phase of generosity. It can be said that, anger concept is not only limited to literal meaning, but also to substantial meaning which means “losers”can culminate in digression or the deviation from the truth. Kata Kunci: Amarah dan al-Qur’an
Al-QUR’AN SEBAGAI SUMBER RAHMAT DAN OBAT PENAWAR (SYIFA’) BAGI MANUSIA Umar Latif
Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 20, No 2 (2014): Jurnal Al Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/albayan.v20i30.125

Abstract

Sebagai wahyu yang dipandang begitu bernilai, al-Qur’an dengan tingkat sakralitasnya telah menghadirkan pemahaman tanpa batas. Pemahaman ini bias dilacak berdasarkan sejumlah peristiwa yang berkembang dalam konteks social masyarakat, dan konteks tersebut tampaknya begitu terikat dengan tanda-tanda (ayat-ayat) empiris, seperti manusia terkadang siap menerima sesuatu yang memiliki kebenaran (tashdiq) atau terkadang siap menolak sebagai kepalsuan (takhdhib). Dua bentuk ini dapat dianggap sebagai rahmat dan obat penawar bagi manusia. Bahkan tanda-tanda yang dimaksudkan dalam al-Qur’an, yang oleh Allah merupakan ungkapan kongkret bertujuan membimbing (ihtida’) manusia ke jalan yang benar, dan bukan sebagai laknat bagi hambanya. Kata Kunci: Al-Qur’an, Rahmat dan Obat Penawar (Syifa’)
KONSEP MATI DAN HIDUP DALAM ISLAM (Pemahaman Berdasarkan Konsep Eskatologis ) umar Latif
Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 22, No 2 (2016): Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/albayan.v22i34.875

Abstract

ABSTRAK: Penyebutan pada kata mati dan hidup berdasarkan konsep Islam adalah sebuah rantai kehidupan yang saling menghubungkan. Artinya, bahwa kematian adalah satu dimensi kehidupan berikutnya dan akan berlangsung setelah proses kehidupan yang pertama. Peristiwa kematian dan kehidupan, oleh al-Qur’an dinilai sebagai bentuk penciptaan yang patut diperhatikan secara seksama; dan bahkan perhatian kepada kedua kata ini (mati dan hidup) memerlukan analisis secara aktual, dengan mengacu kepada sifat Tuhan melalui representasi asma’ al-husna, bahwa tingkat kebaikan Tuhan memang tak terbatas. Dengan kata lain, kematian dan kehidupan adalah suatu penciptaan Tuhan yang patut disyukuri dan diterima seikhlas mungkin sebagai landasan ketaqwaan seorang hamba dalam konteks keimanan. Kata Kunci: Mati, Hidup dan Konsep Eskatologis ABSTRACT: The mention of the word death and life based on the concept of Islam is a living chain interconnect. It means that death is the next dimension of life and will take place after process of first life. The event of death and life, the Qur'an is considered as a kind of creation that should be considered carefully; and even attention to these two words (dead and alive) requires actually analysis, with reference to the nature of God through the representation of asthma 'al-Husna, that the level of God's goodness is infinite. In other words, death and life is a creation of God to be grateful and accepted as the foundation of faith of a servant within the context of faith. Kayword : Dead, Life and eschatological concept
Peningkatan harga diri melalui layanan bimbingan dan konseling individu Umar Latif; Zamratul Aini
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol 8, No 2 (2020): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.552 KB) | DOI: 10.29210/142900

Abstract

Fostered women are more vulnerable to psychological problems than fostered men. One psychological problem that is usually experienced by inmates is low self-esteem. one solution to improve self-esteem can be done through Islamic counseling services.The purpose of devotion-based research is to determine the effectiveness of Islamic counseling in increasing the self-esteem of the target people. The approach used in this research is Participatory Action Research. respondents involved in this study were all members of the Sigli Penitentiary Class III Prison Society. the results of the study found an increase in self-esteem in fostered citizens marked by the emergence of 5 of 7 aspects based on behavioral checklist indicators that are realistic, aware of strengths and weaknesses, aware of the position as a creature of God, assertive and independent.
KOMUNIKASI VERBAL DALAM KOMUNIKASI DAKWAH Umar Latif
At-Taujih : Bimbingan dan Konseling Islam Vol 1, No 2 (2018): At-Taujih : Bimbingan dan Konseling Islam
Publisher : Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dawah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.816 KB) | DOI: 10.22373/taujih.v1i2.7204

Abstract

Al-Qur‟an banyak membicarakan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tata cara berbicara yang mengandung kebenaran dan keadilan. Maksud ini, secara sederhana, mengarah kepada sejumlah istilah yang dibicarakan di dalam Al-Qur‟an. Menurut Al-Qur‟an, kata qawlan sadida, qawlan ma’rufa dan al-haq, dimungkinkan untuk dimaknai ke dalam pemahaman yang berhubungan dengan pemanfaatan fungsi lidah sebagai media berkomunikasi. Bahkan Al-Qur‟an berpandangan bahwa setiap istilah semestinya tidak hanya berfungsi menyerap sejumlah informasi dan membentuk pengetahuan, melainkan berfungsi untuk dapat membentuk sebuah keyakinan dalam bentuk perbuatan itu sendiri, dalam arti yang luas semisal mengandung nilai keadilan dan kebenaran. Oleh karena itu, dari ketiga istilah ini, penulis dalam konteks ini akan menelusuri dari segi tujuan dan fungsi yang dimunculkan melalui fungsi lidah sebagai media komunikasi, yang dinilai berharga bagi manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya; karenanya indera ini adalah sisi pembeda sekaligus sebagai mata rantai untuk mengenal maksud makna yang dikandungnya. Bahkan pengenalan kepada makna ini secara tepat dan benar merupakan suatu konklusi bahwa manusia telah berada pada sisi pengetahuan yang benar secara menyeluruh. Kata Kunci: Komunikasi verbal  dan Pemaknaan dalam Islam   
METODE PEMULIHAN TRAUMA BENCANA GEMPA MELALUI PENDEKATAN BIMBINGAN ISLAMI DI DESA TEUMANAH KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA Umar Latif
At-Taujih : Bimbingan dan Konseling Islam Vol 2, No 1 (2019): At-Taujih : Bimbingan dan Konseling Islam
Publisher : Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dawah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.414 KB) | DOI: 10.22373/taujih.v2i1.7211

Abstract

Gempa bumi merupakan fenomena/bencana alam yang tidak dapat dihindari, mencegah terjadinya korban jiwa dalam jumlah besar merupakan sebuah tantangan bagi masyarakat dan pemerintah. Gempa yang terjadi pada 7 Desember 2016 lalu berkekuatan 6,5 skala richter mengguncang Kabupaten Pidie Jaya pada pukul 5.03.36 WIB. Pusat gempa berada di koordinat 5,25 LU dan 96,24 BT, tepatnya di darat pada jarak 18 kilometer tenggara Sigli, Pidie dan 2 kilometer Utara Meureudu, Pidie Jaya pada kedalaman 15 KM. Berdasarkan data BNPB mencatat 11.730 rumah rusak akibat gempa. Selain itu, tercatat 195 unit ruko roboh, 14 mesjid rusak, 1 rumah sakit rusak berat dan 1 unit sekolah roboh. Jumlah korban meninggal tercatat 97 orang di Pidie Jaya sebagai daerah terdampak paling parah. Selain itu, sebanyak 73 orang luka berat, 200 orang luka ringan, 10.00 ribu santri terluka. Kerugian-kerugian yang ditanggung oleh masyarakat, tidak hanya menyangkut materi, rumah, fisik, harta benda, aset-aset, pekerjaan, serta kehilangan anggota keluarga dan family, melainkan juga kerugian psikologis yang membutuhkan waktu relatif lama untuk proses pemulihannya. Peristiwa tersebut dapat menciptakan trauma tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Pidie Jaya khususnya yang terkena dampak langsung dari musibah gempa. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pengaruh bencana gempa terhadap trauma masyarakat; (2) Mendeskripsikan bentuk  pendekatan dan bimbingan Islami dalam pemulihan trauma bencana gempa  terhadap masyarakat; dan (3) Menganalisis peluang dan tantangan pemulihan trauma bencana gempa melalui pendekatan bimbingan Islami di Desa Teumanah Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil yang didapatkan di lapangan bahwa masyarakat korban gempa mengalami trauma, hal ini dapat dilihat dari dua indikator, pertama: dari ciri-ciri orang yang kena taruma di mana korban gempa Pidie Jaya merasakan dalam diri mereka kewaspadaan atau reaksi berlebihan jika mendengar sesuatu bunyi sudah terkejut, gangguan tidur, di mana mereka tidak berani tidur sendirian. Kedua: dari reaksi yang muncul dari aspek emosional seperti cemas, gugup, sedih, berduka, depresi, takut, khawatir kejadian akan terulang, jika dilihat dari aspek kognitif maka reaksi yang sering muncul dalam diri mereka adalah mudah bingung dan merasa lemah seakan-akan tidak berdaya, jika dilihat dari aspek behavior reaksi yang mereka alami adalah  gangguan tidur dan gampang terkejut. Sedangkan bentuk metode bimbingan Islami yang digunakan oleh tokoh agama dari kalangan da’i perkotaan adalah Bilhikmah, mauizatul hasanah dan Mujadalah billati hiya ahsan.  Kata Kunci: Gempa, Trauma, Bimbingan