Fachzi Fitri
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Diagnosis dan Penatalaksanaan Papiloma Laring Berulang pada Dewasa Erwi Saswita; Ade Asyari; Novialdi Novialdi; Fachzi Fitri
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7 (2018): Supplement 3
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i0.856

Abstract

Pendahuluan: Papiloma laring merupakan tumor yang berasal dari infeksi Human Papiloma Virus (HPV) yang bersifat jinak, berulang dan berisiko berubah menjadi ganas. Anti virus yang diberikan seringkali tidak menyebabkan remisi dari papiloma sehingga perlu tindakan bedah yang berulang. Tujuan: Memahami cara menegakkan diagnosis dan melakukan tatalaksanaan papilloma laring berulang pada dewasa. Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus papiloma laring pada seorang pasien perempuan usia 26 tahun yang sudah dilakukan ekstirpasi papiloma dengan laser 5 tahun yang lalu. Pasien tidak pernah kontrol lagi sehingga dilakukan trakeostomi akibat obstruksi jalan napas. Penatalaksanaan selanjutnya adalah dengan pemberian antivirus dan tindakan bedah  setiap 3 bulan untuk ekstirpasi papiloma.  Kesimpulan: Papiloma laring dapat menginfeksi laring dan dapat tumbuh kembali dengan cepat dan jika dibiarkan dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Penatalaksanaan dengan antivirus dan penanganan bedah dilakukan berulang menggunakan mikrolaringoskopi ekstirpasi dengan Laser.
Prevalensi biofilm bakteri aerob pada usapan tonsil dengan metode tube pada penderita tonsilitis kronis Ade Asyari; Aci Mayang Sari; Embun Dini; Novialdi Novialdi; Fachzi Fitri; Erly Indrama; Hafni Bachtiar
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 49, No 1 (2019): Volume 49, No. 1 January-June 2019
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.276 KB) | DOI: 10.32637/orli.v49i1.274

Abstract

Latar belakang: Tonsilitis kronis merupakan salah satu bentuk infeksi yang paling banyak terdapat pada anak-anak maupun dewasa. Kegagalan terapi antibiotika dalam mengeradikasi bakteri penyebab tonsilitis kronis ini masih menjadi perdebatan dan dihubungkan dengan keberadaan biofilm pada tonsil. Biofilm memiliki peran dalam infeksi kronis dan rekurensi dari tonsilitis kronis. Tujuan: Mengetahui gambaran biofilm bakteri aerob pada usapan tonsil dengan metode tube pada penderita tonsilitis kronis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap 96 responden. Setiap sampel dilakukan pemeriksaan swab tonsil dan kultur bakteri aerob kemudian dilanjutkan pemeriksaan biofilm dengan metode tube menggunakan crystal violet (0,1%) dan dibandingkan dengan kontrol. Data dianalisis secara statistik menggunakan komputer serta disajikan dalam bentuk tabel. Hasil: Terdapat 64,7% dari total bakteri pada usapan tonsil mengandung biofilm. Kesimpulan: Lebih dari separuh sampel terdapat biofilm bakteri aerob pada usapan tonsil dengan metode tube pada penderita tonsilitis kronis. Background: Chronic tonsillitis is one of the most common infections in children and adults. Failure of antibiotic therapy in eradicating the bacteria that cause chronic tonsillitis is still being debated and is associated with the presence of biofilm on the tonsils. Biofilms play a role in chronic infections and recurrence of chronic tonsillitis. Purpose: To determine aerobic bacterial biofilm on tonsil swabs with tube method in patients with chronic tonsillitis. Methods: This was a descriptive study conducted on 96 respondents. Each sample underwent tonsillar swab and aerobic bacterial culture, followed by examination of the biofilm with tube method using crystal violet (0.1%) and compared with controls. Data were analyzed statistically using computer program, and presented in a tabular form. Results: There were 64.7% of total bacteria in tonsil swabs containing biofilm. Conclusion: More than half of the whole samples contained aerobic bacterial biofilms on tonsil swabs with tube method in patients with chronic tonsillitis.
Deteksi pepsin pada saliva pasien refluks laringofaring Ade Asyari; Deni Amri; Novialdi Novialdi; Fachzi Fitri; Eti Yerizal; Hafni Bachtiar; Elvie Zulka Kautzia Rachmawati
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 48, No 1 (2018): Volume 48, No. 1 January - June 2018
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.994 KB) | DOI: 10.32637/orli.v48i1.257

Abstract

Latar belakang: Refluks laringofaring (RLF) didefinisikan sebagai aliran balik cairan lambungke daerah laring dan faring, sehingga berkontak dengan saluran pencernaan dan pernapasan bagian atasyang menyebabkan keluhan suara serak, batuk, sensasi globus, throat clearing, dan post nasal drip. RLFmemberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup terutama fungsi fisik dan emosi. Diagnosis RLFditegakkan dengan mengetahui riwayat penyakit, gejala klinis, pemeriksaan laringoskopi, serta menentukanadanya aliran balik cairan lambung ke laringofaring. Pemeriksaan ambulatory 24 hours double-probepHmetri merupakan baku emas untuk diagnosis RLF, tetapi pemeriksaan ini masih belum ideal. Salahsatu cara untuk menentukan RLF saat ini adalah dengan menentukan keberadaan pepsin pada laring danfaring, menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hal ini berdasarkan faktabahwa pepsin hanya dihasilkan pada lambung. Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien, gambaran refluxsymptom index (RSI), gambaran reflux finding score (RFS) dan mengetahui kadar pepsin pada salivapasien RLF. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran hasilpemeriksaan RSI, RFS, dan kadar pepsin dalam saliva pasien RLF dengan metode ELISA di bagian TelingaHidung Tenggorok-Bedah Kepala dan Leher Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang, mulai Januari–Oktober2015. Hasil: Dari 30 responden yang terdiri dari perempuan 23 orang (76,7%), dan laki-laki 7 orang(23,3%), didapatkan kelompok usia terbanyak 48-57 tahun (40%), dengan rata-rata usia 47,2+12,06 tahun.Nilai rerata RSI 18,53+4,46, nilai rerata RFS 11,47+2,50, dan pada semua sampel didapatkan pepsin (+)dengan nilai rerata kadar pepsin dalam saliva responden 2,75+1,23 ng/ml. Kesimpulan: Pepsin terdeteksipada semua sampel saliva responden RLF. ABSTRACTBackground: Laryngopharyngeal reflux (LPR) is defined as the backflow of gastric contents intolarynx and pharynx areas, making contacts with upper digestive and respiratory tracks causing hoarseness,cough, globus sensation, throat clearing and post nasal drip. LPR has a negative impact on quality oflife. LPR diagnosis is confirmed by disease history, clinical symptoms, laryngoscopy examination andthe backflow of gastric fluid into laryngopharynx. Ambulatory examination of 24 hours double-probepHmetry is the gold standard for LPR diagnosis, although it is not yet ideal. To detect the presence ofpepsin in the larynx and pharynx using ELISA is now being used to determine LPR, based on the fact thatpepsin is only produced in the stomach. Purpose: To investigate patient characteristics, reflux symptomindex (RSI) and reflux finding score (RFS) descriptions, and pepsin level in the saliva of LPR patients.Methods: A descriptive research to describe RSI, RFS, and levels of pepsin in the saliva of LPR patientsusing ELISA at the Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery Departement of Dr. M. Djamil Hospital,Padang, from January-October 2015. Results: Thirty respondents consisted of 23 females (76.7%),and 7 males (23.3%), revealed the largest age group was 48-57 years (40%), with an average age of 47.2+12.06 years. The average value of RSI 18.53+4.46, the average value of RFS 11.47+2.50, andpepsin result (+) in all samples, with an average value of pepsin level in respondents’ saliva 2.75+1.23ng ml. Conclusion: Pepsin was detected in all samples of LPR patients’ saliva.
Disfonia akibat polip pita suara Ade Asyari; Novialdi Novialdi; Fachzi Fitri; Nur Azizah
Majalah Kedokteran Andalas Vol 40, No 1 (2017): Published in May 2017
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22338/mka.v40.i1.p52-63.2017

Abstract

Disfonia merupakan gejala utama disebabkan adanya kelainan pada pita suara. Kelainan bisa berupa lesi jinak seperti polip pita suara, sering terjadi karena fonotrauma yang disebabkan vocal abuse. Polip pita suara yang tidak hilang dengan terapi konservatif maka pembedahan merupakan pilihan terapi. Tujuan: Memahami penyebab dan penanganan yang tepat pasien dengan disfonia.  Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus polip pita suara kanan pada seorang perempuan usia 30 tahun dengan keluhan utama disfonia. Disfonia pada pasien membaik setelah dilakukan terapi pembedahan. Kesimpulan: Polip pita suara merupakan salah satu lesi jinak dengan keluhan utama disfonia. Disfonia karena polip pita suara umumnya membaik setelah polip diangkat.
Gambaran Pasien Laryngopharyngeal Reflux di Bagian Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 2017. Nadhirah binti Sa'an; Ade Asyari; Fachzi Fitri
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1469.084 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i2.47

Abstract

Abstrak Latar Belakang. Laryngopharyngeal reflux (LPR) adalah aliran balik cairan lambung ke laring, faring, trakea dan bronkus. Objektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pasien dengan LPR di bagian Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil, Padang periode 2017. Metode. Jenis penelitian ini adalah merupakan deskriptif retrospektif yang menggunakan data sekunder diambil dari rekam medis pasien LPR di Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil, Padang periode 2017. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik total sampling, dimana didapatkan populasi pasien dengan LPR sebanyak 89 orang yaitu 20% daripada jumlah pasien di Sub Bagian Laringofaring. Hasil. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat 83 orang pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan dimasukkan ke dalam penelitian. Frekuensi kasus LPR lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan sebanyak 55 orang (66,27%) berbanding laki-laki sebanyak 28 orang (33,73%) dengan rasio 2:1. Kelompok usia terbanyak pasien LPR pada penelitian ini adalah 46-55 tahun sebanyak 32 orang (38,55%), dengan rata-rata usia pasien adalah 49,30±12,12 tahun. Gejala terbanyak yang dikeluhkan pasien adalah sensasi mengganjal di tenggorok / globus pharyngeus (78,31%). Sementara pilihan pengobatan yang paling banyak diresepkan adalah Lansoprazol (93,98%). Kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien LPR adalah sebanyak 20% dari seluruh pasien Sub Bagian Laringofaring. Kata Kunci: LPR, Gejala, Pengobatan Abstract Background. Laryngopharyngeal reflux (LPR) is the backflow of gastric fluid into the larynx, pharynx, trachea and bronchi. Objectives. This study aims to see the pattern of patients with LPR in the Polyclinic of ENT-HN Department at Dr. M. Djamil Hospital, Padang in 2017 period. Method. This type of research was a retrospective descriptive which using secondary data taken from the medical record of LPR patients at the Polyclinic of ENT-HN Department at Dr. M. Djamil Hospital, Padang period 2017. The sample in this study was taken by total sampling technique, which obtained 89 patients of LPR as the population that represented 20% of patients in the sub-section of laryngopharynx. Results.The results showed 83 patients who met the inclusion criteria and were included in the study. The cases of LPR was higher in female as many as 55 people (66,27%) compared to men as many as 28 people (33,73%) with a ratio of 2:1. The largest age group of LPR patients in this study was 46-55 years as many as 32 people (38,55%), with the average age of patients was 49,30 ± 12,12 years. The most symptoms complained were the sensation of lump in the throat / globus pharyngeus (78,31%). While the most prescribed medicine options are Lansoprazole (93,98%). Conclusion. It can be concluded that the number of LPR patients is as much as 20% of all Laryngopharyngeal Sub Division patients. Keywords: LPR, Symptoms, Medicines.
Karakteristik Penderita Laryngopharyngeal Reflux di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2019 Fitrahul Afifah; Fachzi Fitri; Arni Amir
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 2 No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1285.728 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v2i1.310

Abstract

Background: LPR is often not diagnosed by ENT doctors because of its atypical symptoms, so patients often go to a doctor for help with the same symptoms, but although the doctor gives treatment, the symptops keep recurring.Objective: This study aims to determine the characteristics of patients with laryngopharyngeal reflux in the ENT department of RSUP Dr. M. Djamil Padang in 2019.Methods: This study was a retrospective descriptive study by taking secondary data in medical records of LPR patients at RSUP Dr. M. Djamil Padang period 1 January – 31 December 2019 and used a total sampling technique. The data were analyzed univariately to find the frequency distribution.Results: The total number of LPR patients was 106 patients with 50 people fulfilling the inclusion criteria; the majority of LPR suffers are women (70%); the largest age group is 51-60 years (34%); the most BMI group were 18.5–25.0 (46%); the most symptom is globus pharyngeus (88%); the most common finding of flexible laryngoscopy is erythema (60%); the most prescribed was lansoprazole (82%), whereas the most combination therapy was lansoprazole, N.Acetylcysteine, and sucralfate (14%).Conclusion: The majority of LPR suffers have a normal body mass index, the most combination theraphy are lansoprazole, N. Acetylcysteine, and sucralfate.
Karakteristik Tonsilitis Kronis Di RSUP Dr. M. DJamil Padang Saat Pandemi COVID-19 Muhammad Rayhandi Naufal; Fachzi Fitri; Cimi Ilmiawati
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i1.772

Abstract

Latar Belakang: Tonsilitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada tonsil. Walaupun data terkait karakteristik pasien tonsilitis kronis sudah relatif banyak, data selama masa pandemi COVID-19 masih sulit ditemui. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien tonsilitis kronis di Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil, Padang, pada masa pandemi COVID-19 Tahun 2020. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif, menggunakan data sekunder dari catatan rekam medik pasien. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang memiliki diagnosis akhir tonsilitis kronis pada Tahun 2020, diambil menggunakan teknik total sampling (n=28). Indikator yang diambil adalah jenis kelamin, usia, ukuran tonsil, keluhan utama, dan pilihan tatalaksana. Data disajikan dalam bentuk grafik dan distribusi frekuensi. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik pasien tonsilitis kronis paling banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan (57,1%), kategori usia dewasa (67,9%), ukuran tonsil T2-T2 (35,7%), keluhan utama nyeri menelan (42,9%), dan menjalani tatalaksana operatif (82,1%). Kesimpulan: Karakteristik pasien tonsilitis kronis pada masa pandemi yakni berusia dewasa, ukuran tonsil relatif kecil, dengan persentase operasi yang tinggi.
Prevalensi biofilm bakteri aerob pada usapan tonsil dengan metode tube pada penderita tonsilitis kronis Ade Asyari; Aci Mayang Sari; Embun Dini; Novialdi Novialdi; Fachzi Fitri; Erly Indrama; Hafni Bachtiar
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol. 49 No. 1 (2019): Volume 49, No. 1 January-June 2019
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v49i1.274

Abstract

Latar belakang: Tonsilitis kronis merupakan salah satu bentuk infeksi yang paling banyak terdapat pada anak-anak maupun dewasa. Kegagalan terapi antibiotika dalam mengeradikasi bakteri penyebab tonsilitis kronis ini masih menjadi perdebatan dan dihubungkan dengan keberadaan biofilm pada tonsil. Biofilm memiliki peran dalam infeksi kronis dan rekurensi dari tonsilitis kronis. Tujuan: Mengetahui gambaran biofilm bakteri aerob pada usapan tonsil dengan metode tube pada penderita tonsilitis kronis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap 96 responden. Setiap sampel dilakukan pemeriksaan swab tonsil dan kultur bakteri aerob kemudian dilanjutkan pemeriksaan biofilm dengan metode tube menggunakan crystal violet (0,1%) dan dibandingkan dengan kontrol. Data dianalisis secara statistik menggunakan komputer serta disajikan dalam bentuk tabel. Hasil: Terdapat 64,7% dari total bakteri pada usapan tonsil mengandung biofilm. Kesimpulan: Lebih dari separuh sampel terdapat biofilm bakteri aerob pada usapan tonsil dengan metode tube pada penderita tonsilitis kronis. Background: Chronic tonsillitis is one of the most common infections in children and adults. Failure of antibiotic therapy in eradicating the bacteria that cause chronic tonsillitis is still being debated and is associated with the presence of biofilm on the tonsils. Biofilms play a role in chronic infections and recurrence of chronic tonsillitis. Purpose: To determine aerobic bacterial biofilm on tonsil swabs with tube method in patients with chronic tonsillitis. Methods: This was a descriptive study conducted on 96 respondents. Each sample underwent tonsillar swab and aerobic bacterial culture, followed by examination of the biofilm with tube method using crystal violet (0.1%) and compared with controls. Data were analyzed statistically using computer program, and presented in a tabular form. Results: There were 64.7% of total bacteria in tonsil swabs containing biofilm. Conclusion: More than half of the whole samples contained aerobic bacterial biofilms on tonsil swabs with tube method in patients with chronic tonsillitis.