Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Sikap Etis Dokter terhadap Pasien yang “Mendiagnosis” Diri Sendiri Menggunakan Informasi Internet pada Era Cyber Medicine Frans Santosa; Agus Purwadianto; Prijo Sidipratomo; Peter Pratama; Pukovisa Prawiroharjo
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Majelis Kehormatan Etik Indonesia PBIDI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.459 KB) | DOI: 10.26880/jeki.v2i2.16

Abstract

Saat ini, internet telah banyak menyajikan informasi tentang kedokteran dan kesehatan. Di satu sisi informasi yang tersaji berupa penemuan-penemuan baru dan keberhasilan ilmu kedokteran di bidang eksperimen, operatif, invasif, maupun konservatif, yang sangat berguna bagi dokter dalam menjalankan profesinya untuk menolong pasien dan membantu edukasi awam kepada pasien. Namun di sisi lain, informasi ini tidak dapat dipilih dan dipilah dengan baik oleh awam sehingga salah satunya melahirkan banyaknya pasien yang berusaha "mendiagnosis" dirinya sendiri, bahkan menterapi dirinya sendiri. Jenis pasien demikian semakin banyak, dan di tengah usaha coba-coba mereka mendiagnosis dan menterapi diri sendiri, mereka pergi ke dokter untuk meminta obat sebagaimana yang ia baca di internet untuk diresepkan atau bahkan lebih jauh lagi, dapat menyanggah diagnosis dan pendapat profesional dokter yang menangani. Diperlukan sikap etis dokter untuk dapat menghargai pasien sekaligus meluruskan dengan terang dan tegas terhadap informasi keliru yang dipercaya pasien.
Layanan Telemedis di Indonesia: Keniscayaan, Risiko, dan Batasan Etika Pukovisa Prawiroharjo; Peter Pratama; Nurfanida Librianty
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Majelis Kehormatan Etik Indonesia PBIDI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.537 KB) | DOI: 10.26880/jeki.v3i1.27

Abstract

Layanan telemedis memberikan kesempatan kepada dokter dan pasien untuk saling berinteraksi dari jarak jauh. Layanan telemedis antara dokter dan dokter telah lama berkembang dalam bentuk konsul, dan saat ini telesurgery dan teleradiologi merupakan fitur yang potensial untuk dikembangkan. Sementara itu layanan telemedis dokter-pasien makin berkembang bersama dunia internet, dan harus memperhatikan keterbatasan keyakinan profesional dokter terhadap kondisi klinis pasien, harapan dokter dan pasien dari layanan telemedis, dan aspek konfidensialitas informasi. Layanan telemedis memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan praktik kedokteran yang terbebas dari batasan jarak, namun hendaknya tidak diarahkan untuk menggantikan interaksi tatap muka dokter-pasien. Layanan telemedis sebagai bagian dari kemajuan teknologi memang bersifat disruptif, oleh karena itu diperlukan regulasi untuk memastikan perkembangan layanan telemedis sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai luhur etika kedokteran berdasarkan Kode Etik Kedokteran dan Sumpah Dokter. Pemerintah, Ikatan Dokter Indonesia, dan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran diharapkan dapat mendukung dan mengawal perkembangan layanan telemedis ini ke arah yang baik dan saling bekerja sama dalam audit dan evaluasi layanan-layanan telemedis di Indonesia.
Korteks Prefrontal pada Kelompok Remaja Adiksi Pornografi Lebih Kecil dibandingkan Remaja Tanpa Adiksi Pornografi Pukovisa Prawiroharjo; Rizki Edmi Edison; Hainah Ellydar; Peter Pratama; Sitti Evangeline Imelda Suaidy; Nya'Zata Amani; Diavitri Carissima; Ghina Faradisa Hatta
NEURONA Vol 39 No 4 (2022): Vol 39 No 4 (2022)
Publisher : PERDOSNI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background and aims: Increasing popularity of Internet has exposed our children pornography addiction. As in other types of addiction, it affects a brain region known as prefrontal cortex (PFC), which is important in executive functions and inhibitory control. However, this region was loosely defined, and there was no consensus for that definition. We aimed to use volumetric MRI in finding the defining region of PFC which would be suitable in distinguishing pornography addicted juveniles. Methods: We enrolled 30 juveniles (12-16 y.o.) consisting of 15 pornography addiction and 15 non-addiction subjects. We proposed several models of PFC definition from mix-and-matched subregions, consisting of orbitofrontal (OFC), inferior frontal gyrus (IFG; pars orbitalis, opercularis, and triangularis), dorsolateral PFC (DLPFC), and anterior cingulate (ACC). Suitable PFC definition was defined as models which volume statistically different between both groups. Brain volumetric was measured using 3D-T1 3T MRI images and analyzed using FreeSurfer® for automatic cortical reconstruction and brain segmentation (recon-all command). Results: We found significant differences between groups in 6 models, which mainly included OFC, ACC, and DLPFC, with models devoid of DLPFC had lowest mean differences. Conclusion: The most suitable definition of PFC for pornography addiction study should consist of OFC, ACC, and especially DLPFC. Inferior frontal gyrus pars orbitalis was not necessary for this purpose, but may increase effect size if it is included.