Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

MAKNA PROFESI PEMBATIK PADA KELOMPOK SERACI BATIK BETAWI DI KABUPATEN BEKASI Nurul Fauziah; Wa Ode Sitti Nurhaliza
Expose: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 2, No 2 (2019): EXPOSE Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : President University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.683 KB) | DOI: 10.33021/exp.v2i2.594

Abstract

Penelitian ini fokus pada Kelompok Seraci Batik Betawi secara aktif memproduksi batik betawi dengan berbagai corak dan motif khas budaya Betawi. Mereka yang memilih profesi pembatik memiliki tingkat ketekunan dan kejelihan yang tinggi disebabkan dalam membatik dibutuhkan kesabaran serta ketelitian. Penelitian ini membahas 10 orang pembatik tradisional di kelompok Seraci Batik Betawi. Melalui penelitian ini diharapkan memahami dan mendeskripsikan latarbelakang orang-orang yang memilih menekuni profesi pembatik. Penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan pengamatan partisipatif berdasarkan perpektif tindakan sosial.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua motif yang melatbelakangi sesorang menjadi pembatik. Pertama, motif sebab yaitu pengalaman komunikasi dialami pada masa lalu sebagai kegemaran menggambar, aktualisasi diri, kegiatan tambahan dan adanya dukungan dari keluarga. Kedua, motif tujuan yaitu adanya keinginan untuk melestarikan batik betawi, mempromosikan budaya betawi, menunjukkan kemampuan, merasa bangga terhadap diri sendiri dan menambah penghasilan. 
Komodifikasi Hijab Pada Iklan Clear Hijab Pure Edisi Silvia Azizah Nurul Fauziah; Ratna Puspita
Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : UMSU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/interaksi.v6i1.8186

Abstract

Hijab seharusnya menjadi simbol agama yang menyelamatkan perempuan dari standar-standar penampilan dan kecantikan masyarakat. Hijab seharusnya bisa membebaskan perempuan dari kungkungan keharusan bahwa cantik haruslah modis, trendi, dan mengikuti perkembangan fesyen. Hijab seharusnya menampilkan perempuan dalam balutan pakaian, termasuk riasan wajah yang sederhana. Sayangnya, hijab sebagai symbol agama kini telah berubah. Kapitalisme, melalui media massa merubah makna hijab melalui praktik komodifikasi. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis semiotika John Fiske, penelitian ini ingin membongkar praktik komodifikasi hijab dalam iklan Clear Hijab Pure Edisi Silvia Azizah melalui level realitas hijab, representasi hijab, dan ideologi hijab dalam iklan Clear Hijab Pure Edisi Silvia Azizah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hijab dalam iklan Clear Hijab Pure Edisi Silvia Azizah, bukan sekedar simbol agama. Hijab menjadi bagian penting dari penampilan perempuan ber hijab, seperti halnya perempuan tidak ber hijab lainnya. Kapitalisme melalui praktik komodifikasi membentuk standart yang sama antara penampilan perempuan ber hijab dengan yang tidak ber hijab. Hijab bak rambut kedua bagi perempuan ber hijab. Standar perempuan ber hijab dalam iklan ini, yakni mengenakan jilbab dililit ke leher, mengenakan riasan wajah, dan tidak takut menampilkan wajah yang tidak ramah. Simbolisasi komodifikasi hijab ini terlihat pada riasan wajah, ekspresi wajah, kain panjang berwarna hitam. Simbol-simbol tersebut dikemas dalam pencahayaan yang menjadikan perempuan sebagai pusat perhatian atau sorotan. Kata kunci :  Komodifikasi, Hijab dalam Iklan, Semiotika, John Fiske 
Pemaknaan Penonton Remaja di Jakarta terhadap Operasi Plastik dalam Drama Korea My ID is Gangnam Beauty Nurul Fauziah; Ratna Puspita
Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol 13 No 2 (2022): April 2022
Publisher : IAI Darussalam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30739/darussalam.v13i2.1451

Abstract

This study aims to explore the audience receptions, focusing on adolescents aged 10-24 years in Jakarta, about plastic surgery in the Korean drama "My ID is Gangnam Beauty". This drama tells about plastic surgery in South Korea, while the audience in Jakarta already has an understanding of plastic surgery which has been constructed by society. This study uses Stuart Hall's reception analysis which does not focus on the meaning in Korean dramas, but rather the meaning created in the interaction between the audience and the Korean drama. The audience can have a variety of meanings for plastic surgery in Korean dramas that show a dominant position, negotiation, and opposition. The results showed that adolescent reception towards plastic surgery in the Korean drama "My ID is Gangnam Beauty" is negotiation. The audiences stated that women free to change their appearance through plastic surgery so they can make friends and not experience bullying, but criticized the part of the story that depicts a female character who needs a man to build her self-confidence. The audience realizes that Korean drama fills its story about plastic surgery and certain beauty standards. However, the audience also uses the message in this drama to criticize how society dictates the acceptance of the body, as is the case in Indonesia.
Strategi Digital Marketing Lazatto Dalam Meningkatkan Omset Penjualan Online Nurul Fauziah; Salsa Devia Nabila
Connected: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 4 No. 2 (2022): Volume 4 No. 2 Desember 2022
Publisher : Connected: Jurnal Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang ditemukan penulis pada Lazatto Chiken and Burger yaitu peneliti tertarik untuk mengetahui strategi digital marketing yang dilakukan Lazatto Chiken and Burger dalam menaikan omset penjualan online melalui platform pesan antar makanan dalam menghadapi persaingan dalam bisnis kuliner yang berkembang pesat setelah sempat sempat merosot turun akibat pandemi COVID-19. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi kasus kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Lazatto Chiken and Burger menerapkan strategi digital marketing melalui enam saluran pemasaran digital (Website, Blog, Media Sosial, Interaktif Video, Interaktif Audio dan Display Ads) yang memengaruhi secara signifikan adalah pemasaran melalui media sosial berdampak pada meningkatnya omset penjualan online. Media sosial Lazatto menyuguhkan berbagai kebutuhan informasi bagi pelanggannya, media sosial digunakan sebagai wadah promosi, informasi dan pelayanan keluhan bagi para pelanggannya.
REPRESENTASI BUDAYA PATRIARKI DI KOREA SELATAN DALAM FILM KIM JI YOUNG BORN 1982 Sasqia Dinda Riyadi; Nurul Fauziah
KINESIK Vol. 9 No. 3 (2022): December
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ejk.v9i3.427

Abstract

The film Kim Ji Young Born 1982 presents a portrait story of the patriarchal society in South Korea. Even so, the social life of South Korean society itself is still very conservative. The film Kim Ji Young Born 1982 contrasts the impact of patriarchal culture on women's rights in their lives. Also, the burden of women's lives in a patriarchal and conservative society in every choice of life. Using a qualitative approach with John Fiske's semiotic analysis as a research method, this study aims to uncover the 1982 film Kim Ji Young Born through the representation of patriarchal culture in South Korea, by examining the signs and meanings in this film. The result of the research shows that there are 16 film scenes that depict patriarchal culture through the level of reality, the level of representation, and the level of ideology. The patriarchal culture in this film is depicted in six indicators of the basic structure of patriarchy, namely the patriarchal mode of production, patriarchal relations in paid work, male violence, patriarchal relations in sexuality, patriarchy in cultural institutions and the patriarchal state. Unfortunately, the scenes that show various patriarchal cultural practices are done consciously or unconsciously by the people around the main character.
Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Media Audio Visual dalam Pelestarian Budaya dan Pengembangan Destinasi Wisata Kampung Bali Bekasi Yudhistira Ardi Poetra; Fina Zahra; Nurul Fauziah; Sakha Putri Andhina; Suci Rahmadhania
ABDISOSHUM: Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Sosial dan Humaniora Vol. 2 No. 3 (2023): September 2023
Publisher : Yayasan Literasi Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55123/abdisoshum.v2i3.2464

Abstract

Kampung Bali Bekasi is a tourist destination with elements of authentic Balinese culture in the city of Bekasi. This cultural tourism destination, which is more or less three years old, has attracted the interest of the public and the media to come and cover them. The enthusiasm of the people who came to visit there was mostly to treat their curiosity and share the moments there on the social media they used. However, this is not followed by the management of Kampung Bali Bekasi, which actually has an Instagram account as a medium of communication. However, it cannot be categorized as optimal because it does not produce audio-visual content there too often. Therefore, this activity aims to conduct training and assistance in making audio-visual media in preserving local culture and developing cultural tourism destinations in Kampung Bali Bekasi. This community service is carried out using a descriptive qualitative approach and narrative analysis. This activity resulted in two activities that were well received by the people of Kampung Bali Bekasi. First, training in making audio-visual media generates community understanding and knowledge on how to make good audio-visual content with the theme Kampung Bali Bekasi. Then the assistance in making audio visual media generates an understanding regarding the choice of social media and good forms of content so that Kampung Bali Bekasi can develop their cultural tourism destinations through social media.