Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Strategi rebranding hubungan masyarakat LAZISNU pada upaya pengentasan kemiskinan di Jawa Barat Hoerul Umam; Muhammad Yusuf Wibisono; Dadang Kahmad; Asep Saeful Muhtadi
PRofesi Humas Vol 6, No 2 (2022): PRofesi Humas Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 10/E/KPT/2019
Publisher : LP3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/prh.v6i2.35288

Abstract

Kemiskinan masih menjadi masalah di Indonesia. Sementara itu, pengelolaan zakat dapat menjadi kekuatan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan di negeri berpenduduk mayoritas Islam ini. Di Indonesia sendiri memang sudah ada beberapa badan atau organisasi yang bertanggungjawab dalam mengumpulkan dan mengelola zakat salah satunya adalah lembaga zakat milik Nahdlatul Ulama. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi program pengentasan kemiskinan di Jawa Barat melalui zakat yang dilakukan oleh lembaga filantropi Islam LAZISNU (Lembaga Zakat Infaq Sodaqoh Nahdlatul Ulama). Sumber data penelitian ini adalah tokoh-tokoh yang dianggap penting dari NU-Care LAZISNU Jawa Barat. Kepada mereka dan kantor mereka diadakan pengamatan, wawancara, dan pengumpulan dokumen sebagai langkah-langkah pengumpulan data. Data kemudian dianalisis dengan model interaktif dari Miles dan Huberman, yaitu dengan cara pereduksian, penyajian, dan penyimpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum lahirnya LAZISNU, filantropi NU (Nahdlatul Ulama) awalnya terpusat pada peran kiai dan pesantren sehingga tidak bisa dilepaskan dari praktik wakaf yang berasal dari keluarga kiai maupun bantuan dari masyarakat sekitar baik dalam bentuk zakat, infaq, maupun sedekah. Namun demikian, masyarakat belum terbiasa dengan perilaku filantropi tersebut dari segi kelembagaan. Masyarakat selama ini lebih percaya pada perorangan untuk menitipkan dermanya. Di sinilah perlunya upaya-upaya pengembangan program filantropi menjadi sebuah perilaku yang memasyarakat. Kajian ini memperlihatkan upaya-upaya tersebut di lingkungan Nahdlatul Ulama Jawa Barat dengan cara melakukan rebranding pada lembaga zakat, infaq, dan sedekahnya.
Elit Agama dan Gerakan Sosial Pada Masyarakat Cirebon Ahmad Zamakhsyari; Asep Saeful Muhtadi
Empower: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/empower.v5i2.7244

Abstract

AbstractReligious sosial movements can occur in any context in society. Space and time influence the orientation, patterns and strategies used. The complexity of society demands the development of a movement that is relevant to the conditions and needs of society. Religious socio-movements must be able to innovate and be creative in the context of adapting to the complex sosial situations of society. Innovations and creations of religious elites make socio-religious contributions able to take place in various sosial and institutional spaces.This research is focused on the problem of dynamics in Cirebon society, from spiritual, sosial, economic, moral and political issues, therefore the role of religious elites in driving, not only religious elites as kyai, Islamic boarding schools but also religious elites as community guides, Developers who are able to synergize in all circles in moving the religious sosial in society.This research is a type of field research research using a qualitative exploratory approach as the method. The collection of data and information was carried out by means of observation, interviewing and documentation of respondents using purposive and snowball sampling techniques for further processing of data findings and theoretical analysis using Actor Theory in the Talcot Parsons sosial system and supported by Anthony Giddens' theory with sosial movements.The findings of this study include the first, religious elites in Cirebon are not only Kyai, teachers of the Koran in Islamic boarding schools but also movers in Cirebon society. also driven by changes in society in the religious, sosial, economic, political and moral sectors of the Cirebon community. second, the existence of religious elites as sosial activists in society. Then, there is a synergy between religious elites and entrepreneurs in Cirebon in sosial movements, supported by the Cirebon people who are open to everything. Third, the implications of sosial movements carried out by religious elites. Achieving a contribution and community independence on sosial, political, economic and moral issues in society.AbstrakGerakan sosial keagamaan bisa terjadi dalam konteks apapun dalam masyarakat. Ruang dan waktu mempengaruhi orientasi, pola, dan strategi yang digunakan. Kompleksitas masyarakat menuntut pengembangan gerakan yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Gerakan sosial keagamaan harus mampu berinovasi dan berkreasi dalam rangka adaptasi dengan situasi sosial masyarakat yang kompleks. Inovasi dan kreasi Elit agama menjadikan Kontribusi sosial keagamaan bisa berlangsung dalam ruang sosial dan kelembagaan yang beragam.Penelitian ini difokuskan pada persolan Dinamika Dalam Masyarakat Cirebon, Dari Persoalan Spritual,Sosial, Ekonomi, Moral dan Politik,Karena Itu peran Elit Agama dalam sebagai Penggerak, bukan saja Elit Agama sebagai Kyai, punya Pesantren akan tetapi Juga Elit agama Juga sebagai Pembimbing Masyarakat, Pengembang Yang sanggup mensinergikan Pada semua kalangan dalam Menggerakan Sosial Keagamaan pada Masyarakat.Penelitian ini termasuk jenis penelitian field research dengan menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif sebagai metodenya. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap responden dengan teknik purposive dan snowball sampling untuk selanjutnya dilakukan pengolahan temuan data dan analisis teoritik dengan menggunakan Teori Actor dalam sistem sosial Talcot Parsons dan di dukung Teori Anthony Giddens dengan Gerakan sosial.Adapun temuan penelitian ini di antaranya pertama, Elit agama di Cirebon Bukan hanya Kyai, Guru Ngaji di Pesantren Melainkan Penggerak di Masyarakat Cirebon. juga dorong oleh perubahan Masyarakat Pada bidang keagamaan, Sosial, Ekonomi, Politik juga Moral Masyarakat Cirebon. kedua, Adanya Elit agama Sebagai Penggerak Sosial dalam Masyarakat. Kemudian, Adanya Sinergitas elit Agama Dengan Para Pengusaha di Cirebon dalam Gerakan Sosial, Di dukung dengan masyarakat Cirebon yang Terbuka dalam segala Hal. Ketiga, Implikasi dari Gerakan sosial yang di lakukan elit agama Tercapainya satu Kontribusi dan Kemandirian masyarakat pada persoalan sosial, politik, ekonomi dan moral bermasyarakat.
Al-Ma'un Praxis Movement in Empowering Destitute Families by the Students Andri Moewashi Idharoel Haq; Asep Saeful Muhtadi; Dadang Kahmad; Enjang AS
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Studi Agama-Agama Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hanifiya.v5i2.18019

Abstract

This research aims to analyze the Al-Maun Praxis movement as a new religion-based social movement in Indonesia, implicating its role and influence in educational institutions. The phenomenon of the Al-Ma'un praxis movement developed by Muhammadiyah universities has been studied scientifically by a sociological approach, especially the new social movement with its two theories; the theory of resource mobilization and identity-oriented theory. However, this research shows that those two theories can be used simultaneously by prioritizing the identity-oriented approach and then analyzing the resource mobilization theory. This research discusses the Muhammadiyah organization with the Al-Ma'un Praxis Movement Program at PTM as a model for a new religious-based social movement in Indonesia; in identity-oriented theory, Muhammadiyah as Movement Identity and Surat Al-Ma'un as Movement Theology, and Muhammadiyah as Movement Ideology. The more comprehensive areas in the idea of resource mobilization are: Islam and Mohammadness (Agama Islam dan Kemuhammadiyahan; AIK) as medium to mobilize Muhammadiyah resources, the capital of resource mobilization comes from Muhammadiyah residents at Muhammadiyah Universities, Mobilization of resources in the form of empowerment of charity and creativity based on Muhammadiyah philanthropy.
Symbol Reinterpretation as a Motivation for Integration of Chinese Muslim Ethnic Identity Ghofar Taufik; Asep Saeful Muhtadi; Munir Munir; Dody S. Truna
Khazanah Sosial Vol 4, No 3 (2022): Khazanah Sosial Vol 4, No 3 October 2022
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.37 KB) | DOI: 10.15575/ks.v4i3.17405

Abstract

This study focuses on research with a phenomenological approach regarding the symbolic meaning of the ethnic Chinese Muslim identity at the Lautze 2 Mosque in Bandung City, which focuses on concluding the meaning of ethnic symbols in Chinese New Year as a means to integrate in the form of friendship and participation with the Chinese extended family; the meaning of Ethnic Symbols in Feng Shui which is still used and believed among Chinese Muslims; the meaning of the ethnic symbols in the lion dance which is still preserved as an art in various Chinese performances and endeavors; and the meaning of ethnic symbols in the Lucky Cat, which is still practiced in some Chinese Muslim circles, and is valued as part of the wisdom of the Chinese ancestor.  The study attempted to remain integrated with a more significant initial ethnic identity. For Chinese Muslims, family ties or relatives are essential in maintaining friendly relations, and believing Islam is the teachings of rahmatan lil 'alamiin. In addition, there is a reinterpretation of the symbols of Chinese ethnicity as a form of strengthening the identity of the Chinese Muslim ethnic group. This study can be used as theoretical knowledge in the form of theoretical conception to enrich the theories of the study of religions to assess the religious phenomenon associated with symbols of ethnic identity and religious identity, even acculturation between newcomers and natives. In addition, practically from the research, it is suggested to be an academic consideration for various government policies to build inter-religious harmony and harmony between ethnicities and groups, especially regarding religious conversion and belief and taboo issues in Indonesia.
Komodifikasi Filantropi Keagamaan di Harian Umum Republika Roni Tabroni; Asep Saeful Muhtadi; Zaenal Mukarom
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Studi Agama-Agama Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hanifiya.v6i1.25081

Abstract

Kajian ini mengangkat pemberitaan filantropi agama di HU. Republika pada pandemi Covid-19 tahun 2020-2021. Selama dua tahun Republika mengangkat kedermawanan masyarakat Indonesia untuk saling bantu di saat krisis. Berita tersebut dikemas dalam berbagai bentuk dan diletakkan di halaman-halaman yang cukup strategis. Tujuan kajian ini untuk mengungkap pemberitaan filantropi pada masa pandemi Covid-19 serta bagaimana Republika melakukan komodifikasi atas berita tersebut. Kajian ini menggunakan paradigma interpretif dan pendekatakn kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan yaitu berupa metode kritis, guna membongkar motif utama di balik pembuatan berita dalam sebuah media. Teori yang digunakan yaitu komodifikasi dan juga turunannya ekonomi politik media. Kajian ini menghasilkan temuan berupa proses komodifikasi yang dilakukan Republika  setidaknya pada tiga hal yaitu komodifikasi isi (konten filantropi agama) terhadap pemberitaan filantropi agama selama dua tahun, komodifikasi tenaga kerja (jurnalis) yang sudah dilatih sejak mulai bergabung hingga proses kerjanya, dan komodifikasi audiens (pembaca) yaitu mereka yang terdiri dari komunitas Islam kota sebagai sasarannya. Apa yang dilakukan Republika terhadap konten keagamaan membuktikan terjadinya pergeseran idiologi yang diyakininya selama ini.