Lalan Ramlan
Institut Seni Budaya Indonesia Bandung

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

REPERTOAR JAIPONGAN RASJATI KREATIVITAS DALAM PENYAJIAN TARI Nurwulan Hartini Rismawati dan Lalan Ramlan
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1059

Abstract

ABSTRAKKetertarikan pada repertoar tari Rasjati yang enerjik, dinamis, dan maskulin, memberikan pengalaman tersendiri bagi penulis untuk dapat mempelajari, memahami, menguasai berbagai unsur estetikanya dan sekaligus menggali nilai di dalamnya untuk dapat disajikan secara berbeda dalam menyajikannya. Itulah tantangan bagi para penyaji repertoar tari, karena harus mampu menya-jikan dengan gaya penyajian yang berbeda dari sumbernya. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkannya digunakan teori estetika instrumental Djelantik ‘Gegubahan’ dengan pendekatan metode ‘gubahan tari’ yaitu mewujudkan gagasan baru berupa pengembangan dari sumber penyajian tradisi tertentu dengan cara memasukkan, menyisipkan dan memadukan bentuk-benuk gerak atau penambahan unsur lain sehingga menghasilkan bentuk penyajian yang berbeda dengan tetap mempertahankan identitas sumbernya. Dengan demikian, maka proses kreatif dalam meng-gubah sumber tersebut didasarkan pada hasil telahaan nilai dibalik bentuknya yaitu tari Rasjati berisi sebuah perenungan terhadap kesadaran diri terhadap jati diri. Makna inilah yang selanjutnya dijelajahi melalui langkah-langkah; eksplorasi, evaluasi, dan komposisi, hingga menghasilkan sebuah bentuk penyajian dengan gaya yang berbeda tetapi tidak menghilangkan identitas sumbernya.Kata Kunci: Penyajian Tari, Jaipongan, Rasjati. ABSTRACT. Repertoar ‘Rasjati’ Creativity In Dance Presentation, December 2019. An interest in the energetic, dynamic, and masculine Rasjati dance repertoire, provides its own experience for the writer to be able to learn, understand, master various aesthetic elements and at the same time explore the values within it to be presented differently in presenting it. That is a challenge for dance repertoire presenters, because they must be able to present in a different presentation style from the source. Therefore, to be able to realize it, the Djelantik 'Gegubahan' instrumental aesthetic theory is used with the 'dance composition' method approach, namely realizing new ideas in the form of the development of sources of presenting certain traditions by inserting, inserting and combining forms of motion or adding other elements to produce a different form of presentation while maintaining the identity of the source. Thus, the creative process of composing the source is based on the results of the perceived value behind its form, namely the Rasjati dance containing a contemplation of self-awareness of identity. This meaning is then explored through the steps; exploration, evaluation, and composition, to produce a form of presentation with a different style but does not eliminate the identity of the source.Keywords: Dance Presentation, Jaipongan, Rasjati.
REPERTOAR TARI RASJATI SEBAGAI SUMBER GARAP PENYAJIAN TARI Elma Merdiana dan Lalan Ramlan
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 1 (2019): "Menari dengan Hati-Menandak dengan Rasa"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.38 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v6i1.999

Abstract

ABSTRAKTari Rasjati dalam genre Jaipongan sebagai sumber garap akan digubah menjadi bentuk penyajiannya yang ”baru”, karena pada tarian ini banyak peluang untuk dikembangkan sesuai kebutuhan, terutama ko-reografi dan pengaturan dinamika irama gerak. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam garap penyajian tari Rasjati ini, maka dalam garapan ini menggunakan teori “Gegubahan Tari” dengan pendekatan metode “Gubahan Tari” melalui tahapan penyusunan konsep, proses yang terdiri dari eksplorasi, evaluasi dan komposisi, serta produk akhir yaitu gaya penyajian baru. Adapun hasil yang dicapai dari proses garap penyajian tersebut, adalah tercapainya perwujudan bentuk penyajian yang baru dari sumber repertoar tari Jaipongan dengan tidak merubah identitas repertoar sumbernya.Kata Kunci: Jaipongan, Rasjati, Penyajian Tari. ABSTRACTRepertoar Tari Rasjati As A Source Of Working On Presentation Dance, June 2018. The Rasjati dance in the Jaipongan genre as a source of cultivation will be transformed into a "new" form of presentation, because in this dance there are many opportunities to be developed according to needs, especially choreography and dynamic rhythmic movement settings. To achieve optimal results in working on the Rasjati dance presentation, this work uses the theory of "Gegubahan" with the approach of the "Gubahan Tari" method through the stages of concept preparation, a process consisting of exploration, evaluation and composition, as well as the final product namely presentation style new. The results achieved from the process of working on the presentation, is the achievement of the realization of a new form of presentation from the source of the Jaipongan dance repertoire by not changing the identity of the source's repertoire. Keywords: Jaipongan, Rasjati, Presentation Dance.
Tari Dewa Menurunkan Sanghiyang Sri Gamboh, Di Keraton Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur Emi Sundari dan Lalan Ramlan
Jurnal Seni Makalangan Vol 1, No 1 (2014): "Menggali Potensi Berbagai Tradisi Kreatif"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.019 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v1i1.866

Abstract

AbstrakKajian ini membahas tentang struktur dan fungsi tari Dewa Menurunkan Sanghiyang Sri Gamboh dalam upacara ritual Bapelas di Kraton Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Upacara tersebut, merupakan bagian integral dalam pelaksanaan upacara besar yang disebut “Erau”. Repertoar tari tersebut dijadikan sebagai media upacara ritual yang memiliki dimensi nilai tersendiri. Akan tetapi, upacara Erau tersebut hingga saat ini tidak banyak diketahui masyarakat luas. Keberadaannya di dalam lingkungan kraton, pada umumnya sulit untuk dapat diakses oleh masyarakat di luar kraton.Berkaitan dengan persoalan itulah, maka penulis menguak keberadaan tari Dewa Menurunkan Sanghiyang Sri Gambuh tersebut melalui kegiatan penelitian. Mengingat banyak hal penting yang memerlukan penelusuran secara mendalam, maka pertanyaan penelitian difokuskan kepada dua hal, yaitu mengenai Struktur dan fungsi. Oleh karena itu, penulis melakukan pendekatan terhadap teori struktur yang diungkapkan oleh FX.Widaryanto, dan untuk fungsinya digunakan pendekatan teori dari R. M. Soedarsono. Untuk mencapai hasil yang dimaksud, maka penulis menggunakan pendekatan metode Deskriptif Argumentatif. yang mengacu kepada pendapat Tjetje Rohendi Rohidi.Dari hasil penelitian diperoleh simpulan, bahwa: Pertama,  fungsi tari Dewa Menurunkan Sanghiyang Sri Gamboh merupakan tarian dengan struktur koreografi yang sangat sederhana, monoton, dan tidak dipertunjukkan secara umum. Kedua, repertoar tersebut berfungsi sebagai media ritual yang sakral dalam upacara Bapelas di lingkungan Kraton Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.Kata Kunci (Key word): Tari Dewa Menurunkan Sanghiyang Sri Gamboh, Bapelas, Erau,  Kutai Kartanegara. Abstract This study discusses the structure and function of Tari Dewa Menurunkan Sanghiyang Sri Gamboh in Bapelas ritual ceremony in the Palace of Kutai Kartanegara, East Kalimantan. The ceremony is an integral part in the implementation of a large ceremony called "Erau". The dance repertoire is used as a medium of ritual ceremony which has its own value dimension. The Erau ceremony, however, is not much known to the wider community until today. Its presence, in the palace, is difficult to be accessed by the public outside the palace.In connection with that issue, the author reveals the existence of Tari Dewa Menurunkan Sanghiyang Sri Gamboh through the research activity. Considering that there are many important issues which require deeply searching, so the research questions are focused on two things, those are regarding the structure and function. Therefore, the author approaches to the theory of structure stated by F.X.Widaryanto, and the function uses the theory of R.M. Soedarsono. To achieve the intended results, the author uses Argumentative Descriptive method which refers to the opinion of Tjetje Rohendi Rohidi.The results of the research show that: First, the function of Tari Dewa Menurunkan Sanghiyang Sri Gamboh is a dance with a very simple choreography structure, monotonous, and is not generally performed. Second, the repertoire serves as a sacred ritual medium in Bapelas ceremony in the palace of Kutai Kartanegara, East Kalimantan.Key words: Tari Dewa Menurunkan Sanghiyang Sri Gamboh, Bapelas, Erau, Kutai           Kartanegara
ARDHANARISWARA KONSEP PENCIPTAAN TARI KONTEMPORER Candra Andika dan Lalan Ramlan
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.46 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.834

Abstract

ABSTRAKKarya tari ini berlatar cerita tentang perang batin yang mendalam dialami oleh seorang laki-laki yang memiliki dua sifat sekaligus maskulin dan feminim dalam dirinya (androgini). Adapun yang menjadi masalah adalah, bagaimana tercapainya perwujudan konsep garap menjadi sebuah karya tari. Untuk mewujudkan karya tari tersebut, maka penulis menggunakan metode garap pendekatan penciptaan non tradisi. Dengan demikian, maka hasil yang dicapai adalah sebuah bentuk karya tari kontemporer dengan judul “Ardhanariswara”.Kata Kunci:  Kontemporer, Ardhanariswara. ABSTRACTThis dance work is based on a story about deep inner war of a man who has both masculine and feminine characteristics (androgyny). The problem is how to achieve the embodiment of the concept to become a dance work. To realize the dance work, the writer uses the method of working on a non-traditional creation approach. Thus, the result is a form of contemporary dance work entitled "Ardhanariswara".Keywords: Contemporary, Ardhanariswara.  
SIRNANING NISKALARASA REPERTOAR TARI JAIPONGAN DENGAN PENDEKATAN TEKNIK PENYAJIAN PARASIRAMA Lalan Ramlan; Jaja Jaja
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2386

Abstract

Sirnaning Niskalarasa merupakan karya repertoar tari Jaipongan yang memiliki makna yaitu idealisme, dilandasi oleh ketegasan niat, keteguhan hati, dan kebulataan tekad. Makna tersebut, terkait dengan keberadaan konstruksi tari meliputi; struktur koreorafi, struktur musik tari, dan desain busana tari yang menjadi pilihan dan ketetapan penulis dalam menciptakan setiap repertoar tari Jaipongan. Pada karya tari ini digunakan teknik ‘Parasirama’ meliputi; mungkus, maling, metot (ngabesot), ngantep, dan ngeusian. Oleh sebab itu, permasalahan difokuskan pada bagaimana mewujudkan konsep garap menjadi sebuah bentuk karya tari “Sirnaning Niskalarasa” yang berlandaskan pada penggunaan teknik “Parasirama”?. Untuk mewujudkannya digunakan pendekatan paradigma estetika instrumental yang menjelaskan, bahwa “Semua benda atau peristiswa kesenian mengandung tiga aspek yang mendasar, yaitu; wujud (bentuk; form) dan sususunan (struktur; structure); Bobot terkait dengan suasana (mood), gagasan (idea), dan pesan (message); Penampilan (Penyajian; Performent). Adapun hasil yang dicapai adalah teknik Parasirama dalam membangun bentuk, isi, dan penampilan karya repertoar tari Jaipongan “Sirnaning Niskalarasa” memiliki peranannya yaitu; membangun dinamika irama tari, suasana, pesan, menambah daya pesona baik melalui bentuk maupun isi. Kata Kunci: Sirnaning Niskalarasa, Jaipongan, Teknik Parasirama. ABSTRACT: Sirnaning Niskalarasa Jaipongan Dance Repertoar With The Parasirama Presentation Technical Approach. December 2022. Sirnaning Niskalarasa is a work of the Jaipongan dance repertoire which has the meaning of idealism, based on firmness of intention and determination. These meanings, related to the existence of dance constructions include; the choreograph structure, dance music structure, and dance dress design are the author's choice and determination in creating each Jaipongan dance repertoire. In this dance work the 'Parasirama' technique is used including; mungkus, maling, metot (ngabesot), ngantep, and ngeusian. Therefore, the problem is focused on how to realize the concept of working into a form of dance work "Sirnaning Niskalarasa" which is based on the use of the "Parasirama" technique?. To achieve this, an instrumental aesthetic paradigm approach is used which explains that “All artistic objects or events contain three basic aspects, namely; form (form) and composition (structure); Weight is related to mood, idea, and message; Appearance (Presentation; Performent). The results achieved are the Parasirama technique in building the form, content, and appearance of the Jaipongan dance repertoire "Sirnaning Niskalarasa" which has a role, namely; building the dynamics of dance rhythms, atmosphere, messages, adding charm to both form and content. Keywords: Sirnaning Niskalarasa, jaipongan, parasirama technique.
Ciptaningrasa Bojongan Sebagai Bentuk Prototype Edukasi Visual Lalan Ramlan; Jaja Jaja
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 8, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v8i2.22175

Abstract

Jaipongan by Gugum Gumbira has become a separate dance genre, has four types of movements as dance constructions, among others; bukaan, pencugan, nibakeun, and mincid used in each dance repertoire. The dance construction has high elasticity or flexibility, because there is no set stiffness. However, in the dynamics of its development outside of Jugala production, it is increasingly losing its entity, because background dances with Jaipongan nuances are often called Jaipongan dances. In connection with this, the problems raised in the research of works of art with the title "Ciptaningrasa Bojongan" are formulated as follows: How to create a dance model as a prototype form with visual education and how to implement it to the public. In connection with the research question, a theory with the instrumental aesthetic paradigm was used which explains that all art objects or events contain three main aesthetic elements, namely; appearance, content, and presentation. In line with this paradigm, in its operation it uses qualitative methods with descriptive analysis techniques, namely "the data collected is in the form of words, pictures, and not numbers, then analyzed theoretically and presented in a narrative to convey the results of new studies". The results achieved are a model of artwork with a renewal of as a form of visual education prototype in the value transformation process; revive, activate, and / or re- function impressively new forms, positions and contexts to society