Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Penatalaksanaan Trauma Tembus Leher Akibat Luka Sayat Rahman, Sukri; ., Novialdi
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 3 (2012)
Publisher : Faculty of Medicine Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pendahuluan :Trauma tembus leher merupakan keadaan gawat darurat yang bersifat mengancam nyawa karena dapat menyebabkan cedera terhadap struktur-struktur vital di leher seperti jalan nafas, pembuluh darah besar, esofagus dan saraf.Sebagian besar penyebab luka tembus leher adalah luka tembak diikuti luka tusuk/ sayat. Trauma ini memerlukan penanganan yang segera. Keberhasilan penatalaksanaan trauma tembus leher bergantung pada waktu mulai mendapat pertolongan, ketepatan diagnosis dan ketepatan penanganan. Tujuan : Laporan kasus ini diajukan untuk memberikan gambaran penatalaksanaan pada kasus trauma tembus leher akibat luka sayat. Kasus :Dilaporkan satu kasus luka tembus leher pada seorang laki-laki umur 15 tahun akibat luka sayat (digorok). Penatalaksanaan : Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan keadaan gawat darurat dan eksplorasi segera terhadap luka.Kesimpulan:Keberhasilan penatalaksanaan trauma tembus leher bergantung pada waktu mulai mendapat pertolongan, ketepatan diagnosis dan ketepatan penatalaksanaan. Kata kunci: trauma tembus leher, penatalaksanaan, luka sayat leher (gorok) Abstract Introduction: Penetrating neck trauma is life threatening emergency because of the potential injury to vital structures of the neck such as the air passages, major vascular vessels, esophagus and neurological structures. The majority of penetrating neck trauma is presenting as result from gunshot followed by stab wound.Penetrating neck traumas require emergency treatment. Successful management of penetrating neck trauma depends on prompt recognition of injury, appropriate diagnosis and proper treatment.Purpose :This case reportpresentedto give an overviewon themanagement ofpenetratingnecktraumadue tocuts. Case :A case of 15 years old man with penetratingneck trauma due to cut throat is presented. Case Management :This case was managed with emergency resuscitation and immediate neck exploration. Conclusion :Successful management of penetrating neck trauma depends on prompt recognition of injury, appropriate diagnosis and proper management. Keywords:penetrating neck trauma, management ,cut throat
Diagnosis dan Penatalaksanaan Striktur Esofagus Fachzi Fitri; Novialdi Novialdi; Wahyu Triana
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.103

Abstract

AbstrakLatar belakang : Kasus striktur esofagus jarang ditemukan, namun kasus ini memerlukan penanganan yang optimal. Sebelum kita melakukan penatalaksanaan terhadap striktur esofagus, perlu dilakukan diagnosis yang akurat agar dapat memilih teknik penatalaksanaan yang tepat. Tujuan : untuk mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan striktur esofagus. Tinjauan pustaka : Striktur esofagus merupakan penyempitan lumen esofagus yang dapat menyebabkan keluhan disfagia. Berdasarkan etiologinya, striktur esofagus dibedakan menjadi striktur esofagus benigna dan maligna. Striktur esofagus benigna disebabkan oleh GERD, zat korosif, web, radiasi, post anastomosis esofagus, sedangkan striktur esofagus maligna disebabkan oleh keganasan baik dari dalam maupun dari luar esofagus. Diagnosis suatu striktur esofagus dapat ditegakkan melalui pemeriksaan barium meal, esofagoskopi, tomografi komputer dan rontgen toraks. Penatalaksanaan kasus striktur ini dapat berupa dilatasi dengan busi atau balon, pemasangan stent dan terapi pembedahan. Pada kasus striktur esofagus maligna juga dapat dilakukan terapi laser dan teknik brakiterapi. Kesimpulan: diagnosis yang akurat perlu dilakukan sebelum memilih teknik penatalaksanaan yang tepat, sehingga dapat mengurangi keluhan disfagia pada penderita striktur esofagus.Kata kunci: Striktur esofagus, barium meal, esofagoskopi, dilatasi, stent, laser, brakiterapiAbstractBackground: Esophageal stricture is rare cases, but these cases required optimal management. Before we manage of esophageal strictures, need an accurate diagnosis in order to choose appropriate management techniques. Purpose: to know how to diagnose and management of esophageal strictures. Literature review: esophageal stricture is a narrowing of the lumen of the esophagus that cause dysphagia. Based on the etiology, esophageal strictures can be divided into benign and malignant. Benign esophageal strictures caused by GERD, corrosive substances, web, radiation, post-esophageal anastomosis, whereas malignant esophageal strictures caused by esophageal malignancy from inside or from outside of the esophagus. The diagnosis of esophageal stricture can be enforced through barium meal examination, esophagoscopy, computer tomography and thorax X-ray. Management of these strictures can be managed by the bougie or balloon dilatation, stent insertion and surgical technique. Malignant esophageal strictures can also be treated by laser therapy and brachytherapy techniques. Conclusion: Accurate diagnosis needs to be done before choosing the right management techniques that will reduce the complaints of dysphagia in patients with esophageal strictures.Keywords: esophageal strictures, barium meal, esophagoscopy, dilatation, stents, laser, brachytherapy
Pendekatan Transoral Sialolitektomi pada Sialolitiasis Eko Wahyudi; Novialdi Novialdi
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7 (2018): Supplement 3
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i0.869

Abstract

Pendahuluan: Sialolitiasis merupakan penyakit pada kelenjar liur yang ditandai dengan terbentuknya batu pada saluran atau kelenjar liur. Sering terjadi pada kelenjar. Mekanisme pembentukan batu masih belum diketahui dengan pasti. Gejala klinis yang paling sering dikeluhkan adalah bengkak dan nyeri saat dan setelah makan. Pemeriksaan penunjang yang dianggap sebagai baku standar untuk menegakkan diagnosis sialolitiasis adalah sialografi. Penatalaksanaan dari sialolitiasis bervariasi dan terus dikembangkan dari waktu ke waktu. Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus sialolitiasis submandibula kiri pada seorang anak perempuan umur 14 tahun yang dilakukan sialolitektomi dengan pendekatan transoral. Kesimpulan: Pada kasus diatas dilakukan sialolitektomi dengan pendekatan transoral, dimana teknik ini dilakukan pada kasus sialolitiasis yang berukuran besar dengan angka keberhasilan yang cukup tinggi dan angka kekambuhan yang rendah.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Retrofaring pada Anak Novialdi Novialdi; Dolly Irfandy
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 3 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i3.91

Abstract

Abstrak Pendahuluan: Abses retrofaring adalah terkumpulnya nanah di ruang retrofaring yang merupakan salah satu daerah potensial di leher dalam. Abses retrofaring merupakan kasus yang jarang tetapi dapat menyebabkan kematian terutama pada umur di bawah 5 tahun. Sejak ditemukannya antibiotika, angka kesakitan dan kematian akibat abses menurun drastis. Metode: Dilaporkan satu kasus abses retrofaring dengan riwayat ketulangan pada anak gizi kurang umur 9 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan foto polos jaringan lunak leher, terlihat gambaran pelebaran ruang retrofaring dan air fluid level. Diskusi: Penatalaksanaan meliputi pemberian antibiotika, drainase dan eksplorasi abses serta perbaikan keadaan umum. Kata kunci: abses retrofaring, benda asing, drainase Abstract Introduction: Retropharyngeal abscess is defined as accumulation pus in retropharyngeal space which is a potential area in deep neck space. Retropharyngeal abscess is a rare case but it can cause death especially in children under five years old. Since antibiotics were found, morbidity and mortality of this case was drastically decreased. Methods: A retropharyngeal abscess of child 9 years old with history of swallowed foreign body (fishbone) and lack of nutrition has been reported. Diagnosis was based on anamnesis, physical examination and radiographic finding. In soft tissue cervical radiograph we found, widening of retropharyngeal space with air fluid level. Discussion: Management for abscess is intravenous antibiotics, drainage and exploration abscess and improve general condition has been performed Keywords:Retropharyngeal abscess, foreign body, drainage
Penatalaksanaan Tuberkulosis Laring Novialdi Novialdi; Seres Triola
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.104

Abstract

AbstrakTuberkulosis laring merupakan salah satu tuberkulosis ekstrapulmonal yang disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis masih menjadi masalah nasional di negara kita dengan prevalensi yang cukup tinggi.Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diperlukan dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis laring. Pemeriksaan histopatologi laring masih menjadi standar baku emas dalam menegakkan diagnosis pasti tuberkulosis laring. Diagnosis yang benar dan penatalaksanaan yang tepat bertujuan untuk mengatasi gejala klinis dan memutus rantai penularan dari kuman mikobakterium tuberkulosis.Dilaporkan satu kasus wanita usia 34 tahun dari hasil pemeriksaan histopatologi laring didapatkan suatu gambaran tuberkulosis laring dan ditatalaksana dengan pemberian obat anti tuberkulosis.Kata kunci: Tuberkulosis ekstrapulmonal, tuberkulosis laring, mikobakterium tuberkulosis, obat anti tuberkulosisAbstractLaryngeal tuberculosis is one of extrapulmonary tuberculosis caused by the micobacterium tuberculosis. Tuberculosis remains a national problem in our country with a high prevalence rate. Anamnesis, physical examination, and other supporting examinations, are necessary to confirm a diagnosis of laryngeal tuberculosis. Histopathological examination of the larynx is still the gold standard in establishing a diagnosis of laryngeal tuberculosis. Correct diagnosis and appropriate treatment aims to overcome the clinical symptoms and break the transmission of micobacterium tuberculosis. Reported a case of 20 years old woman whom the results of histopathological examination of the larynx obtained a symptom of laryngeal tuberculosis and treated by administration of anti tuberculosis drugs.Keywords:Extrapulmonary tuberculosis, laryngeal tuberculosis, mycobacterium, tuberculosis, anti tuberculosis drug
Kasus Serial : Aspirasi Peluit pada Anak Aci Mayang Sari; Fachzi Fitri; Novialdi Novialdi
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.239

Abstract

AbstrakKasus aspirasi benda asing selalu memberikan tantangan bagi dokter spesialis Telinga Hidung TenggorokKepala dan Leher (THT-KL). Aspirasi benda asing lebih sering terjadi pada anak-anak khususnya pada umur 1-3tahun dan jarang terjadi pada dewasa. Aspirasi peluit pada anak merupakan kasus yang banyak terjadi pada golonganbenda asing anorganik. Untuk menegakkan diagnosis aspirasi benda asing diperlukan ketajaman anamnesis,pemeriksaan fisik dan hasil radiografi. Bronkoskopi merupakan teknik yang digunakan sebagai alat diagnostik danterapeutik pada kasus aspirasi benda asing. Kasus aspirasi peluit pada tiga orang anak (2 laki-laki dan 1 perempuan)telah dilaporkan dan ditatalaksana menggunakan teknik bronkoskopi kaku.Kata kunci: Aspirasi benda asing, benda asing peluit, bronkoskopiAbstractForeign body aspiration continues to provide challenges for otorhinolaryngologists. Foreign body aspiration ismore common in children, especially at the age of 1-3 years and rarely occurs in adults. Whistle aspiration in childrenis a case that occurs in many inorganic foreign body type. The diagnosis of foreign body aspiration based ondiscernment anamnesis, physical examination and radiographic results. Bronchoscopy is a technique that is used as adiagnostic and therapeutic tool in cases of foreign body aspiration.Cases of whistle aspiration in 3 children (2 malesand 1 female)was reported and treated using rigid bronchoscopy technique. Arial 9 italicKeywords: foreign body aspiration, a whistle foreign body, bronchoscopy.
Aspirasi Benda Asing Paku dengan Komplikasi Atelektasis Paru dan Aspirasi Benda Asing Jarum Pentul Tanpa Komplikasi Novialdi Novialdi; Fachzi Fitri; Histawara Subroto
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.311

Abstract

Abstrak Aspirasi benda asing bronkus adalah masalah yang sering  pada anak-anak dan merupakan masalah seriusserta bisa berakibat fatal. Sebagian besar aspirasi benda asing di bronkus pada anak-anak karena kecenderunganmemasukkan sesuatu ke mulut, pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap, kurangnya pengawasan dari orang tuadan lain-lain. Aspirasi jarum pentul di bronkus biasanya terjadi pada wanita remaja muslim yang menggunakan jilbab.Benda asing tajam di bronkus harus segera dikeluarkan dalam kondisi dan peralatan optimal untuk mencegahkomplikasi yang timbul. Komplikasi akibat aspirasi benda asing tajam yang paling sering berupa perforasi jalan nafas,trakeitis, bronkitis, jaringan granulasi, efusi pleura dan atelektasis. Tindakan bronkoskopi merupakan pilihan untukekstraksi benda asing tajam yang teraspirasi. Dilaporkan dua kasus aspirasi benda asing tajam di bronkus yaitu padaseorang anak laki-laki, berusia 6 tahun dengan aspirasi paku dengan komplikasi atelektasis paru dan seorang anakperempuan, berusia 14 tahun dengan aspirasi jarum pentul tanpa komplikasi yang telah berhasil diekstraksimenggunakan bronkoskopi kaku.Kata kunci: benda asing tajam di bronkus, aspirasi paku, aspirasi jarum pentul, atelektasis, bronkoskopi kaku  Abstract Bronchial foreign body aspiration is a common problem in children and it is a serious problem that can befatal. Most of bronchial foreign body aspiration occur in children because of the tendency to put something into themouth, the molar growth is not yet complete, the lack of supervision from parents and others situation . Aspiration of apin in the bronchi usually occurs in adolescent Muslim women who wear headscarf. Sharp foreign bodies in thebronchi must be removed immediately and the optimal equipment to prevent complications. Complications due tosharp foreign bodies aspiration most often in the form of perforation, tracheitis, bronchitis, granulation tissue, pleuraleffusion and atelectasis. Bronchoscopy is the management  for aspirated sharp foreign body extraction   Reported two cases of a sharp foreign body aspiration is a boy, aged 6 year old with nail aspiration complication withlung atelectasis and a girl, aged 14 year old with aspirations of a pin without complications that have been successfully extract  using rigid bronchoscopy . Arial 9 italicKeywords:  sharp foreign bodies in the bronchi, nail aspiration, pin aspiration, atelectasis, rigid bronchoscopy
Hubungan Umur, Jenis Kelamin dan Perlakuan Penatalaksanaan dengan Ukuran Tonsil pada Penderita Tonsilitis Kronis di Bagian THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013 Annisa Oktaria Shalihat; Novialdi Novialdi; Lili Irawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i3.365

Abstract

Abstrak Tonsilitis kronis adalah infeksi berulang yang paling sering terjadi pada tenggorok terutama pada usia anak anak dan remaja. Ukuran tonsil dan adenoid cenderung kecil pada usia <7 tahun, bertambah besar pada usia 7-15 tahun dan cenderung mengecil pada usia tua. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan umur, jenis kelamin dan perlakuan penatalaksanaan dengan ukuran tonsil pada penderita tonsilitis kronis di bagian THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2013. Penelitian bersifat analitik dengan menggunakan teknik non probability sampling yaknipurposive sampling sehingga didapatkan 149 penderita tonsilitis kronis dari data  rekam medis RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013. Data yang diperoleh diolah secara komputerisasi. Hasil penelitian ini didapatkan distribusi frekuensi penderita tonsilitis kronis terbanyak berdasarkan umur pada kelompok umur 11-20 tahun 70 penderita (47,0%), jenis kelamin perempuan 84 penderita (56,4%), ukuran tonsil T3-T3 82 penderita (55%) dan penatalaksanaan operatif 93 penderita (62,4%). Ada hubungan yang bermakna antara umur dengan ukuran tonsil (p=0,000), tidak adahubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan ukuran tonsil (p=0,806) dan ada hubungan yang bermakna antara perlakuan penatalaksanaan dengan ukuran tonsil (p=0,010) pada penderita tonsilitis kronis di bagian THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2013.Kata kunci: tonsilitis kronis, ukuran tonsil, tatalaksana Abstract Chronic tonsillitis is recurrent infections in the throat, especially in the age of children and adolescents. The size of the tonsils and adenoids tend to be small at age <7 years, large increases in the age of 7-15 years and tends to shrink in old age. The objective of this study was to determine the relationship of age, gender and management treatment with tonsil size in patients with chronic tonsillitis in departement of ENT-HN at the DR. M. Djamil Padang General Hospital in 2013. Analytic research using non probability sampling technique that is purposive sampling to obtain 149 patients with chronic tonsillitis from data taken in the medical records department of DR. M. Djamil Padang General Hospital in 2013. Data were processed with computer. Results of this study showed that the distribution of most patients with chronic tonsillitis based on age in the age group 11-20 years 70 patients (47.0%), female gender 84 patients (56.4%), tonsil size T3-T3 82 patients (55%) and operative management of 93 patients (62.4%), There is significant relationship between age with tonsil size (p = 0.000), there is no significant relationship between gender withtonsil size (p = 0.806) and there is significant relationship between management treatment with tonsil size (p = 0.010) in patients with chronic tonsillitis in departement of ENT-HN at the DR. M. Djamil Padang General Hospital in 2013. Keywords:  chronic tonsillitis, tonsil size, treatment
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 MELALUI PEMBUATAN DAN PENDISTRIBUSIAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA BERBAGAI PUSKESMAS DI KOTA PADANG Efrida Efrida; Fachzi Fitri; Sukri Rahman; Ade Asyari; Al Hafiz; Dolly Irfandy; Yan Edward; Novialdi Novialdi; Bestari Jaka Budiman; Effy Huriyati; Jacky Munilson; Nirza Warto; Rossy Rosalinda
BULETIN ILMIAH NAGARI MEMBANGUN Vol 3 No 3 (2020)
Publisher : LPPM (Institute for Research and Community Services) Universitas Andalas Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/bina.v3i3.241

Abstract

The Covid-19 case that has spread in Indonesia requires efforts from various parties to resolve it. The Faculty of Medicine, Andalas University, is also making efforts to prevent and control Covid-19. The purpose of this activity is to minimize the possibility of the rapid spread of Covid-19 and preventive efforts to keep the people around Pauh, Kuranji, and Air Cold healthy and protected from Covid-19. This activity was carried out in three health centers: Pauh Puskesmas, Kuranji Health Center, and Padang City Puskesmas Air Cold. The method used is KIE (Educational Information Communication) about the COVID-19 disease in publishing articles in the mass media and giving masks. The target of the activity is the community around Pauh, Kuranji, and Air Cold Padang City. The results of the activities obtained include producing PPE (Personal Protective Equipment) as many as 80 face shields, 400 masks, and 60 hazmat suits involving MSMEs (Micro, Small, and Medium Enterprises) and convection. Furthermore, this PPE is distributed to health centers in need, namely Pauh Puskesmas, Kuranji Health Center, and Puskesmas Air Cold Padang City. Furthermore, it is distributed to parties in need, namely the public and medical personnel. The Covid-19 prevention and control program is carried out to suppress and reduce the positive number of Covid-19 and protect medical personnel from providing top service to patients. Furthermore, making PPE that involves MSMEs and convection can help the community's economy, which has declined due to this pandemic.
Application Of Allo Mesenchymal Stem Cells On Chronic Burn Wound: Case Series Report Aditya Wardhana; Isabella Kurnia Liem; Lauda Feroniasanti; Dyah Juliana Pudjiti; Fajar Mujadid; Tera Kispa; Novialdi Novialdi
Jurnal Plastik Rekonstruksi Vol. 4 No. 1 (2017): January Issue
Publisher : Lingkar Studi Bedah Plastik Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.754 KB) | DOI: 10.14228/jpr.v4i1.217

Abstract

Background : Severe burns are among the commonly occurring trauma with lethal outcome. One of the important aspects of severe burn therapy is to quickly achieve wound healing. Previous reports indicated that mesenchymal stem cells (MSCs) therapy contributes in facilitating better wound healing. In this report, we investigated the effects of MSCs derived from human bone marrow and umbilical cord on wound healing in patients with severe burns and its mechanism. Method : We performed human bone marrow and human umbilical cord MSCs therapy on 3 severe burns patients. Two of the patients had inadequate donor to close raw surface with skin graft, whilst one patient had infected chronic burn wound which have failed to epithelialize despite repeated attempts of skin graft and wound care. Result : We observed that MSCs therapy significantly accelerated wound healing. The effects after MSCs migrated into wound were decreased infiltration of inflammatory cells and faster epithelialization. Conclusion : This study suggests that MSCs therapy has positive effects in improving wound healing in severe burns patients. Data provided by this research may serve as theoretical basis for further study of MSCs application in burn wound therapy.