Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EFISIENSI FASILITAS PERAWATAN PESAWAT UDARA TERHADAP RUANG SLOT DI HANGAR 4 GMF AEROASIA (STUDI KASUS UNTUK PESAWAT BOEING 737-800 NG) Ari Gusti Nugroho; Eko Setijono
Prosiding SNITP (Seminar Nasional Inovasi Teknologi Penerbangan)
Publisher : Politeknik Penerbangan Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.26 KB)

Abstract

PT. GMF AeroAsia, Tbk mendapatkan sertifikasi AMO sejak tahun 1958. AMO adalahorganisasi yang disahkan oleh DGCA untuk melakukan perawatan, perbaikan danmodifikasi pesawat sesuai dengan cakupan kemampuannya. Berdasarkan CASR part145 bahwa sebuah AMO harus menyediakan tempat, peralatan, material dan personelyang memadai. Sebagai AMO, Bengkel Pesawat Udara seharusnya mempunyaipenghitungan kapasitas fasilitas perawatan pesawat. Kapasitas perawatan dapatditentukan oleh faktor luas hangar, personel, tools, peralatan, dan lainnya. Di PT. GMFAeroAsia, Tbk jumlah pesawat udara yang akan melakukan perawatan terlalu banyaksedangkan kapasitas tata letak pesawat tidak signifikan. Hal tersebut akan mengurangioptimalisasi perawatan pada pesawat udara disana.Tujuan penulisan Penelitian ini adalah untuk memberi informasi ruang perawatanyang sesuai dengan dimensi pesawat dan alokasi wilayah di PT. GMF AeroAsia,Tbk. Kondisi fakta-fakta yang terjadi berdasarkan data yang diperoleh denganmelakukan wawancara langsung, studi pustaka dan observasi pada saat penulismelaksanakan On the Job Training (OJT) di GMF AeroAsia, Tbk.Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sebagai bentuk optimalisasi perawatanpesawat udara di PT. GMF AeroAsia, Tbk.
RANCANG BANGUN ALAT MONOCULAR SEBAGAI ALAT BANTU DALAM PELAKSANAAN INSPEKSI PADA PESAWAT UDARA Galuh Kusumaningratri; Eko Setijono; Sukahir
Prosiding SNITP (Seminar Nasional Inovasi Teknologi Penerbangan)
Publisher : Politeknik Penerbangan Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Selain dilakukan perawatan secara berkala, pesawat juga perlu dilakukan inspection walk around baik saat pre-flight maupun transit. Antara jarak dan rute penerbangan, terkadang pesawat melakukan singgah atau transit ke suatu bandar udara karena merupakan kewajiban yang dilakukan sesuai dengan rute penerbangan yang akan dilintasi (flight waypoint), atau karena alasan tertentu sehingga harus singgah. Walk around inspection merupakan pemeriksaan bagian pesawat sebelum boarding atau take off, inspection ini dilakukan dengan mengelilingi sekitar pesawat untuk melihat kerusakan secara visual. Permasalahan yang kadang terjadi pada saat inspection pesawat di bagian yang tinggi seperti stabilizer. Untuk mempermudah inspection pada bagian atas pesawat diperlukan alat yang dapat melihat bagian atas tersebut. Meresponi hal tersebut, maka dibuat monocular sebagai alat bantu yang bertujuan mempermudah praktik Inspection Technic and Handling. Alat bantu ini dirancang dengan 1 lensa objektif, 2 lensa prisma, 3 lensa mata dengan tambahan senter sebagai alat bantu pengelihatan saat inspection malam hari
PENGARUH INSTALATION ERROR TERHADAP ACCIDENT PESAWAT UDARA Ilham Burhanuddin Putra Perdana; Eko Setijono; Sukahir
Prosiding SNITP (Seminar Nasional Inovasi Teknologi Penerbangan)
Publisher : Politeknik Penerbangan Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian tugas akhir ini dengan judul PENGARUH INSTALATION ERROR TERHADAP ACCIDENT PESAWAT UDARA. Ada banyak shop di hangar Politeknik Penerbangan Surabaya. Masing-masing shop dilengkapi dengan tools yang komplit dan bagus sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar para taruna. Namun karena kelalaian taruna sendiri, sering menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja. Seperti menggunakan alat pelindung diri sering dianggap remeh oleh taruna. Metode Human Error, Dirty Dozen digunakan untuk mengetahui faktor yang dominan menyebabkan kecelakaan kerja yang dihadapi di hangar. Perhitungan skor risiko diketahui nilai error terbesar terletak pada kegiatan saat taruna menggunakan engine atau peralatan yang tajam, dan juga mesin drill. Solusi yang diberikan adalah dengan meningkatkan pengawasan pada setiap proses, melakukan pelatihan, memberi sanksi tegas bagi para taruna yang tidak memakai APD (alat pelindung diri) dan membuat SOP (Standar Operational Procedure).