Proses Pemintalan benang menurut pembuatannya bisa dibagi menjadi tiga, diantaranya adalah pemintalan Airjet, pemintalan Open-End, dan pemintalan Ring Spinning (Goyal & Nayak, 2019). Didalam industri pemintalan pengendalian kualitas dan standar produksi adalah salah satu hal yang tidak bisa terpisahkan dan sangat penting untuk menghasilkan benang yang memiliki mutu tinggi sesuai dengan keinginan konsumen (Dharma, Ikatrinasari, et al., 2019). Untuk mengetahui kualitas ketidakrataan benang TR Ne 30 KT 65/35 dapat dilihat dengan menggunakan alat uji bernama uster evenness tester. Hasil Uster Evenness Tester (J. Li et al., n.d.; Liu et al., 2012) antara hasil benang yang bottom apronnya normal, bottom apron yang sobek, serta bottom apron yang bolong menunjukkan perbedaan IPI antara ketiganya. Perbandingan kualitas standar benang antara bottom apron yang normal dan bottom apron yang sobek maupun bolong kemudian dapat disimpulkan bahwa dengan bottom apron normal, kualitas unevenness (9,44%) lebih bagus dibandingkan dengan standar kualitas U% (9,5%), sedangkan untuk hasil pengujian unevenness dengan bottom apron bolong dan sobek secara berturut-turut adalah 9,68% dan 9,64%, dengan hasil tersebut, bahwa bottom apron sobek dan bottom apron bolong tidak boleh dipakai dan harus segera diganti karena akan menjadikan U% tidak standar. Ketidakrataan benang yang memiliki faktor dominan ada pada bottom apron cacat yang dapat sangat berpengaruh pada kualitas IPI yang tidak sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Sehingga pada bottom apron tersebut perlu diperhatikan dan diberikan perawatan sesuai dengan jadwal yang sudah ada atau dilakukan penggantian jika sebelum jadwal scouring terjadi bottom apron tersebut sudah rusak dan diganti dengan yang sudah dicuci. Penyebab dari bottom apron yang rusak adalah karena seringnya Lapping dan karena usia apron sudah mencapai batas maksimalnya. Penyelesaian untuk permasalahan ketidakrataan benang yang disebabkan oleh bottom apron yang rusak adalah dengan cara mengganti yang baru.