Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search
Journal : Media Ilmiah Teknik Lingkungan

Tata Air dan Kerentanan Lingkungan Lahan Gambut Sari Marlina
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 2 No 2 (2017): Media Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.837 KB) | DOI: 10.33084/mitl.v2i2.125

Abstract

Tanah gambut memiliki penyebaran yang luas di Indonesia. Lahan-lahan dataran rendah di Palau pulau Sumatera, Kalimantan dan Irian umunnyatertutup oleh endapan gambut. Gambut adalah bahan organik setengah lapuk yangterakumulasi di permukaan tanah. Bahan ini bersifat sangat sarang dan koloidal,serta dapat menyerap air sampai dengan salu setengah kali dari berat keringnya.Gambut unumnya terakumulasi pada permukaan tanah yang tergenang atau sangatlembap. Kimia air gamhut dicirikan dengan pH yang rendah karena tingginyakandungan asam humat. Kandungan nutrisi tanah gambut untuk tunbuhan sangat ditentukan oleh kedalaman lapisan mineral yang mengatasinya. Lahan gambut sering dikeringkan unuuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan hunian. Pengeringanlahan gambut dengan drainase yang terlalu dalaim dapat mengakibaikan penurunanmuka lahan sebagai akibat pemampatan, oksidasi dan erosi. Gambut keringmerupakan bahan bakar yang baik, sehingga pengeringan lahan yang berlebihan dapat menyebabkan mudahnya terjadi kebakaran lahan dan hutan.
Pengelolaan Ekosistem Gambut Pasca Kebakaran Lahan Gambut di Provinsi Kalimantan Tengah Sari Marlina
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 2 No 1 (2017): Media Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.405 KB) | DOI: 10.33084/mitl.v2i1.129

Abstract

Ekosistem gambut Indonesia, khususnya Kalimantan Tengah telah mengalami kerusakan yang masif akibat pemanfaatan yang melebihi daya dukung dan daya tampungnya, serta adanya kebakaran lahan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa ekosistem gambut merupakan bagian penting dari lingkungan hidup yang harus dilindungi dan dikelola dengan baik.Oleh karena itu, pasca kebakaran lahan gambut di Kalimantan Tengah, perlu adanya pengelolaan ekosistem gambut tersebut. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah adanya penataan ulang ekosistem gambut, program pencegahan kerusakan ekosistem gambut, pemulihan, rehabilitasi dan restorasi ekosistem gambut. Perlu banyak peran aktif dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pengelolaan lahan gambut agar tetap terjaga.
Arahan Fungsi Kawasan Hutan yang Optimal dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya melalui Pendekatan Analisis Spasial Sari Marlina
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 1 No 1 (2016): Media Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.74 KB) | DOI: 10.33084/mitl.v1i1.137

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji arahan fungsi dan menghasilkan peta yang berisi zonasi-zonasi fungsi kawasan hutan yang optimal di wilayah Kota Palangka Raya sesuai dengan kondisi eksisting melalui pendekatan analisis spasial dengan koordinasi kepada pemerintah daerah, swasta dan masyarakat terhadap kondisi lapangan dan dapat menghasilkan peta yang berisi zonasi-zonasi fungsi kawasan hutan optimal yang dapat menjadi salah satu referensi, arahan dan pertimbangan teknis untuk manajemen pemanfaatan sumberdaya lahan dan pengembangan wilayah dalam perencanaan tata ruang wilayah di Kota Palangka Raya. Metode penelitian dilakukan dengan tumpang susun peta kelerengan, jenis tanah dan curah hujan menggunakan analisis spasial sistem informasi geografis yang dilakukan dengan sistem skoring sehingga akan didapatkan zonasi-zonasi hasil kombinasi ketiga faktor tersebut. Zonasi-zonasi ini sekaligus merupakan jumlah nilai skoring yang telah diberikan pada ketiga faktor tersebut diatas. Hasil zonasi-zonasi ini kemudian dikelompokkan ke dalam jenis fungsi kawasan hutan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dan dikombinasikan dengan kondisi di lapangan. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa fungsi kawasan hutan yang optimal di Kota Palangka Raya dengan metode analisis spasial dan memperhatikan kondisi eksisting, yakni seluas 184.178 hektar atau 68,76 persen yang terbagi atas Taman Nasional Sebangau seluas 47.316 hektar atau 17,67 persen, Taman Wisata seluas 533 hektar atau 0,207 persen, Taman Hutan Raya seluas 1.137 hektar atau 0,42 persen, Hutan Produksi Tetap seluas 47.316 hektar atau 16,72 persen, Hutan Produksi Konversi seluas 90.401 hektar atau 33,75 persen. Arahan zonasi untuk penyusunan rencana tata ruang wilayah Kota Palangka Raya, adalah untuk kawasan lindung seluas 49.123 hektar atau 18,29 persen, kawasan budidaya kehutanan (KBK) seluas 135.192 hektar atau 50,47 persen dan kawasan budidaya non kehutanan (KBNK) atau Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 83.673 hektar atau 31,24 persen.
Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah Sari Marlina
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 1 No 2 (2016): Media Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1498.929 KB) | DOI: 10.33084/mitl.v1i2.141

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tipe iklim baru pada beberapa wilayah di Kalimantan Tengah berdasarkan analisis menurut metode Schmidt–Ferguson serta menurut metode Oldeman. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai bulan Agustus 2009.Penelitian ini menggunakan data time series unsur iklim Curah Hujan selama 20 tahun mulai periode tahun 1988 sampai 2007 meliputi wilayah Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Palangka Raya, Kapuas, Barito Selatan, Barito Utara dan Kabupaten Murung Raya di Provinsi Kalimantan Tengah.Hasil penelitian memberi informasi tipe iklim pada beberapa wilayah di Kalimantan Tengah berdasarkan metode Schmidt–Ferguson serta metode Oldeman. Dan dari ketujuh lokasi penelitian di wilayah Kalimantan Tengah diperoleh bahwa Kotamadya Palangka Raya dan Kapuas mengalami pergeseran dari tipe A menjadi tipe B
Evaluasi Pencegahan Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan di Kab. Katingan Tahun 2016 Kamaliah Kamaliah; Muhammad Azhari; Sari Marlina
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 3 No 1 (2018): Media Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.06 KB) | DOI: 10.33084/mitl.v3i1.637

Abstract

ABSTRAK. Bencana merupakan peristiwa yang tidak diinginkan yang sering terjadi baik karena kesengajaan manusia atau dari faktor lingkungan. Kejadian bencana perlu di evaluasi untuk mengetahui efektivitas dari pada bentuk kegiatan pencegahan bencana tersebut. Misalnya mengenai bencana kebakaran lahan dan hutan di Kabupaten katingan pada Tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan peneliti merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dan teknik pengumpulan data dengan observasi langsung serta kajian dokumen atau literatur. Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa bentuk evaluasi pencegahan bencana kebakaran lahan dan hutan di Kabupaten katingan di tahun 2016 diantaranya seperti adanya penyediaan sarana dan prasarana antisipasi penanggulangan kebakaran lahan, kebun dan hutan. Seperti pembuatan sumur bor, peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu dengan cara membentuk masyarakat peduli api, sosialisasi mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari bencana kebakaran lahan, kebuh, dan hutan. Memberikan peringatan dini serta membertegas hukum bagi pelaku pembakaran lahan, kebun, dan hutan.
Air Tanah Dangkal Sebagai Sumber Air Bersih Kota Palangka Raya Sari Marlina
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 3 No 1 (2018): Media Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.519 KB) | DOI: 10.33084/mitl.v3i1.639

Abstract

Akhir tahun 2004, PDAM Kota Palangkaraya baru mensuplai 26% kebutuhan air bersih penduduk kota. Untuk pemenuhan kebutuhan air rumah tangga sebagian besar pend uduk menggunakan air tanah dengan cara membuat sumur dengan kedalaman berkisar antara 12 sampai 30 m (dangkal). Untuk mengetahui karakteristik hidrokimia airtanah dangkal dalam hubungannya dengan tingkat risíko kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah dangkal dari limbah rwnah tangga telah dilakukan pendataan geologi, pengalaman dan pengukuran sifaat fisik dan kimia air di lapangan dan analisis laboratorium. Akuifer air lanah dangkal di daerah telitian tersusun dari satuan pasir kuarsa bersifat lepas (unconsolidatedsand) berukuran sedang sampai sangat kasar. Terdapat tiga lapisanakuifer di daerah ini mulai kedaiaman 10 m dari permukaan tanah setempat sampaí kedalaman 70 m. Antara lapísan akuifer diselingi lapisan lempung atau kaolin yang sifamya nidat menerus. Sejauh parameter yang dianalisis dari beberapa contoh air secara umum menggambarkan bahwa kualitas air masih mementhi syarat sebagai bahan baku air rumah seperti dipersyaratkan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990. Namun demikian dari data ammonia yang terdeiekri di seluruh sumur yang disurvei dan ditemukannya bakteri koli pada sejumlah sumur (Uosawo, 2006) maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi kontaminasi limbah rumah tangga pada air tanah dangkal. Bau kayu busuk dan kekeruhan (milky water) adalah persoalan lain yang perlu dicarikan solusinya agar air tanah aman digunakan sebagai air rumah tangga.
Rehabilitasi dan Pengelolaan Hutan Rawa dan Hutan Rawa Gambut di Provinsi Kalimantan Tengah Sari Marlina
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 3 No 2 (2018): Media Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.22 KB) | DOI: 10.33084/mitl.v3i2.645

Abstract

Kawasan Hutan Kalimantan Tengah mencapai 10,295 juta hektar atau sekitar 67,04 % dari total luas wilayah yang mencapai 15,357 juta hektar. Sedangkan sisanya seluas 5,062 juta hektar (32,96 %) merupakan Non Kawasan Hutan. kegiatan-kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan sudah berlangsung selama lebih dari tiga decade, dampak yang dapat dilihat dan dirasakan secara langsung sebagai akibat kurang berhasilnya pengelolaan sumber daya hutan yang memacu laju deforestrasi dan degradasi hutan dari tahun adalah bertambah luasnya Lahan Kritis sebagai simbol rusaknya lingkungan seperti terganggunya tata air, Menurunnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air, serta terganggunya ekosistem sebagai akibat dari penebangan hutan, land clearing dan pembuatan saluran / kanal, Meluasnya lahan-lahan tidak produktif dan Sangat potensial untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan dampak asap. Sehingga perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, terutama Pemerintah Daerah, Departemen Kehutanan dan seluruh Stake Holders yang dituangkan dalam bentuk Program Terpadu dan Komprehensif dari semua unsur yang terlibat.
Mitigasi Pencegahan Bencana Lingkungan Kalimantan Tengah Dengan Meningkatkan Peran Kearifan Lokal dan Pendidikan yang Berwawasan Lingkungan Novrianti Novrianti; Muhammad Azhari; Sari Marlina
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 4 No 1 (2019): Media Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.789 KB) | DOI: 10.33084/mitl.v4i1.647

Abstract

Kalimantan Tengah merupakan salah satu daerah rawan bencana lingkungan seperti kebakaran lahan dan hutan serta kabut asap. Wilayah terparah di tahun 2015 yaitu di Kabupaten Pulang Pisau, Kota Palangka Raya, Kabupaten Gunung Mas, dan Kabupaten Kota Waringin Timur, Kabupaten Kuala Kapuas, sehingga perlu dilakukan mitigasi pencegahan bencana dengan meningkatkan peran kearifan lokal setempat dan menyelenggarakan pendidikan berwawasan lingkungan. Mitigasi pencegahan bencana merupakan serangkaian cara untuk mencegah peristiwa yang terjadi di lingkungan atau meminimalisir risiko bencana lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Kegiatan mitigasi tersebut seperti kegiatan fisik dan nonfisik. Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang tanggap bencana dan menjadi pionir bagi keselamatan lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif tipe etnografi dan jenis Action Research. Hasil penelitian ini di Kab. Pulang Pisau diperoleh bahwa kondisi perubahan lingkungan yang sering terjadi mempengaruhi kemelimpahan potensi sumberdaya (alam). Kearifanlokal setempat seperti Jipen, Mamisi, Tolak Bala, dan serangkaian kegiatan penghormatan kepada penjaga lingkungan (makhluk kasat mata) agar hal yang tidak diinginkan dijauhkan. Pendidikan berwawasan lingkungan masih dibiasakan oleh masyarakat Suku Dayak dengan pendidikan lingkungan keluarga. Berdasarkan hasil observasi terkait pendidikan berwawasan lingkungan yang diajarkan dijenjang pendidikan seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas masih membahas tentang materi lingkungan secara umum (belum ada materi lingkungan yang berkarakter daerah misalnya tentang Lingkungan Kalimantan Tengah dengan kearifan lokalnya). Selain itu pemerintah juga aktif melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana lingkungan baik secara teknis dan non-teknis terkait dengan pengelolaan lingkungan setempat berdasarkan karakteristik lingkungan Kalimantan Tengah.
Kajian Dampak dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kalimantan Tengah Kamaliah Kamaliah; Sari Marlina
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 6 No 1 (2021): Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL)
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/mitl.v6i1.2105

Abstract

Perubahan iklim melanda beberapa wilayah Indonesia yang secara geografis mempunyai tingkat kerentanan cukup tinggi, sehingga diperlukan adaptasi sebagai upaya meningkatkan ketahanan masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan. Kalimantan Tengah termasuk rentan terhadap dampak dari perubahan iklim yang saat ini terjadi. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui dampak dan bentuk adaptasi perubahan iklim di Kalimatan Tengah melalui penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan pada Mei sampai November 2019 dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan kajian studi litelatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, adanya perubahan iklim di Kalimantan Tengah meskipun tidak bersifat ekstrim namun berdampak pada masyarakat menderita penyakit Demam Berdarah Dengue dan malaria. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat karena perubahan iklim. Adaptasi perubahan iklim yang sebaiknya dilakukan sebagai proses penyesuaian terhadap perubahan iklim dari kondisi iklim aktual atau di masa depan agar dapat mempersiapkan dengan lebih baik untuk bertahan dari peristiwa fisik, seperti ketersediaan ruang terbuka hijau, pengelolaan dan system pertanian yang ramah iklim.
Evaluasi Pengelolaan Sampah Dan Estimasi Umur Pakai Lahan Di TPA Km.13 Kota Muara Teweh Kabupaten Barito Utara Rahmi Ainun Nadiah; Sari Marlina; Rudy Yoga Lesmana
Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL) Vol 6 No 2 (2021): Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL)
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/mitl.v6i2.2371

Abstract

Kota Muara Teweh merupakan Ibu Kota dari Kabupaten Barito Utara yang meliputi 4 (empat) Kelurahan, yaitu Kelurahan Melayu, Kelurahan Lanjas, Kelurahan Jambu dan Kelurahan Jingah, dengan luas wilayah keseluruhan 4487,6 Ha atau 5,4% dari luas wilayah Kabupaten Barito Utara dan penduduk yang terlayani hanya 85% dari 4 kecamatan yang ada di Kabupaten Barito Utara maka dari itu diperlukan untuk Evaluasi Pengelolaan Sampah dan juga Pertambahan penduduk yang disertai pembangunan yang berkelanjutan akan menyebabkan semakin tingginya volume timbunan sampah yang harus dikelola setiap harinya. Berdasarkan hasil Evaluasi Pengelolaan Persampahan di TPA Km.13 Kota Muara Teweh ialah terdiri dari bangunan pos jaga/kantor,parkiran kendaraan, jalan masuk TPA, garasi alat berat, tempat cuci kendaraan, jalan operasional, saluran drainase, pengolahan air lindi. Hal tersebut akan bertambah sulit karena keterbatasan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Dengan perkembangan yang cukup pesat, mulai dari infrastruktur sampai pertambahan jumlah penduduk. Perkembangan tersebut akan menyebabkan bertambahnya volume sampah yang harus diangkut oleh truk pengangkut sampah ke TPA KM 13.