Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

GAMBARAN HISTOPATOLOGI MUKOSA LAMBUNG TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) YANG DIINDUKSI FORMALIN DENGAN DOSIS BERTINGKAT Edy Ramdhani; Eka Silvia
Jurnal Medika Malahayati Vol 1, No 1 (2014): Volume 1 Nomor 1
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jmm.v1i1.811

Abstract

Formalin adalah bahan yang sering digunakan untuk pengawetan mayat digunakan juga sebagai bahan baku industri dan bahan-bahan untuk pemeriksaan patologi anatomi dalam dunia kedokteran. Formalin merupakan salah satu pengawet yang akhir-akhir ini banyak digunakan dalam makanan, padahal jenis pengawet tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan seperti ikan asin, mie basah dan tahu yang memakai pengawet formalin. penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh formalin peroral dosis bertingkat terhadap perubahan gambaran dan atau kerusakan histopatologis gaster tikus wistar. Metode penelitian :penelitian ini eksperimental labolatorik dengan post test only control group desaign,sempel sebanyak 20 ekor tikus wistar yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian diadaftasi selama 7 hari. Setelah masa adaptasi tikus wistar dibagi secara simple random sampling menjadi 4 kelompok. K merupakan kelompok kontrol tanpa diberi formalin per oral, P1 diberi formalin 50 mg/kgbb, P2 diberi formalin 100mg/kgbb, dan P3 diberi formalin 200mg/Kg BB. Setelah 14 hari pemberian perlakuan semua organ gasternya diambil dan dilakukan pemeriksaan histopatologisnya. Hasil rerata jumlah kerusakan epitel mukosa tertinggi pada kelompok P3. Uji Kruskal Wallis didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,003) uji manwhitney didapatkan perbedaan yang bermakna pada K-P1 (p=0,014), KP2 (p=0,011),K- P3 (p=0.007), P1-P3 ( P=0,014)sedangkan P1 dengan P2, dan P2 dengan P3 didapatkan hubungan yang tidak bermakna P1 dengan P2 (p=0.050) dan P2 dan P3 (p=0,513). Kesimpulan: pemberian formalin per oral dosis bertingkat selama 14 hari menyebabkan terjadinya kerusakan histopatologis gaster tikus wistar, perubahan yang terlihat berupa erosi epitel. Kata kunci:
PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS PANJANG Resati Nando Panonsih; Eka Silvia
Jurnal Medika Malahayati Vol 1, No 3 (2014): Volume 1 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.324 KB) | DOI: 10.33024/jmm.v1i3.1926

Abstract

Latar Belakang :IMS (infeksi menular seksual) adalah golongan penyakit menular atau penyakit infeksi yang ditularkan terutama dengan cara hubungan seksual melalui penis, vagina, anal dan oral.Berdasarkan hasilprasurveydiketahuidata jumlah PSK yang terdata di PuskesmasPanjangtahun 2013 lebih kurang berjumlah 303orang yang terdiri dari wilayahpemandangan kurang lebih 158 orang dan wilayah pantai harapan lebih kurang 145 orang, dan jumlah data yangmelakukan pemeriksaan dari bulan januari – oktober 2013 berjumlah 761 orang dari jumlah tersebut diantaranya menderitaIMS yaitu 365 orang terkena servisitis/proctitis, 3 orang kandidiasis dan 393 orang lain – lain ( BV, Bubo kondiloma, LGV).Tujuan :Untuk mengetahui perilaku PSK berupa usaha medis dannon medis diPuskesmasPanjang.Metode Penelitian :menggunakan metode Deskriptif Analitik. Desain penelitian adalah Cross-Sectional. Subjekpenelitian adalah seluruh wanita PSK yang memeriksakan diri di Puskesmas Panjang.Hasil : dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji statistikuntuk upaya medis didapat pvalue= 0,03 ( p-value < α = 0,05 ) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara upaya medis dengankejadian IMS pada PSK di Puskesmas Panjang dan untuk
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN DERMATITIS SEBOROIK BERDASARKAN LETAK LOKASI LESI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) Dr. H. ABDUL MOELOEK Eka Silvia; Yunita Sari Tanjung
Jurnal Medika Malahayati Vol 1, No 4 (2014): Volume 1 Nomor 4
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.22 KB) | DOI: 10.33024/jmm.v1i4.1931

Abstract

Latar Belakang: Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktifan kelenjar minyak yang terjadi pada bayibaru lahir dantidak aktif pada usia 9-12 tahun dengan puncak kejadian terjadi pada usia 18-40 tahun dengan efloresensiberupa eritem, edem,papul, vesikel, skuama dan keluhan gatal.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian dermatitisseboroik berdasarkan letaklokasi lesi di Poli Kulit dan Kelamin RSUD dr.H.Abdul MoeloekMetode Penelitian: Yaitu deskripsi analitik dengan rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional.Penelitian dilakukan di Poli Kulit dan Kelamin RSUD dr.H.Abdul Moeloek. Subjek dipilih menggunakan metode totalsampling dengan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 43.Variabel independent usia, jenis kelamindan tingkat kelembaban serta variabel dependent lokasi lesi dermatitis seboroik. Alat ukur yang digunakan pemberiankuisoner dan sub rekam medik dengan uji analisis univariat.Hasil: Dari 43 sampel berdasarkan usia letak lesi bagian atas sebanyak 20 dan bagian bawah 5 terjadi pada usia>46 tahun sedangkan usia <46 tahun letak lesi bagian atas sebanyak 14dan bagian bawah 4. Berdasarkan jenis kelamin letak lesi bagian atas sebanyak 19 dan bagian bawah 5 terjadi pada lakilaki,pada perempuan letak lesi bagian atas 15 dan bagian bawah 4. Berdasarkan tingkat kelembaban rendah (panas) letaklesi bagian atas sebanyak 31 dan bagian bawah 8 sedangkan pada kelembaban tinggi (dingin) letak lesi bagian atas 3 danbagian bawah 9.Kesimpulan: Angka kejadian lebih sering terjadi pada usia >46 tahun dengan jenis kelamin laki-laki serta dengantingkat kelembaban rendah (panas)
Tingkat Kontrol Asma Di Klinik Harum Melati Pringsewu Retno Ariza S Soemarwoto; Rakhmi Rafie; Eka Silvia; Woro Pramesti; Fenta Loka Tata; Gigih Setiawan
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 2 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i2.2872

Abstract

Asma adalah penyakit heterogen yang biasanya ditandai dengan inflamasi kronik saluran napas, disertai adanya riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk yang berbeda dari waktu dan intensitasnya bersamaan dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi. Tingkat kontrol asma adalah sejauh manakarakteristik asma dapat diamati pada pasien asma dan telah berkurang atau hilang dengan pengobatan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, angka kekambuhan asma di Provinsi Lampung menduduki peringkat lima besar di Indonesia.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kontrol asma pada pasien asma bronkial diKlinik Harum Melati Pringsewu periode Agustus 2018-Agustus 2019. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif menggunakan data sekunder. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik pasien asma bronkial di Klinik Harum Melati Pringsewu periode Agustus 2018-Agustus 2019 yang berjumlah 449, pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 84 data rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat. Hasil didapatkan yaitu 54 subjek (64,3%) memiliki asma yang terkontrol, 25 subjek (29,8%) memiliki asma yang terkontrol sebagian, dan 5 subjek (6,0%) memiliki asma tidak terkontrol.  Kata kunci: asma, asma bronkial, tingkat kontrol asma
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2009 UNIVERSITAS MALAHAYATI Eko Nuzul Abdillah Khairul Rizky; Eka Silvia; Deviani Utami
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2014): Vol 1 No 2
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.398 KB) | DOI: 10.33024/.v1i2.302

Abstract

Miopia atau rabun jauh merupakan keadaan dimana cahaya yang datang pada mata jatuh di depan retina, sehingga pandangan akan terasa kabur pada saat melihat objek jauh. Mahasiswa Fakultas Kedokteran cenderung mengalami miopia karena diakibatkan oleh faktor keturunan, lama mata bekerja dan jarak dekat mata bekerja. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dan pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Sampel penelitian ini sebanyak 42 orang. Analisa data univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi, sedangkan analisa bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan cara uji statistik Chi square.Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang saling berhubungan dengan miopia adalah faktor lama mata bekerja dan jarak dekat mata bekerja, sedangkan faktor keturunan tidak memiliki hubungan. Hasil p value dari faktor keturunan adalah 3,055, faktor lama mata bekerja p value 0,000 dan factor jarak dekat mata bekerja p value 0,038. Faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kejadian miopia adalah faktor lama mata bekerja dan faktor jarak dekat mata bekerja, sedangkan faktor yang tidak memiliki hubungan adalah faktor keturunan.
ANALISIS FKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDILOMA AKUMINATA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Arif Effendi; Eka Silvia; Merry Putri Hernisa
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 4, No 1 (2017): Volume 4 Nomor 1
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.36 KB) | DOI: 10.33024/.v4i1.765

Abstract

Latar Belakang: Kondiloma Akuminata (KA) adalah kelainan kulit berupa vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu. Penyakit ini tergolong penyakit Infeksi menular Seksual yang penyebaran kosmopolit melalui hubungan seksual. Predileksi tersering yang dijumpai pada wanita adalah di vulva, labia mayora, labia minora dan serviks sedangkan pada laki-laki kutil sering ditemukan di sulcus coronaria, preputium penis, glans penis, korpus penis dan anus. Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kejadian KA diantaranya adalah usia, jenis kelamin, aktivitas seksual, merokok, kehamilan, riwyat IMS dan penurunan daya tahan tubuh.Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara usia,  jenis kelamin, pendidiikan dan status perkawinan dengan kejadian Kondiloma Akuminata di poliklinik kulit dan kelamin RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2016.Metode Penelitian: Deskriptif analitik melalui studi rekam medik pasien yang berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2016. Populasi penelitian ini adalah semua  pasien IMS yang berobat ke poli kulit dan kelamin. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square.Hasil Penelitian: Pada pasien KA yang tercatat di data rekam medik RSUD Dr. H. Abdul Moeleok Bandar Lampung tahun 2016 memperlihatkan kelompok umur terbanyak adalah usia 20-40 tahun sebanyak 42 orang (51,9%) pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 54 orang (66,7%) dengan pendidikan rendah sebanyak 66 orang (81,5%) dengan status kawin sebanyak 62 orang (76,5%) .Kesimpulan: Ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan dan status perkawinan  dengan kejadian Kondiloma Akuminata pada pasien IMS yang berobat di poliklinik kulit dan kelamin RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun  2016.
Efektivitas Antibiotik Benzoil Peroksida Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes Dengan Metode Difusi Pada Pasien Acne Vulgaris Kayla Rahma Mulqi; Eka Silvia; Ismalia Husna; M. Syafei Hamzah
Medula Vol 12 No 2 (2022): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v12i2.350

Abstract

Acne vulgaris is a disorder limited to the visible pilosebaceous unit. Acne presents with a pleomorphic arrangement. lesions consisting of comedones, papules, pustules, and nodules of varying extent and severity. While the course of acne may be self-limiting, the sequelae can be lifelong, with scar formation that is difficult to go away. Benzoyl peroxide is an effective topical agent for the treatment of acne vulgaris. The way it works can penetrate the stratum corneum or follicular openings unchanged and is converted metabolically to benzoic acid in the epidermis and dermis. Approximately 5% of the applied dose is absorbed from the skin in an 8 hour period. It has been postulated that the mechanism of action of benzoyl peroxide in acne is related to its antimicrobial activity against P. acnes and to its exfoliating and comedolytic effects.
Efektivitas Antibiotik Tetrasiklin Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes Dengan Metode Difusi Pada Pasien Acne Vulgaris pada Tahun 2022 Alvin Andrian Susanto; Eka Silvia; Ade Utia; Muhamad Syafei Hamzah
Medula Vol 12 No 2 (2022): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v12i2.351

Abstract

Acne vulgaris is a disorder of the pilosebaceous unit that appears mainly in adolescence. Most cases of acne present with polymorphic lesions, which consist of comedones, papules, pustules, and nodules of varying severity. Acne can cause a decrease in self-confidence because it can cause hypertrophic scars that can cause lifelong scars. Oral clindamicin has been used for a long time, but has a high risk of pseudomembranous colitis. Currently, clindamici is rarely used for the treatment of acne vulgaris, but it is still commonly used topically in combination with benzoyl peroxide.
Efektifitas Antibiotik Klindamicin Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes Dengan Metode Difusi Pada Pasien Acne Vulgaris Muhamad Syafei Hamzah; Arief Effendi; Eka Silvia; Anggunan; Ade Utia; Zulhafiz Mandala; Marina Ayu Ningsri; Alvin Andrian Susanto; Muhammad Kevin Wiratama
Medula Vol 12 No 2 (2022): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v12i2.353

Abstract

Acne vulgaris (AV) is defined as a skin disease caused by chronic inflammation of the pilosebaceous unit consisting of non-inflammatory lesions such as open comedones and closed comedones with inflammatory lesions in the form of papules, pustules, and nodules. Tetracycline has a very strong inhibitory power against Propionibacterium acne bacteria. This study aims to compare the effectiveness of the antibiotics clindamycin, benzoyl peroxide, erythromycin, azelac acid and Lactobacillus achidopillus with the effectiveness of tetracycline against Propionibacterium acnes. Research on the effectiveness of tetracycline antibiotics against Propionibacterium acnes was carried out in vitro using the disc diffusion method on Mueller-Hinton Agar media and analyzed the data using Shapiro-wilk for data normality. After being declared to be normally distributed (p>0.05), an unpaired T-test was performed. If the data obtained were not normally distributed, the Mann-Whitney test was performed to test the ratio 1 and 2. The mean effectiveness of tetracycline antibiotics was 48.7 mm and placebo/ vaseline of 0 mm against Propionibacterium acnes in vitro. Based on the unpaired T-Test, Sig.(2-Tailed) = 0.000 (p<0.05) was obtained, which means that there is a significant difference in each variable. There are differences in the effectiveness of Tetracycline antibiotics with placebo/vaseline on the growth of Propionibacterium acnes using the in vitro diffusion method.