Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Tepak Kendang Jaipong dalam Kesenian Campursari Saepudin, Asep Saepudin; Yulaeliah, Ela
PANGGUNG Vol 31, No 2 (2021): Estetika Dalam Keberagaman Fungsi, Makna, dan Nilai Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (757.331 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v31i2.1544

Abstract

This paper aims to determine the causes of changes in the Jaipong kendang motifs and analyze its motifs in Campursari. This writing uses the method of descriptive analysis. The entry of the Jaipong kendang in Campursari led to various changes from the original kendang. The conclusions obtained were changes in the multiple motifs of Jaipong kendang as a result of adjusting the Jaipong kendang to the Campursari performance. The Campursari players, who are predominantly Javanese and have traditional values, cannot be separated when they play the Jaipong kendang. The sense of tradition of the artists in playing the Javanese kendang, of course, indirectly channeled in the Jaipong kendang. The result is that new motifs of Jaipong kendang are the result of the artists’ creativity. Jaipong kendang motifs contained in Campursari, in general, are mincid motifs. It is found in almost every song accompanied by the Jaipong kendang. The other motifs are in the form of codes or accents made by artists as a unique feature in every Campursari song. Keywords: tepak, jaipong, mincid, campursari  ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadi perubahan motif kendang jaipong serta menganalisis motif-motif kendang jaipong dalam Campursari. Metode deskriptif analisis digunakan dalam penulisan ini. Masuknya kendang jaipong dalam Campursari, menimbulkan berbagai perubahan dari kendang aslinya. Hasil kesimpulan diperoleh bahwa terjadinya perubahan beragam motif kendang jaipong sebagai akibat disesuaikannya kendang jaipong dengan sajian Campursari. Pemain Campursari yang mayoritas orang Jawa dan telah memiliki nilai tradisi, tidak lepas begitu saja ketika mereka memainkan kendang jaipong. Rasa tradisi para seniman dalam bermain kendang Jawa, tentunya secara tidak langsung tersalurkan di dalam kendang jaipong. Hasilnya adalah motif-motif baru kendang jaipong hasil kreativitas para seniman. Motif-motif kendang jaipong yang terdapat di dalam Campursari secara umum adalah motif mincid. Motif mincid ini terdapat hampir di setiap lagu yang diiringi kendang jaipong. Adapun motif lainnya adalah berupa kode atau aksen-aksen hasil karya seniman sebagai ciri khusus dalam setiap lagu Campursari.   Kata kunci: tepak, jaipong, mincid, campursari
TEPAK KENDANG JAIPONGAN DALAM LAGU DAUN PULUS KÉSÉR BOJONG Asep Saepudin
SELONDING Vol.2, No.2, September 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/selonding.v2i2.337

Abstract

The drum beat of Daun Pulus Keser Bojong or Keser Bojong is the most popular drum beat in West Java in 1980s. This paper aims to explore a variety of Jaipongan drum beats in the Daun Pulus Keser Bojong composition on descriptive analytic basis. By this method, the author explored a variety of musical elements that characterized the song with its particular drum beats, either in their forms and structures. Further, other musical instruments such as bonang, kecrek, lagu, gending, kempul, and goong were also taken into account. Among those characteristics is the dominant improvised drum beats at the beginning of the song (pangkat) with a quite long duration, which is nine times of gong sounding that never existed in other previous traditional ensembles. Keywords: strokes, jaipongan, késér bojong
Musik Bambu Wiragawi: Representasi Komodifikasi Bambu dari Hasil Strukturasi di Tiga Locus Komarudin Komarudin; Lalan Ramlan; Meiga Fristya Laras; Asep Ganjar Wiresna; Asep Saepudin
Resital:Jurnal Seni Pertunjukan Vol 22, No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v22i3.6188

Abstract

Wiragawi Bamboo Music: the Representation of Commodification of Bamboo from the Structural Results at Three Locus. The purpose of this study is to describe the results of the commodification of Wiragawi Bamboo Music as a Representation of Structuring in Three Locus, among others, in West Java Province, Yogyakarta Special Region (DIY), and East Nusa Tenggara (NTT). This study uses a qualitative method with a deeper socio-cultural structuration, represented as a work in the form of commodification of bamboo as a musical instrument. The commodification of bamboo as a participatory of 'bamboo body grows' can legitimize an identity and regional authenticity as a form of cultural resilience based on a cultural economy. Bamboo plays an essential role in the cultural process, from birth to death according to its era, so it can be said that bamboo and humans have a close correlation, according to the locus of the area. Research findings include producing a set of Wiragawi bamboo musical instruments as a result of the commodification of bamboo music at three locuses, namely West Java Province, Yogyakarta Special Region (DIY), and East Nusa Tenggara (NTT). The conclusion shows that the primary material of bamboo is still very open to being a source of inspiration in creativity, mainly to produce various new instruments according to the interests and developments of the era.
Penciptaan DaminatilaFont untuk Penotasian Kendang dan Gamelan Sunda Asep Saepudin
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 18, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.938 KB) | DOI: 10.24821/resital.v18i1.1714

Abstract

Tulisan ini bertujuan menguraikan DaminatilaFont sebagai media penulisan kendang dan notasi Sunda. Melalui metode observasi, perancangan, percobaan, dan pembentukan, dilakukan perancangan dan pembuatan font untuk penulisan notasi kendang dan gamelan Sunda. DaminatilaFont adalah font notasi yang digunakan untuk menulis notasi kendang Sunda baik kendang Ketuk Tilu, Keurseus, Jaipongan, Kiliningan, Wayang Golek, Degung Kreasi, Degung Klasik,  maupun Pencak Silat. DaminatilaFont bisa pula digunakan untuk menulis notasi gamelan Sunda yakni notasi daminatila. Perangkat yang digunakan dalam pembuatan DaminatilaFont adalah hardware (laptop Asus X453M, komputer, dan printer scanner merk cannon seri MG2500), software (High-Logic Font Creator 6.5 dan CorelDRAW X7), serta font acuan (Kepatihan Pro, Anggit Sunda5, Consolas, dan Courier New). Hasil kesimpulan diperoleh bahwa hadirnya DaminatilaFont telah terbukti mempermudah dan mempercepat proses penulisan notasi kendang Sunda dan notasi daminatila yang dapat digunakan oleh para Sarjana S-1, S-2, maupun S-3 dalam penyusunan laporan Tugas Akhirnya baik Pengkajian, Penyajian, maupun Penciptaan. DaminatilaFont sebagai solusi terbaik dalam memecahkan permasalahan dalam penulisan notasi dalam karawitan Sunda baik kendang maupun gamelan
Laras, Surupan, dan Patet dalam Praktik Menabuh Gamelan Salendro Asep Saepudin
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 16, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.962 KB) | DOI: 10.24821/resital.v16i1.1274

Abstract

Tulisan ini membahas tentang peranan laras, surupan, dan patet dalam praktik menabuh gamelansaléndro. Gamelan saléndro termasuk salah satu perangkat gamelan yang terdapat dalam karawitanSunda. Penyajian gamelan saléndro dalam karawitan Sunda memiliki keunikan tersendiri yang tidakditemukan pada musik lain yakni terdapat perbedaan laras antara gamelan yang digunakan denganlagu yang dinyanyikan oleh pesinden (vokalis). Oleh karena itu, tidak mudah untuk menyajikansebuah lagu dalam permainan gamelan saléndro karena harus memahami terlebih dahulu laras,surupan, dan patet sebagai jembatan bagi perbedaan laras ini agar terjalin nuansa musikal yangharmonis. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa laras, surupan, dan patet memilikiperanan sangat penting dalam praktik bermain gamelan saléndro, sebagai kunci utama yang harusdikuasai seorang pengrawit (lebih khusus bagi seorang perebab) untuk menyajikan lagu atau gending.Selain itu, disimpulkan pula bahwa laras, surupan, dan patet sebagai satu kesatuan yang utuh, memilikiketerkaitan satu sama lainnya dalam praktik menabuh gamelan saléndro.Laras, Surupan, and Patet in Playing Salendro Gamelan.This paper discusses the role of laras(musical scale), surupan, and patet (Jawa: pathet) concepts in playing salendro gamelan. Salendro gamelanis one of gamelan instruments in Sundanese gamelan music. The performance of salendro gamelan inSundanese gamelan has its own uniqueness which is not found in other musical genre or characteristics, thatthere is a different laras between the used gamelan and the song sung by vocalist. Therefore, it is not easy topresent a song in a salendro gamelan play because we should understand laras, surupan, and patet conceptsfor bridging the difference to create the harmonious musical nuance. Based on the result analysis, it may beconcluded that laras, surupan, and patet concepts play the important role in playing the salendro gamelan.They are the main keys for gamelan players who should master to play the song or gending. In addition, laras,surupan, and patet concepts as a unity relate to each other in playing the salendro gamelan.
Perkembangan dan Perubahan Tepak Kendang Jaipongan Suwanda dalam Masyarakat Urban Asep Saepudin
Journal of Urban Society's Arts Vol 2, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jousa.v2i1.1265

Abstract

Tulisan ini membahas perkembangan tepak kendang jaipongan karya Suwanda dilihat dari kontinuitas dan perubahannya terutama yang terjadi dalam masyarakat urban. Metode deskriptif analisis dengan pendekatan sejarah digunakan untuk mengungkap berbagai fenomena tepak kendang jaipongan, yaitu hadirnya notasi yang dibuat oleh para pengendang dan perubahan tepak kendang jaipongan dalam struktur, tempo, dinamika, embat, motif, serta fungsi. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tepak kendang jaipongan karya Suwanda pada perkembangannya ditanggapi secara kreatif oleh para pengendang melalui kreativitasnya. Oleh karena itu, terdapat perbedaan motif tepak kendang antara hasil rekaman Suwanda di dalam kaset dengan fakta di lapangan ketika digunakan oleh para pengendang. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dan kepunahan beragam tepak kendang jaipongan karya Suwanda di masyarakat.The Development and Changes of Suwanda’s Tepak Kendang Jaipongan in UrbanSociety. This paper discusses the development of Suwanda’s tepak kendang jaipongan,drumming strokes of jaipongan, seen from its continuity and changes, particularly forwhat has been found in urban society. The descriptive analysis method with historicalapproach is used to explore any various kind of phenomenon of drumming strokes ofjaipongan, among others are the presence of jaipongan notation created by the drummersas well as the changes in the structure of drumming strokes of jaipongan, tempo,dynamics, embat, motifs, and function. Based on the analysis it can be concluded that theSuwanda’s drumming strokes of jaipongan in its progress has been creatively respondedby the drummers through their creativity. Therefore, there is a significant differencebetween the motives of Suwanda’s drumming strokes recorded on tape with the facts oflive performance when they are used by the drummers. This led to the change and the extinction of various Suwanda’s jaipongan drumming strokes in the community.
Model Terstruktur Berbasis Multimedia (Mtbm) dalam Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan Asep Saepudin; Samuel Gandang Gunanto
PROMUSIKA Vol 6, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v6i1.2183

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan hasil perancangan model pembelajaran kendang jaipongan berbasis multimedia yang efektif untuk mempelajari motif-motif tepak kendang jaipongan. Model ini sebagai model pembelajaran kendang jaipongan yang baru dan inovatif dengan memanfaatkan multimedia dalam bentuk audiovisual. Adapun metode yang digunakan adalah observasi, perancangan, pembentukan dan sosialisasi. Model Terstruktur Berbasis Multimedia (MTBM) dalam Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan merupakan cara mempelajari kendang jaipongan berbasis multimedia secara terstruktur melalui empat tahapan yaitu Pengenalan Awal (PA), Pengenalan Dasar (PD), Praktik Pokok (PP) dan Praktik Mahir (PM).  Hasil kesimpulan diperoleh bahwa dengan terwujudnya perancangan (MTBM), maka mempelajari motif-motif tepak kendang jaipongan semakin mudah, efektif dan efisien karena dapat dilakukan di mana dan kapan saja berada tanpa harus berguru langsung ke pengendang aslinya. Hadirnya (MTBM) ini sebagai solusi terbaru cara belajar kendang jaipongan di era digital yang dapat diaplikasikan oleh seluruh pecinta dan pengajar kendang jaipongan baik dosen, mahasiswa, maupun masyarakat umum.
ESTETIKA SENGGAKAN DALAM KARAWITAN JAWA : Studi Kasus Gending Widhanti Andyarini Hibatussyam; Asep Saepudin
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v5i2.6920

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tentang estetika senggakan dalam sajian karawitan. Senggakan yang dikaji adalah senggakan yang terdapat dalam Gendhing Widhanti Laras Pelog Pathet Barang. Hal ini dibahas atau dikaji menggunakan metode deskriptif analisis. Tulisan ini membahas senggakan secara detail sesuai dengan aplikasinya dalam sajian karawitan. Senggakan adalah vokal yang menyela di dalam sindhenan atau gerongan yang berbentuk rangkaian kata-kata dengan makna tertentu. Senggakan pada umumnya dilakukan oleh sejumlah pengrawit atau wiraswara, bahkan oleh pesindhen yang bukan vokal tunggal. Kedudukan senggakan dalam gendhing karawitan adalah  untuk melengkapi teks atau cakepan yang pokok maupun yang tidak berkaitan. Namun, ada kalanya senggakan berfungsi memberi komentar atau jawaban terhadap teks pokok. Studi kepustakaan tersebut ditinjau dari konsep – konsep mengenai pembelajaran seni dan estetika seni. Estetika senggakan dalam Karawitan Jawa sangat menarik untuk dikaji secara mendalam pada penelitian ini.
INOVASI JATHILAN PRODI SENDRARIYA SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN KEEKSISANNYA DI YOGYAKARTA Asep Saepudin; Subuh Subuh; Sabatinus Prakasa
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v6i2.12442

Abstract

Abstract : The purpose of this research is to find out the various innovations made by Sendrariya Prodi Group in maintaining its existence in the Jathilan lovers community.  A descriptive method of analysis is used in this research which is to explain the existing data followed by analysis. The research phase includes data collection, classification, and analysis. Data collection is conducted through observation, interviews, and documents, while data analysis is conducted in the research laboratory after all data is collected.  Prodi Sendrariya is one of the lumping horse art communities or communities that is currently popular among actors and connoisseurs of Art in Yogyakarta. Prodi Sendrariya was established on December 24, 2017. This group chose to innovate in its art to stand out from other communities in Yogyakarta. Sendrariya is one of the groups that follow the development of the market by preparing what the public wants through its various innovations. The results of the research were obtained that Prodi Sendrariya has made various innovations to keep the group exists in the community, among others in the pattern of performances (including governance, costumes, performance packaging, working on other genres outside Jathilan) as well as incorporating jaipong drum instruments into the group in various performances. Kendang jaipong functioned to accompany Balinese, Banyuwangi, Banyumas, Javanese, and Sundanese style performances. 
Tafsir Garap Gender Dalam Gendhing Kembang Sore Laras Slendro Pathet Sanga Kendhangan Jangga Kendhang Satunggal yuwono prastyo; Asep Saepudin
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v5i2.6943

Abstract

Gendhing Kembang Sore Laras Slendro pathet Sanga kendhangan Jangga kendhang Satunggal merupakan salah satu gendhing gaya Yogyakarta yang bersumber dari buku gendhing-gendhing gaya Yogyakarta “Wiled Berdangga Laras Slendro Edisi Revisi jilid 1” halaman 247 tahun 2015.            Pembahasan pada gendhing  Kembang Sore, difokuskan pada garap gender. dengan berpijak pada tradisi karawitan gaya Yogyakarta dan upaya pengembangan garap baru dengan pertimbangan musikal karawitan. Proses penggarapan dilakukan  melalui beberapa tahap, yaitu: persiapan penulisan balungan gendhing, analisis susunan balungan gendhing, analisis Amba-ambahan, analisis pathet, tafsir garap, struktur penyajian, latihan, dan penyajian. Kesimpulan penelitian diperoleh bahwa tafsir gender dalam gendhing Kembang Sore  memiliki kerumit.