Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pelatihan Membatik bagi Kelompok Ibu Rumah Tangga Nagari Cubadak Kabupaten Tanah Datar Taufik Akbar; Bambang Wijaksana; Wardi Metro; Ahmad Bahrudin; Hendratno Hendratno
Jurnal Abdidas Vol. 2 No. 6 (2021): December Pages 1257-1486
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdidas.v2i6.473

Abstract

Batik adalah sebuah karya seni Indonesia dan juga salah satu komoditi ekonomi kreatif. Keberadaannya memberi dampak positif bagi ekonomi masyarakat serta mendukung sektor pariwisata, Kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah berupa pelatihan batik bagi kelompok Ibu-ibu rumah tangga di Nagari Cubadak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan keterampilan membatik dan membuka peluang wirausaha batik bagi masyarakat setempat. Metode yang digunakan dalam kegiatan adalah demonstrasi dan pelatihan. Hasil kegiatan menunjukkan antusias peserta yang tinggi untuk membatik dengan motif ragam hias buah nangka dan coklat sebagai ciri khas kearifan lokal daerah.
KARYA TARI “FAKE SMILE” BERBASIS RISET Rahmat Elfi Julianto; Wardi Metro; Idun Ariastuti
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 7, No 2 (2021): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v7i2.2075

Abstract

The dance work "Fake Smile" was inspired by personality disorders that exist around society, namely psychopaths. Psychopath, which is a condition in which a person cannot feel empathy and tends to commit violence to other humans without being followed by feelings of guilt for his own satisfaction. In working on this concept, the writer has an idea that is to use facial and body expressions as a medium of expression and communication as well as the property of a pyramid-shaped frame covered with cloth as an expression of the mood of a psychopath. In addition, the exploration of motion is developed from the behavior of people with psychopathic disorders which are visualized with the character of the writer. The methods used in this work include observation, data processing, literature study, selection of supporting works, exploration, motion arrangement, improvisation, and evaluation. This work consists of three parts, the first part describes the anti-social pressure, the second part describes the emotional sufferer, and the third part describes the uncontrolled body of the psychopath sufferer.
Fenomena Sawah sebagai Dasar Penciptaan Karya Tari Pamatang Yan Stevenson; Wardi Metro
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 5, No 1 (2021): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2021
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.102 KB) | DOI: 10.24114/gondang.v5i1.21098

Abstract

Pamatang diartikan juga bagaimana kehati-hatian dalam berjalan di sawah baik yang searah ataupun yang berlawanan arah. Konsep Karya Tari pada ide dasarnya, dikemukanakan dalam pamatang adalah bagaimana kita menjadikan batasan pengarapan yang akan dicapai dan kehati-hatian dalam menjalankan kehidupan. Pemikiran dalam berkarya yang berangkat dalam artian pamatang merupakan suatu hal yang harus dijalankan dengan baik, kehati-hatian dalam menjalankan pola hidup di tengah masyarakat, jika kita tidak berhati-hati dalam berjalan dipematang maka kita akan tergelincir dan masuk kedalam sawah. Perkembangan dalam menentukan ide garap karya tari pamatang berdasarkan dari filosofis pamatang itu sendiri, sebuah batasan wilayah yang akan ditanam dan kehati-hatian dalam berjalan dipematang. Pemikiran ide kreatif dalam melahirkan bentuk karya seni tentu akan berbeda-beda pada setiap orang yang akan menafsirkannya. Pengkarya disini menampilkan dengan dua orang penari untuk menampilkan karya tari pamatang, dua orang penari menyimbolkan dua laras kepemimpinan di Minangkabau yaitu Bodi Chaniago dan Koto Piliang yang keduanya memilki aturan tertentu dalam menjalankan tata pemerintahannya. Artinya kepimpinan dalam karya pamatang ini kehati-hatian dalam bertindak dan mengambil keputusan yang tepat, karena berdampak kepada kaumnya.
TANAH LIAT SEBAGAI INSPIRASI DALAM MENCIPTAKAN KARYA TARI “TUBUH YANG MENGGELIAT” Anisa Rabdina; Yan Stevenson; Wardi Metro
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 8, No 2 (2022): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v8i2.3111

Abstract

ABSTRAK  Karya tari Tubuh Yang Menggeliat berangkat dari sifat tanah liat yang memiliki sifat mudah dibentuk ketika basah seperti gerakan mengalir dan bersifat keras ketika kering seperti gerakan stakato atau sentakan-sentakan. Fokus pengkarya ialah mentransformasikan sifat tanah liat itu ke dalam tubuh penari. Dimana disampaikan dalam respons tubuh penari terhadap sifat tanah liat tersebut pada setiap bagian dalam karya ini. Divisualkan oleh lima orang penari serta diperkuat dengan musik tekno live serta elemen komposisi lainnya. Metode yang digunakan dalam penggarapan karya ini adalah metode eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Karya ini digarap dengan tema kehidupan dan menggunakan tipe abstrak yang terdiri dari tiga alur garapan dan ditampilkan di Auditorium Boestanoel Arifin Adam Institut Seni Indonesia Padang Panjang.Kata Kunci : Sifat, Tubuh, dan Tanah Liat ABSTRAK  The Body Wriggling dance work departs from the nature of clay, which is easy to shape when wet like a flowing movement and hard when dry like a staccato movement or jerks. The focus of the artist is to transform the nature of the clay into the dancer's body. Which is conveyed in the response of the dancer's body to the nature of the clay in every part of this work. Visualized by five dancers and reinforced by live techno music and other compositional elements. The methods used in this work are exploration, improvisation, and shaping methods. This work is done with the theme of life and uses an abstract type consisting of three plots and is displayed at the Boestanoel Arifin Adam Auditorium, the Indonesian Art Institute, Padang Panjang.  Keywords: Nature, Body, and Clay
Nilai Estetika Tari dalam Kesenian Ronggiang pada Masyarakat Multietnis Pasaman Barat Oktavianus Oktavianus; Wardi Metro
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 5, No 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1815

Abstract

Ronggiang merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang berkembang di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Kesenian ini terdiri atas tari dan syair berupa pantun yang diiringi oleh musik. Kesenian Ronggiang lahir dari sebuah proses akulturasi antara budaya etnis Jawa, Mandailing, dan Minangkabau. Etnis-etnis ini merupakan etnis yang mendiami wilayah Pasaman Barat, sehingga daerah ini juga dikenal dengan daerah multietnis. Sebagai suatu seni dengan eksistensi dan keberadaannya di tengah masyarakat, Ronggiang memiliki nilai estetika atau keindahan yang terkandung dalam kesenian tersebut. Nilai estetika dapat dilihat atau diamati dari tiga aspek, yaitu bentuk atau wujud, gagasan atau isi, dan penampilan. Nilai estetika ini merupakan mutu dari suatu seni yang memengaruhi eksistensinya di tengah masyarakat. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah menguraikan dan menganalisis estetika kesenian Ronggiang pada masyarakat multietnis Pasaman Barat. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural dan estetis koreografis yang terdiri dari lima tahapan, yaitu tahap pra lapangan, lapangan, pengolahan data, penyajian data, dan pelaporan.
Karya Tari Jalan Pulang: Memaknai Fungsi Surau Pada Masyarakat Minangkabau Wardi Metro; Oktavianus Oktavianus
TAMUMATRA Vol 5 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/tmmt.v5i1.6406

Abstract

Penciptaan karya seni tari Jalan Pulang merupakan hasil pemaknaan terhadap fungsi surau sebagai pranata penting bagi masyarakat Minangkabau. Surau memiliki berbagai fungsi dan peran untuk memenuhi berbagai keperluan masyarakat dalam kehidupan sosial. Selain menjadi asrama bagi remaja laki-laki, surau juga berfungsi sebagai tempat bersosialisasi serta institusi pendidikan dan pengajaran nonformal. Landasan teori yang digunakan dalam proses penciptaan karya tari ini berpijak kepada teori penciptaan tari oleh Alma M. Hawkins dan Sal Murgiyanto. Vokabuler gerak yang digunakan dalam penciptaan karya tari ini berasal dari gerak tari tradisi Randai Ulu Ambek yang dipadukan dengan gerak-gerak Tari Zapin. Beberapa tahapan dalam metode penelitian terapan yang digunakan adalah riset, penyusunan konsep, penentuan gerak, dan pembentukan. Pemaknaan tentang surau dalam karya tari Jalan Pulang dikelompokkan menjadi tiga bagian karya, yaitu bagian pertama dengan judul “Berlindung”, bagian kedua berjudul “Pembelajaran”, dan bagian ketiga berjudul “Taubat”. Dengan memilih bentuk koreografi kelompok, karya ini mengangkat nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan di surau yang berdampak positif bagi generasi muda pada masa lalu.
Interpretasi Ritual Kabaji Dalam Penciptaan Karya Tari Babaleh Tikam Rahmah Nadiati Nami; Wardi Metro; Riswani Riswani
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 9, No 1 (2023): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v9i1.1086

Abstract

 Karya yang berjudul “Babaleh Tikam” ini terinspirasi dari salah satu praktek gaib dan ilmu hitam yang ada di daerah MinangKabau khususnya di Kabupaten Pasaman Barat. Kabaji adalah guna-guna untuk membuat hubungan suami istri, usaha, atau persahabatan hancur dan rusak sehingga saling membenci, biasanya dengan menggunakan ramuan dan mantra. Biasanya  faktor penyebab kabaji adalah dendam, iri, dengki. Ramuan yang biasa digunakan seperti kain putih (kafan), benang tiga warna (merah, kuning,hitam), tanah orang mati kecelakaan, air mayat, jarum, rambut mayat. Dalam kehidupan ini ada hukum yang berlaku seperti pribahasa “apa yang kamu tanam, itu yang akan kamu tuai” yang artinya apa yang kita perbuat itu yang akan kita dapatkan. Jika kita ­berbuat baik, maka akan mendapatkan kebaikan, begitu juga sebaliknya,  jika kita  berbuat jahat maka akan mendapatkan kejahatan pula, secara umum yang kita kenal sebagai Karma. Pengkarya tertarik dari pengertian kabaji yang diinterpretasikan kepada pelaku atau pengirim yang mendapatkan balasan atas apa yang telah di perbuat (karma). Pada karya ini menggunakan tema non literer dan tipe abstrak. Metode yang digunakan pada karya ini adalah observasi, ekplorasi, improvisasi, pembentukan, dan evaluasi. Karya ini terdiri tiga bagian, bagian pertama menggambarkan pelaku yang mulai  menunjukan sikap iri, dengki, dan dendam dan memilih praktek ilmu hitam sebagai tindakannya, bagian dua menggambarkan bagaimana orang yang dikendalikan oleh kabaji, bagian tiga menggambarkan bagaimana perbuatan yang telah dilakukan akan berbalik kepada dirinya sendiri.Kata Kunci: Kabaji; Babaleh Tikam; Ritual; Karya Tari 
Penciptaan Karya Tari “DUALISME” : Dua Perasaan yang Bertolak Belakang Fattahul Anugraha; Sherli Novalinda; Wardi Metro
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 6, No 1 (2022): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bcdk.v6i1.3727

Abstract

Karya tari “Dualisme”  terinspirasi dari Gangguan Psikis yang ada di sekitar masyarakat. Gangguan tersebut adalah ‘Gangguan Bipolar’, merupakan gangguan mood atau suasana hati yang kronis ditandai dengan episode manik (bahagia), episode depresi mayor (sedih), dan episode campuran. Untuk menggarap konsep ini pengkarya mempunyai ide garapan, menggunakan ekspresi wajah serta tubuh sebagai media ungkap dan komunikasi serta properti kerangka pintu di tengahnya memiliki papan sekat berwarna merah dan hitam yang diinterpretasikan sebagai ruang pembeda dan pembatas antara manik dan depresi mayor. Metode yang digunakan dalam karya ini di antaranya, observasi, pengolahan data, studi pustaka, pemilihan pendukung karya, eksplorasi, penataan gerak, improvisasi, dan evaluasi. Karya ini terdiri dari tiga bagian, bagian pertama menggambarkan episode manik, bagian kedua menggambarkan episode depresi mayor, dan bagian ketiga menggambarkan episode campuran
Nilai Estetika Tari dalam Kesenian Ronggiang pada Masyarakat Multietnis Pasaman Barat Oktavianus Oktavianus; Wardi Metro
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1815

Abstract

Ronggiang merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang berkembang di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Kesenian ini terdiri atas tari dan syair berupa pantun yang diiringi oleh musik. Kesenian Ronggiang lahir dari sebuah proses akulturasi antara budaya etnis Jawa, Mandailing, dan Minangkabau. Etnis-etnis ini merupakan etnis yang mendiami wilayah Pasaman Barat, sehingga daerah ini juga dikenal dengan daerah multietnis. Sebagai suatu seni dengan eksistensi dan keberadaannya di tengah masyarakat, Ronggiang memiliki nilai estetika atau keindahan yang terkandung dalam kesenian tersebut. Nilai estetika dapat dilihat atau diamati dari tiga aspek, yaitu bentuk atau wujud, gagasan atau isi, dan penampilan. Nilai estetika ini merupakan mutu dari suatu seni yang memengaruhi eksistensinya di tengah masyarakat. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah menguraikan dan menganalisis estetika kesenian Ronggiang pada masyarakat multietnis Pasaman Barat. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural dan estetis koreografis yang terdiri dari lima tahapan, yaitu tahap pra lapangan, lapangan, pengolahan data, penyajian data, dan pelaporan.