Oktavianus Oktavianus
Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PELATIHAN TATA RIAS WAJAH DAN KREASI JILBAB SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN KELOMPOK PKK NAGARI PADANG GANTING KABUPATEN TANAH DATAR PROPINSI SUMATERA BARAT Irdawati Irdawati; Oktavianus Oktavianus
Batoboh: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 2, No 2 (2017): Batoboh -Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bt.v2i2.354

Abstract

Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilakukan di Nagari Padangganting Kabupaten Tanah Datar  Propinsi Sumatera Barat yang bertujuan untuk memberikan ilmu dan keterampilan tata rias wajah serta kreasi jilbab kepada anggota PKKyang berasal dari 4 Desa yang berada di Nagari Padangganting. Target yang ingin dicapai dari pengabdian ini adalah meningkatkan keterampilan anggota PKK dalam segi seni merias wajah dan kreasi jilbab, sehingga nantinya para anggota PKK memiliki kemampuan dan terampil merias diri sendiri, yang untuk lebih lanjutnya bisa merias wajah pengantin dalam bentuk yang lebih luas sehingga dapat menambah finansial jika membuka jasa tata rias/ make up. Kegiatan ini dapat terlaksana berkat kerja sama dengan Wali Nagari Padangganting dalam rentang waktu lima bulan, bertempat di Kantor Wali Nagari Padangganting. Metode yang digunakan dalam proses kegiatan ini melalui metode ceramah, demonstrasi dan evaluasi
BABALIAK KA NAGARI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA TARI “SENANDUNG IMPIAN” Oktavianus Oktavianus; Dwindy Putri Cufara; Rico Gusmanto
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2067

Abstract

ABSTRAKFenomena babaliak ka nagari yang terjadi di Minangkabau menjadi sumber inspirasi dari penciptaan karya seni tari yang berjudul “Senandung Impian”. Babaliak ka nagari merupakan proses pergantian sistem pemerintahan di Minangkabau yang bermula dari nagari ke pemerintahan desa dan kembali lagi menjadi nagari. Pergantian sistem pemerintahan ini menyebabkan hilangnya fungsi dan jati diri niniak mamak di Minangkabau. Karya tari ini diciptakan menggunakan tipe dramatik dengan menghadirkan berbagai konflik yang terjadi dalam fenomena babaliak ka nagari. “Senandung Impian” terbagi atas tiga bagian yang masing-masing berjudul (1) Perkampungan, (2) Gejolak Kaum, dan (3) Keikhlasan. Metode yang digunakan pada proses penciptaan karya ini meliputi eksplorasi, improvisasi, dan perwujudan.Kata Kunci: Babaliak Ka Nagari, Dramatik; Koreografi, Pemerintahan, Penciptaan Tari. ABSTRACTBABALIAK KA NAGARI AS A CREATING IDEA OF DANCE "SENANDUNG IMPIAN", June 2022. Babaliak ka nagari phenomenon that occurred in Minangkabau became a source of inspiration for the creation of "Senandung Impian" dance. Babaliak ka nagari is the process of changing the government system in Minangkabau which starts from the nagari to the village government and back again to the nagari. This change in government system caused the loss of function and identity of niniak mamak in Minangkabau. This dance is created using dramatic type by presenting various conflicts that occur of the babaliak ka nagari. “Senandung Impian” is consist of three parts, each titled is (1) Perkampungan, (2) Gejolak Kaum, and (3) Keikhlasan. The methods used in the process of creating this dance is exploration, improvisation, and embodiment.Keywords: Babaliak Ka Nagari, Dramatic, Choreography, Government, Dance Creation.
Nilai Estetika Tari dalam Kesenian Ronggiang pada Masyarakat Multietnis Pasaman Barat Oktavianus Oktavianus; Wardi Metro
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 5, No 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1815

Abstract

Ronggiang merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang berkembang di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Kesenian ini terdiri atas tari dan syair berupa pantun yang diiringi oleh musik. Kesenian Ronggiang lahir dari sebuah proses akulturasi antara budaya etnis Jawa, Mandailing, dan Minangkabau. Etnis-etnis ini merupakan etnis yang mendiami wilayah Pasaman Barat, sehingga daerah ini juga dikenal dengan daerah multietnis. Sebagai suatu seni dengan eksistensi dan keberadaannya di tengah masyarakat, Ronggiang memiliki nilai estetika atau keindahan yang terkandung dalam kesenian tersebut. Nilai estetika dapat dilihat atau diamati dari tiga aspek, yaitu bentuk atau wujud, gagasan atau isi, dan penampilan. Nilai estetika ini merupakan mutu dari suatu seni yang memengaruhi eksistensinya di tengah masyarakat. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah menguraikan dan menganalisis estetika kesenian Ronggiang pada masyarakat multietnis Pasaman Barat. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural dan estetis koreografis yang terdiri dari lima tahapan, yaitu tahap pra lapangan, lapangan, pengolahan data, penyajian data, dan pelaporan.
Karya Tari Jalan Pulang: Memaknai Fungsi Surau Pada Masyarakat Minangkabau Wardi Metro; Oktavianus Oktavianus
TAMUMATRA Vol 5 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/tmmt.v5i1.6406

Abstract

Penciptaan karya seni tari Jalan Pulang merupakan hasil pemaknaan terhadap fungsi surau sebagai pranata penting bagi masyarakat Minangkabau. Surau memiliki berbagai fungsi dan peran untuk memenuhi berbagai keperluan masyarakat dalam kehidupan sosial. Selain menjadi asrama bagi remaja laki-laki, surau juga berfungsi sebagai tempat bersosialisasi serta institusi pendidikan dan pengajaran nonformal. Landasan teori yang digunakan dalam proses penciptaan karya tari ini berpijak kepada teori penciptaan tari oleh Alma M. Hawkins dan Sal Murgiyanto. Vokabuler gerak yang digunakan dalam penciptaan karya tari ini berasal dari gerak tari tradisi Randai Ulu Ambek yang dipadukan dengan gerak-gerak Tari Zapin. Beberapa tahapan dalam metode penelitian terapan yang digunakan adalah riset, penyusunan konsep, penentuan gerak, dan pembentukan. Pemaknaan tentang surau dalam karya tari Jalan Pulang dikelompokkan menjadi tiga bagian karya, yaitu bagian pertama dengan judul “Berlindung”, bagian kedua berjudul “Pembelajaran”, dan bagian ketiga berjudul “Taubat”. Dengan memilih bentuk koreografi kelompok, karya ini mengangkat nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan di surau yang berdampak positif bagi generasi muda pada masa lalu.
“BASIJONTIAK” : Budaya Muda-mudi dalam menjalin Hubungan Kisah Cinta yang Hidup di Payakumbuh Widya Sari; Oktavianus Oktavianus; Adjuotoza Rovylendes
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 6, No 1 (2022): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bcdk.v6i1.3725

Abstract

Karya ini berjudul “Basijontiak”ini terinspirasi dari fenomena sosial budaya yang ada di Payakumbuh yang mana Basijontiak itu adalah budaya muda-mudi dalam menjalani hubungan kisah cinta atau ajang untuk pencarian jodoh melalui seorang talangkai (makcomblang). Pengkarya terfokus pada konflik batin yang di alami perempuan yang tidak mempertimbangkan nilai-nilai dan kepatutan serta hakikat dalam bergaul, pengkarya juga memakai tema budaya dan tipe dramatik. Metode dilakukan untuk mencari data-data yang akurat, seperti observasi langsung kepada salah satu seniman dan kepada salah satu warga yang ada di Payakumbuh, wawancara dan menganaliasa. Karya ini terdiri dari tiga bagian, pada bagian pertama adegan pertama disini saya menggambarkan perempuan yang pergi basijontiak pada adegan kedua menggambarkan aktifitas yang dilakukan basijontiak saling menunjukkan kecentilan, kecantikan. Pada bagian kedua adegan pertama menggambarkan salah satu penari perempuan tertarik dengan penari laki-laki, pada bagian dua adegan dua menggambarkan konflik ketidak senangan antara salah satu penari. Pada bagian tiga terjadi penolakan untuk bergaul dan akhirnya di ranggul kembali, bahwa apa yang kamu lakukan selama ini adalah salah.
SASARAN SILEK JUNGUIK SATI DALAM LANGKAH AMPEK NAGARI BATU TABA KABUPATEN TANAH DATAR Yan Stevenson; Auliana Mukhti Maghfirah; oktavianus oktavianus; Ernawita Ernawita
Garak Jo Garik : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 1, No 2 (2023): Garak Jo Garik : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Garak Jo Garik : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pencak silat martial arts have their own style and characteristics, both in attack and defense. The very rapid development of culture and technology has an impact on the development of silat in the archipelago. One oBeladiri pencak silat memiliki gaya dan ciri khas masing-masing baik dalam penyerangan serta pertahanan. Perkembangan yang sangat begitu pesat terhadap budaya dan teknologi memiliki dampak terhadap perkembangan silat di nusantara. Salah satunya berkurangnya minat generasi muda terhadap perkembangan seni budaya silat yang membuat terjadi pergeseran serta semakin tergerusnya budaya seiring berjalannya waktu. Kekayaan lokal dalam berbagai aliran silek (silat) di Minangkabau yang dimiliki oleh ketiga Luhak (daerah) yaitu, Luhak nan tuo/Tanah Datar, Luhak Agam ( daerah agam) dan Luhak 50 koto ( daerah 50 Kota). Fenomena perkembangan silek tradisi sangat miris untuk kondisi sekarang dengan berkurangnya minat generasi muda, akan tetapi pada daerah nagari Batu Taba Kabupaten Tanah Datar memiliki antusias yang cukup baik dan diterima oleh kalangan masyarakat sekitarnya. Sasaran Junguik Sati ini memiliki peran dalam pembentukan karakter generasi muda pada saat sekarang ini dengan memiliki ragam dan pola Langkah Ampek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelestarian langkah ampek dan bentuk metode pembentukan karakter generasi muda nagari Batu Taba Kabupaten Tanah Datar terhadap perkembangan silek saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah  metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah literatur, observasi, dokumentasi serta wawancara
Nilai Estetika Tari dalam Kesenian Ronggiang pada Masyarakat Multietnis Pasaman Barat Oktavianus Oktavianus; Wardi Metro
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1815

Abstract

Ronggiang merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang berkembang di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Kesenian ini terdiri atas tari dan syair berupa pantun yang diiringi oleh musik. Kesenian Ronggiang lahir dari sebuah proses akulturasi antara budaya etnis Jawa, Mandailing, dan Minangkabau. Etnis-etnis ini merupakan etnis yang mendiami wilayah Pasaman Barat, sehingga daerah ini juga dikenal dengan daerah multietnis. Sebagai suatu seni dengan eksistensi dan keberadaannya di tengah masyarakat, Ronggiang memiliki nilai estetika atau keindahan yang terkandung dalam kesenian tersebut. Nilai estetika dapat dilihat atau diamati dari tiga aspek, yaitu bentuk atau wujud, gagasan atau isi, dan penampilan. Nilai estetika ini merupakan mutu dari suatu seni yang memengaruhi eksistensinya di tengah masyarakat. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah menguraikan dan menganalisis estetika kesenian Ronggiang pada masyarakat multietnis Pasaman Barat. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural dan estetis koreografis yang terdiri dari lima tahapan, yaitu tahap pra lapangan, lapangan, pengolahan data, penyajian data, dan pelaporan.