Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

SAPHALA SANTACITTA Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa S1 FSMR
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.551

Abstract

Komposisi “Saphala Santacitta” adalah sebuah karya komposisi karawitan baru tentang keseimbangan hidup yang berpijak pada falsafah Jawa mengenai sedulur dan keblat papat lima pancer. Konsep sedulur dan keblat papat lima pancer yang dipahami dari beberapa sudut pandang, baik dari konsep kelahiran, arah mata angin, penanggalan Jawa, pasaran Jawa, maupun sifat manusia berdasarkan sufisme di Jawa, direpresentasikan ke dalam analogi musikal. Secara bentuk komposisi “Saphala Santacitta” terdiri dari lima bagian lagu inti. Tiap bagian berisi analogi musikal dari konsep sedulur dan keblat papat lima pancer.Kata Kunci: Keseimbangan, Komposisi, Lima Bagian
Pelatihan Gending Gerejawi Kepada Kelompok Sabda Laras Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar; Bagas Arga Saputra
Jurnal Pengabdian Seni Vol 1, No 2 (2020): NOVEMBER 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jas.v1i2.4711

Abstract

Kelompok Karawitan Sabda Laras merupakan sekelompok jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Yogyakarta yang mengupayakan realisasi dari inkulturasi dalam lingkungan gereja. Namun, tidak adanya pelatih tetap sejak tahun 2017 berdampak pada jumlah anggota yang tidak bertambah tetapi justru berkurang, dan hingga saat ini belum ditemukan strategi atau metode untuk menyemarakkan/memajukan grup. Pelatihan bagi kelompok Karawitan Sabda Laras diperlukan untuk meningkatkan kemampuan menabuh gamelan dengan lagu gerejawi. Pelatihan dilakukan melalui program Penyuluhan Seni ISI Yogyakarta, yang diselenggarakan pada bulan Maret-Agustus 2020. Pelatihan awalnya diselenggarakan dengan tatap muka, namun karena pandemi covid-19 maka pelatihan dilanjutkan secara daring. Materi yang diberikan yaitu lagu S’mua Baik”, “Betapa Kita Tidak Bersyukur”, dan “Angkatlah Hati-Mu pada Tuhan”. Materi ini diberikan untuk menambah vocabulary lagu-lagu gerejawi. Materi diberikan melalui grup whatsapp dengan media video (link youtube) dan google site. Hasil pelatihan ini antara lain menambah kemampuan dan pengetahuan mengenai teknik tabuhan instrumen dan garap, terutama dalam hal menggubah lagu gerejawi dengan menggunakan media gamelan dan beberapa variasi tabuhan sebagai bagian dari aransemen lagu. Selain itu, peserta dapat menguasai lagu “S’mua Baik”, “Betapa Kita Tidak Bersyukur”, dan “Angkatlah Hati-Mu pada Tuhan”. The Karawitan Sabda Laras group is a group of members of the Indonesian Muria Christian Church (GKMI) Yogyakarta which strive for the realization of inculturation within the church environment. However, the absence of a permanent coach since 2017 has an impact on the number of members who have not increased but instead decreased, and until now there has been no strategy or method to enliven / advance the group. Training for the Karawitan Sabda Laras group is needed to improve the ability to beat the gamelan with ecclesiastical songs. The training was carried out through the ISI Yogyakarta Art Counseling program, which was held in March-August 2020. The training was initially held face-to-face, but due to the Covid-19 pandemic the training was continued online. The materials given were the songs S'mua Baik "," How We Are Not Grateful ", and" Raise Your Heart to God ". This material is given to add to the vocabulary of ecclesiastical songs. The material is given through the whatsapp group with video media (link youtube) and google site. The results of this training, among others, increase the ability and knowledge of the technique of instrument beats and work on, especially in terms of composing ecclesiastical songs using gamelan media and several variations of wasps as part of song arrangement. In addition, the participants were able to master the songs "S'mua Baik", "How We Are Not Grateful", and "Raise Your Heart to God".
Perancangan E-Modul Interaktif Berbasis Flipbook Pada Mata Kuliah Kajian Instrumen Kendang Tri Suhatmini Rokhayatun; Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar; Ipuk Widyastuti; Farid Azzani Prasanaya
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v8i1.19316

Abstract

ABSTRAKPembatasan kapasitas belajar pada pembelajaran luring pasca pandemi Covid-19 atau era new normal berdampak pada perubahan metode pembelajaran mata kuliah praktek menjadi blended learning, termasuk pada mata kuliah Kajian Instrumen Kendang. Belum tersedianya materi dan media pembelajaran blended learning yang variatif bagi mata kuliah praktek di Jurusan Karawitan ISI Yogyakarta menjadi faktor pendukung pentingnya penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah merancang e-modul interaktif berbasis flipbook pada mata kuliah Kajian Intrumen Kendang. Penelitian ini menggunakan teori sistem simbol, e-learning, dan klasifikasi media pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D) karena model yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan prinsip ADDIE, yaitu Analysis (Analisis), Design (Desain), Development or Production (Pengembangan), Implementation or Delivery (Implementasi), dan Evaluate (Evaluasi). Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan diskografi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dan penyajiannya dideskripsikan melalui pendekatan kualitatif.  Hasil dari penelitian ini berupa laporan, jurnal, dan e-modul interaktif berbasis flipbook. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) penelitian ini diharapkan mampu mencapai level 6 dengan produk e-modul interaktif mata kuliah Kajian Instrumen Kendang.Kata kunci:E-modul, flipbook, media pembelajaran.
“MOONG MILIH” MONGGANG SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KOMPOSISI KARAWITAN Reinardus Banyu Tegar; Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar; Marsudi Marsudi
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 17, No 1 (2023): Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Monggang merupakan salah satu gending pakurmatan yang disajikan dalam upacara atau ritual tertentu. Salah satu kegunaan pada sajian gending monggang digunakan untuk penobatan raja, kematian raja, kedatangan tamu penting dan masih banyak lainya. Pada penyajiannya, gending monggang disajikan dengan irama lancar dan irama dadi. Nada yang dimiliki gamelan monggang berjumlah tida dengan laras slendro kagok.Konsep penciptaan karya komposisi karawitan MOONG MILIH  terinspirasi dari salah satu gending pakurmatan yaitu gending monggang. Gending monggang memiliki ciri khas atau keunikan yaitu hanya menggunakan tiga nada dalam sajian komposisinya. Karakter yang keras dan monoton pada gending monggang menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk mengembangkan dan mengeksplor pada proses penciptaan karya komposisi monggang. Karakter musikal gamelan monggang yang sora atau keras kemudian dipresentasikan ke dalam sebuah komposisi karawitan.Penciptaan terdiri dari tiga tahapan, yaitu pra garap yang terdiri dari studi pustaka, wawancara, dan diskografi. Tahap kedua yaitu garap yang terdiri dari rangsangan awal, pemunculan ide, tafsir garap, instrumensasi, eksplorasi, dan presentasi musikal. Tahapan yang ketiga yaitu pasca garap. Hasil dari penciptaan ini  yaitu mewujudkan komposisi karawitan yang terinspirasi dari unsur musikal monggang khususnya pada upacara kematian. “MOONG MILIH” MONGGANG AS A COMPOSITION CREATING IDEAS KARAWITANMonggang is one of the pekarmatan pieces which is presented in certain ceremonies or rituals. One of the uses of the gending monggang dish is used for the coronation of kings, the death of kings, the arrival of important guests and many others. At the presentation, gending monggang is presented with smooth rhythms and dadi rhythms. The tone of the gamelan monggang is different from the slendro cagok tunings.The concept of creating the MOONG MILIH karawitan composition was inspired by one of the Pakurmatan pieces, namely the Monggang piece. Gending monggang has a characteristic or uniqueness, namely that it only uses three tones in its composition. The harsh and monotonous character of the Monggang gending is the main attraction for the writer to develop and explore the process of creating monggang compositions. The musical character of the loud or sora monggang gamelan is then presented in a karawitan composition.Creation consists of three stages, namely pre-work which consists of literature study, interviews, and discography. The second stage is working on which consists of initial stimulation, idea generation, interpretation of work on, instrumentation, exploration, and musical presentation. The third stage is post-cultivation. The result of this creation is to create karawitan compositions that are inspired by the musical elements of monggang, especially at funerals.
Hop: Interpretasi Suwuk Dalam Komposisi Karawitan Wiku wisesa; Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar; Suhardjono Suhardjono
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 17, No 2 (2023): Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada suatu urutan atau struktur penyajian gending dalam karawitan jawa terdapat istilah yaitu suwuk. Suwuk merupakan bagian terakhir pada struktur penyajian gending yang berfungsi untuk menghentikan lagu atau gending. Selain itu juga merupakan kode atau aksen yang disepakati untuk menghentikan lagu. Suwuk ini memiliki pola kendhangan yang menonjol yang merupakan pola kendhangan yang berbeda dari kendhangan gendingnya, pola tersebut seperti kode yang diberikan oleh ricikan pamurba irama kepada ricikan lain sebagai tanda untuk berhenti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah practice as research trough performance (Praktik sebagai Penelitian melalui Pertunjukan), yang terdiri dari pra garap (observasi, studi Pustaka, wawancara, diskografi, analisis sumber terkait), garap (instrumentasi, tafsir garap, ekplorasi, penotasian, tahap latihan, presentasi musikal), dan pasca garap. Karya ini menggunakan medium tradisi dan idiom baru. Tujuan karya ini adalah menafsirkan dan mengembangkan kendhangan suwuk ladrang, ketawang, lancaran dan bubaran dalam karya komposisi karawitan. Karya komposisi “Hop” merupakan karya komposisi karawitan yang mengambil subtansi dasar karawitan tradisi sebagai ide dasar penciptaan komposisi karawitan. Karya ini menginterpretasi dan mengembangakan kendhangan suwuk sebagai tema penciptaan dengan mengolah unsur musikal seperti melodi, ritme, dan dinamika.HOP: INTERPRETATION OF SUWUK IN KARAWITAN COMPOSITION In a sequence or structure for the presentation of gending in Javanese karawitan, there is a term, namely suwuk. Suwuk is the last part of the musical presentation structure which functions to stop the song or piece. Besides that, it is also the agreed code or accent to stop the song. This suwuk has a prominent kendhangan pattern which is a different kendhangan pattern from the kendhangan gending, this pattern is like the code given by ricikan pamurba rhythm to other rickan as a sign to stop. The method used in this study is practice as research through performance (Practice as Research through Performance), which consists of pre-work (observation, literature study, interviews, discography, analysis of related sources), work on (instrumentation, interpretation, exploration, notation , rehearsal stages, musical presentations), and post-work. This work uses the medium of tradition and new idioms. The purpose of this work is to interpret and develop the kendhangan suwuk ladrang, ketawang, smoothness and dissolution in musical composition works. The compositional work "Hop" is a musical composition work that takes the basic substance of traditional karawitan as the basic idea for the creation of musical compositions. This work interprets and develops kendhangan suwuk as a theme of creation by processing musical elements such as melody, rhythm and dynamics.
BANDAKALA: TRANSFORMASI KARAKTER PEMBAYUN DALAM KOMPOSISI KARAWITAN Dedi Ahmad Fahrudin; Asep Saepudin; Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 17, No 1 (2023): Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mentransformasikan karakter Pembayun ke dalam karya komposisi karawitan yang berjudul Bandakala. Komposisi ini menggunakan konsep pathet dan teori “Rasa In Javanese Musical Aesthetics” Marc Benamou. Karya ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi naratif. Tahapan perwujudan karya dilakukan melalui pra garap, garap, dan pasca garap. Adapun struktur dramatik yang digunakan dalam karya komposisi ini antara lain, eksposisi, komplikasi, konflik, dan reversal. Penelitian ini berangkat dari ketertarikkan penulis terhadap sosok Pembayun dalam naskah kethoprak. Pembayun merupakan anak dari seorang Raja Mataram yaitu Panembahan Senopati. Pembayun dalam cerita kethoprak yang populer di kalangan masyarakat adalah penari ledhek yang terkenal dengan kecantikannya. Karakter Pembayun yang umum diperlihatkan adalah karakter yang licik karena ia menyamar sebagai penari ledhek untuk memikat hati Ki Ageng Mangir IV yang merupakan musuh dari Panembahan Senopati yaitu Raja Mataram. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan empat karakter dalam tokoh Pembayun, yaitu pemberani, lembut, labil, dan bijaksana. Karakter tersebut diperoleh melalui wawancara, bedah naskah, serta melihat pertunjukan kethoprak yang berkaitan dengan Pembayun. Hasil kesimpulan menujukkan bahwa karakter Pembayun dapat ditransformasikan melalui pendekatan konsep pathet dan struktur dramatik. Konsep pathet yang digunakan dalam komposisi ini antara lain pathet slendro sanga dan pathet pelog barang serta srtuktur dramatik yang bertujuan untuk memberikan alur dramatik agar keempat karakter tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh.Bandakala: Transformation of the Character of Pembayun in Karawitan CompositionThe aim of this research is to transform Pembayun's character into a karawitan composition entitled Bandakala. This composition uses the concept pathetic and the theory of “Rasa In Javanese Musical Aesthetics” by Marc Benamou. This work uses qualitative research methods with a narrative study approach. The stages of embodiment of the work are carried out through pre-work, work on and post-work. The dramatic structures used in this composition include exposition, complication, conflict, and reversal. This research departs from the author's interest in the figure of Pembayun in the manuscript ketoprak Pembayun is the son of a Mataram king, Panembahan Senopati. Pebayun in the story ketoprak popular among the people are dancersled who is famous for her beauty. The Pembayun character that is commonly shown is a cunning character because he disguises himself as a dancerledto captivate Ki Ageng Mangir IV who was an enemy of Panembahan Senopati, the King of Mataram. Therefore, the writer concludes that there are four characters in Pembayun, namely brave, gentle, unstable, and wise. These characters are obtained through interviews, reviewing scripts, and watching performancesketoprakrelating to the Pembayun. The conclusion results show that Pembayun's character can be transformed through a conceptual approach pathetic and dramatic structure. Concept pathet icused in this composition include: pathetic slim branch and pathetic pelog oodsas well as a dramatic structure that aims to provide a dramatic plot so that the four characters become one unified whole.