Deni Amri
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Deteksi pepsin pada saliva pasien refluks laringofaring Ade Asyari; Deni Amri; Novialdi Novialdi; Fachzi Fitri; Eti Yerizal; Hafni Bachtiar; Elvie Zulka Kautzia Rachmawati
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 48, No 1 (2018): Volume 48, No. 1 January - June 2018
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.994 KB) | DOI: 10.32637/orli.v48i1.257

Abstract

Latar belakang: Refluks laringofaring (RLF) didefinisikan sebagai aliran balik cairan lambungke daerah laring dan faring, sehingga berkontak dengan saluran pencernaan dan pernapasan bagian atasyang menyebabkan keluhan suara serak, batuk, sensasi globus, throat clearing, dan post nasal drip. RLFmemberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup terutama fungsi fisik dan emosi. Diagnosis RLFditegakkan dengan mengetahui riwayat penyakit, gejala klinis, pemeriksaan laringoskopi, serta menentukanadanya aliran balik cairan lambung ke laringofaring. Pemeriksaan ambulatory 24 hours double-probepHmetri merupakan baku emas untuk diagnosis RLF, tetapi pemeriksaan ini masih belum ideal. Salahsatu cara untuk menentukan RLF saat ini adalah dengan menentukan keberadaan pepsin pada laring danfaring, menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hal ini berdasarkan faktabahwa pepsin hanya dihasilkan pada lambung. Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien, gambaran refluxsymptom index (RSI), gambaran reflux finding score (RFS) dan mengetahui kadar pepsin pada salivapasien RLF. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran hasilpemeriksaan RSI, RFS, dan kadar pepsin dalam saliva pasien RLF dengan metode ELISA di bagian TelingaHidung Tenggorok-Bedah Kepala dan Leher Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang, mulai Januari–Oktober2015. Hasil: Dari 30 responden yang terdiri dari perempuan 23 orang (76,7%), dan laki-laki 7 orang(23,3%), didapatkan kelompok usia terbanyak 48-57 tahun (40%), dengan rata-rata usia 47,2+12,06 tahun.Nilai rerata RSI 18,53+4,46, nilai rerata RFS 11,47+2,50, dan pada semua sampel didapatkan pepsin (+)dengan nilai rerata kadar pepsin dalam saliva responden 2,75+1,23 ng/ml. Kesimpulan: Pepsin terdeteksipada semua sampel saliva responden RLF. ABSTRACTBackground: Laryngopharyngeal reflux (LPR) is defined as the backflow of gastric contents intolarynx and pharynx areas, making contacts with upper digestive and respiratory tracks causing hoarseness,cough, globus sensation, throat clearing and post nasal drip. LPR has a negative impact on quality oflife. LPR diagnosis is confirmed by disease history, clinical symptoms, laryngoscopy examination andthe backflow of gastric fluid into laryngopharynx. Ambulatory examination of 24 hours double-probepHmetry is the gold standard for LPR diagnosis, although it is not yet ideal. To detect the presence ofpepsin in the larynx and pharynx using ELISA is now being used to determine LPR, based on the fact thatpepsin is only produced in the stomach. Purpose: To investigate patient characteristics, reflux symptomindex (RSI) and reflux finding score (RFS) descriptions, and pepsin level in the saliva of LPR patients.Methods: A descriptive research to describe RSI, RFS, and levels of pepsin in the saliva of LPR patientsusing ELISA at the Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery Departement of Dr. M. Djamil Hospital,Padang, from January-October 2015. Results: Thirty respondents consisted of 23 females (76.7%),and 7 males (23.3%), revealed the largest age group was 48-57 years (40%), with an average age of 47.2+12.06 years. The average value of RSI 18.53+4.46, the average value of RFS 11.47+2.50, andpepsin result (+) in all samples, with an average value of pepsin level in respondents’ saliva 2.75+1.23ng ml. Conclusion: Pepsin was detected in all samples of LPR patients’ saliva.