Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kinerja pencapaian komposit IPM di JawaBarat pada periode 1993-2006. Tujuan penelitian ini: 1) Mendeskripsikan dan menganalisispencapaian IP sebagai salah satu komposit pembentuk IPM (AMH, RLS, ILS, IP,) di Jawa Baratpada periode tahun 1993-2006.Penelitian ini bersifat analisis ex-post facto evaluation. Metode yang dipergunakan adalahanalisis forcasting dengan menggunakan teknik proyeksi. Data yang dikaji merupakan datasekunder yang dipublikasikan secara resmi oleh BPS.Hasil penelitian bahwa selama periode 1993-2006: 1) RLS bertambah 1,25 tahun;pencapaiannya 7,80 tahun/tahun; pertumbuhannya 2,37% (0,18486/tahun). 2) AMHbertambah 6,96%; pencapaiannya sebesar 95,07%; pertumbuhannya 0,50% (0,475385%/tahun); buta hurup tersisa 4,27%. 3) AHH bertambah 7,23 tahun (68,28 tahun);pencapaiannya 67,70/tahun; pertumbuhannya 0,54% (0,36558 tahun). 4) IP bertambah7,47 poin; pencapaiannya 80,9 poin/tahun; pertumbuhannya 0,91%/tahun (0,73 poin).Selama periode 1993-2006 IP di Jawa Barat mencapai lompatan sebesar 7,47 poin. Rataratapencapaiannya 80,9 poin/tahun sedangkan pertumbuhannya mencapai 0,91%/tahun atau(0,73 poin). Pada tahun 2006 IP sudah mencapai 81,69 poin. Dengan kinerja tersebut padatahun 2010 IP diperkirakan akan mencapai 84,61 poin. Data menunjukan ternyata pencapaianIP tersebut lebih banyak disumbang oleh faktor AMH sebesar 79.05% sementara RLSmenyumbang 20,94%. Pertumbuhan selama kurun waktu lebih kurang 13 tahun terakhir initidak menggambarkan akselerasi yang progresif, artinya pula pembangunan pendidikan berjalanrelatif stagnan tanpa ada perubahan yang berarti. RLS hanya bertambah 1,25 tahun denganpertumbuhan 2,37% (0,18486 tahun) dan masing ada gap RLS 6,96 tahun. Dilihat dariakselerasi secara umum perkembangan angka RLS di semua daerah menunjukkan pertumbuhanpositif walaupun amat lamban dan cenderung stagnan, fluktuasinya antara 6-7 tahun.Secara keseluruhan akselerasi pencapaian RLS di daerah Kota lebih tinggi dibandingkandaerah Kabupaten. Fenomena ini sekaligus merefleksikan masih terjadinya ketimpangan antaradaerah perkotaan dan nonperkotaan sekaligus menunjukan pula bahwa perlakuan pembangunanmasih belum merata.