Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PEMANFAATAN DAUN JATI MUDA UNTUK PEWARNAAN KAIN KAPAS PADA SUHU KAMAR Rosyida, Ainur; Achadi W, Didik
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1705.581 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan ekstrak daun jati muda sebagai  zat pewarna pada kain kapas dengan metode suhu kamar, sehingga mengurangi energi panas, namun menghasilkan  celupan optimum.  Proses pencelupan dilakukan dengan variasi pH dan zat fiksator tawas  dan ferro sulfat.  Dari  hasil penelitian diketahui bahwa daun jati muda dapat digunakan untuk mewarnai kain kapas dengan arah  warna bervariasi yaitu ungu, ungu kemerahan dan abu-abu. Warna yang dihasilkan tergantung dari jenis fiksator yang digunakan sedangkan ketuaan dan arah warna ditentukan oleh pH larutan yang digunakan dalam pencelupan. Metode pewarnaan terbukti dapat diperoleh hasil yang baik, karena diperoleh warna yang  merata dan permanen. Hasil uji ketuaan warna menunjukkan bahwa pada pencelupan dengan fiksator tawas diperoleh warna ungu dengan nilai ketuaan warna yang paling tinggi pada pH 10, sedangkan pada pencelupan dengan ferro sulfat diperoleh warna abu-abu dengan nilai ketuaan warna  paling tinggi pada pH  5. Ketahanan luntur warna terhadap pencucian diperoleh nilai perubahan warna yang cukup baik dengan nilai   3-4 sesuai standar Grey Scale dan untuk penodaan warna diperoleh nilai 4 sesuai standar Staining Scale. Uji ketahanan gosokan kering  diperoleh nilai perubahan warna  yang baik yaitu 4-5 dan pada gosokan basah dengan nilai  4  masing-masing terhadap standar Grey Scale. Hasil analisis gugus fungsi molekul zat warna daun jati muda dengan  kurva  FTIR  (Fourier Transform Infra Red)  terdapat  gugus  hidroksil   (-OH),  gugus karbonil (C = O) dan gugus metil (-CH3) yang menunjukkan adanya gugus auksokrom dan kromofor.
PEMANFAATAN DAUN JATI MUDA UNTUK PEWARNAAN KAIN KAPAS PADA SUHU KAMAR Ainur Rosyida; Didik Achadi W
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1705.581 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i2.882

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan ekstrak daun jati muda sebagai  zat pewarna pada kain kapas dengan metode suhu kamar, sehingga mengurangi energi panas, namun menghasilkan  celupan optimum.  Proses pencelupan dilakukan dengan variasi pH dan zat fiksator tawas  dan ferro sulfat.  Dari  hasil penelitian diketahui bahwa daun jati muda dapat digunakan untuk mewarnai kain kapas dengan arah  warna bervariasi yaitu ungu, ungu kemerahan dan abu-abu. Warna yang dihasilkan tergantung dari jenis fiksator yang digunakan sedangkan ketuaan dan arah warna ditentukan oleh pH larutan yang digunakan dalam pencelupan. Metode pewarnaan terbukti dapat diperoleh hasil yang baik, karena diperoleh warna yang  merata dan permanen. Hasil uji ketuaan warna menunjukkan bahwa pada pencelupan dengan fiksator tawas diperoleh warna ungu dengan nilai ketuaan warna yang paling tinggi pada pH 10, sedangkan pada pencelupan dengan ferro sulfat diperoleh warna abu-abu dengan nilai ketuaan warna  paling tinggi pada pH  5. Ketahanan luntur warna terhadap pencucian diperoleh nilai perubahan warna yang cukup baik dengan nilai   3-4 sesuai standar Grey Scale dan untuk penodaan warna diperoleh nilai 4 sesuai standar Staining Scale. Uji ketahanan gosokan kering  diperoleh nilai perubahan warna  yang baik yaitu 4-5 dan pada gosokan basah dengan nilai  4  masing-masing terhadap standar Grey Scale. Hasil analisis gugus fungsi molekul zat warna daun jati muda dengan  kurva  FTIR  (Fourier Transform Infra Red)  terdapat  gugus  hidroksil   (-OH),  gugus karbonil (C = O) dan gugus metil (-CH3) yang menunjukkan adanya gugus auksokrom dan kromofor.
PEMANFAATAN LIMBAH SERUTAN KAYU NANGKA (Artocarpus heterophyllus) UNTUK PEWARNAAN KAIN SUTERA Ainur Rosyida; Subiyati Subiyati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v35i2.4301

Abstract

This research aimed to exploit the jackfruit wood  waste as textile coloration on silk. Moreover to know influence of dip solution pH variation application and mordan process to dyeing result quality. The dying process obtained by differences pH variation and fixator substance, namely alum and ferrous sulfate. According to the research was known that jackfruit wood  could be used to color silk into yellow and brown. The final color depending on the fixator whereas the color density and trend color depending on pH solution used in dyeing process. The dyeing process proved the good result, since it got smooth and permanent color. The color density showed the dyeing process using alum mordant got yellow included the highest color density on acid (pH : 5) whereas the ferrous sulfate got brown included the highest color density on acid (pH : 5). The color endurance on washing process got good color change value on 4 -5 of Grey Scale standart and of Staining Scale standard. Whereas color endurance on dry rubbing got very good: 5 on wet rubbing of Grey Scale standard. The results of this study can be applied to the process of dyeing natural dyes with optimal results and a short time.
Pelatihan Eco-Print Kain Kapas/Cotton Pada Siswa SMK Tekstil Pedan Subiyati Subiyati; Ainur Rosyida; Totok Wartiono
Abdi Masya Vol 1 No 2 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52561/abma.v1i2.124

Abstract

Ecoprint dapat didefinisikan sebagai Teknik pewarnaan kain yang cukup sederhana namun dapat menciptakan visual yang sangat menarik, unik dan eksklusif. Prinsip pembuatannya yakni melalui kontak langsung antara daun, bunga atau batang yang mengandung pigmen warna dengan bahan tekstil yang terbuat dari serat alam. Urutan proses pengerjaan meliputi persiapan bahan yang artinya kain siap diwarna. Pengerjaan ecoprint dilakukan dengan menggunakan metode pounding dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Membentangkan kain kapas putih di atas koran agar tidak kotor. 2. Meletakkan bunga atau daun sebagai bahan pewarna. 3. Pukul pukul bunga atau daun yang sudah ditata menggunakan palu. 3. Bunga atau daun yang sudah mengeluarkan pigmen dibiarkan sampai kering. 4. Bunga atau daun dilepas dan difiksasi menggunakan tawas.
Pelatihan Pengoperasian dan Perawatan Mesin Pellet Ikan Multifungsi untuk Meningkatkan Produksi Pakan Alternatif di Kalurahan Gondangrawe Musabbikhah Musabbikhah; Ainur Rosyida; Samsul Bachri
Surya Abdimas Vol. 5 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37729/abdimas.vi.918

Abstract

Permasalahan utama Kelompok Tani Harapan Umat (Koptan Harum) di Gondangrawe adalah harga pellet dan konsentrat semakin melambung. Kegiatan ini bertujuan membantu Koptan Harum untuk meningkatkan produksi pakan alternatif dari limbah pertanian dan industri melalui pelatihan pengoperasian mesin, pembuatan pellet serta perawatan mesin pellet ikan. Hal ini dilakukan agar eksistensi budi daya ikan tetap berjalan di masa pandemi COVID-19. Metode kegiatan adalah memberikan: 1) Pelatihan pengoperasian dan pembuatan pakan alternatif serta 2) Pelatihan perawatan mesin pellet. Pengoperasian mesin diawali setup mesin, dan membuka penutup outlet untuk mencacah limbah. Setiap jenis limbah dimasukkan ke hopper secara bergantian, hasil cacahan keluar melalui outlet. Hasil cacahan yang belum halus digiling lagi dengan mengatur jarak screw dan screen. Perbandingan prosentase bahan untuk pakan alternatif disesuaikan dengan kadar protein yang dibutuhkan. Bahan yang sudah homogen, dicampur Suplemen Organik Cair (SOC), kemudian difermentasi 2 hari. Selanjutnya bahan dimasukkan ke mesin pellet menuju housing screw, screw mendorong bahan keluar melewati cetakan pellet, dan dipotong oleh pisau rotary. Potongan pellet keluar melalui outlet dan dikeringkan agar kadar airnya kecil dan tidak mudah berjamur. Perawatan mesin dilakukan dengan memasukkan air hangat ke dalam housing screw agar sisa bahan yang menempel pada housing screw, screw dan cetakan keluar dari mesin sehingga tidak menghambat proses pembuatan pellet selanjutnya. Hasil kegiatan ini antara lain: 1) anggota kelompok dapat mandiri mengeoperasikan dan merawat mesin, 2) dapat memproduksi pakan alternatif dengan kandungan protein sesuai kebutuhan, 3). Produksi pakan meningkat dari 2 kg/jam menjadi 30 kg/jam, 4) biaya pakan lebih efisien, 5) keuntungan meningkat.
PELATIHAN PENCAPAN ZAT WARNA ALAM DENGAN HASIL OPTIMAL DAN WAKTU YANG SINGKAT PADA PENGRAJIN KAMPUNG BATIK KAUMAN SURAKARTA Subiyati Subiyati; Ainur Rosyida; Sri Haryana
Abdi Masya Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52561/abma.v4i1.250

Abstract

Untuk meningkatkan jumlah penjualan batik di Kampung Batik Kauman maka perlu diupayakan adanya variasi jenis produk dan efisiensi dalam pembuatannya. Salah satunya dengan membuat produk kain printing/cap bermotif batik dengan zat warna alam yang  mudah dan cepat dalam pembuatannya sehingga biaya produksinya lebih murah. Produk  kain cap  ini  lebih   diminati  dan  memiliki  daya  saing   di  pasar domesti   dan  global   karena   produk   yang   dihasilkan   bersifat   ramah lingkungan. Selain itu dalam produksinya dapat mengurangi pencemaran, khususnya lingkungan perairan mengingat Kampung Batik Kauman berada ditengah-tengah pemukiman dan di jantung kota Surakarta.  Untuk  itu  pada  kegiatan  PkM  dilakukan pelatihan  pembuatan kain cap yang diikuti 20 pengerajin batik dari Kampung Laweyan. Pelatihan dimulai dengan penjelasan oleh mahasiswa mengenai bahan, peralatan, resep, dan tahapan dalam pencapan kemudian dilanjutkan dengan praktek  proses persiapan pada kain yang akan dicap, pembuatan pasta cap, dan proses pencapan pada kain. Diakhir pelatihan, peserta diberikan kuesioner untuk membuktikan keberterimaan ketrampilan pencapan  yang telah diperoleh dalam pelatihan. Hasil pengisian kuesioner menunjukkan 100% peserta menyatakan pelatihan yang diikuti dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. 100% menyatakan hasil pelatihan dapat diterapkan untuk pengembangan usaha dan 89% peserta pelatihan  dapat melakukan sendiri pembuatan kain cap. Hasil pencapan dinilai sebagian besar pengerajin kualitasnya belum memuaskan karena dari hasil penilaian peserta hanya 32% saja yang menyatakan kualitas hasil pencapannya baik dan 68% peserta yang menilai ketuaan warna hasil pencapan cukup tua. Untuk itu masih perlu dilatihkan kepada pengerajin cara peningkatan kualitas hasil pencapan agar pembuatan kain cap zat warna alam benar-benar dapat diterapkan dalam pengembangan usahanya.