Deni Radona
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

RAGAM GENOTIPE IKAN TENGADAK, Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1854) PERSILANGAN POPULASI JAWA DAN KALIMANTAN BERDASARKAN RAPD Deni Radona; Dinar Tri Soelistyowati; Rudhy Gustiano; Odang Carman; Irin Iriana Kusmini; Sri Sundari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.663 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.2.2016.99-105

Abstract

Dalam rangka pengelolaan sumber genetik untuk pengembangan budidaya ikan tengadak maka perlu dilakukan evaluasi sumber genetik ikan tengadak asal Jawa dan Kalimantan, serta progeni hibridanya. Analisis genetik dilakukan secara molekuler dengan metode RAPD. Jumlah sampel yang digunakan untuk analisis RAPD sebanyak 10 ekor setiap populasi. Spesimen yang digunakan untuk analisis RAPD adalah sirip untuk induk dan whole body untuk hibrida. Hasil menunjukkan polimorfisme (32,43%) dan heterozigositas (0,13) tertinggi terdapat pada ikan tengadak hasil persilangan betina Jawa x jantan Kalimantan, sedangkan yang terendah diperoleh pada persilangan betina Kalimantan x jantan Jawa (polimorfisme: 21,62% dan heterozigositas: 0,10). Berdasarkan dendrogram hubungan kekerabatan interpopulasi ikan tengadak hasil persilangan (betina Kalimantan x jantan Jawa) dengan induknya (populasi Jawa dan Kalimantan) menggunakan tiga primer RAPD (OPA-08, OPA-09, dan OPC-02) menunjukkan jarak genetik berkisar 0,48. Ikan tengadak betina asal Jawa dan jantan asal Kalimantan potensial meningkatkan keragaman genetik.In order to maintain the genetic sources of tinfoil barb for aquaculture development, it is necessary to evaluate the genetic diversity crossbred results of tinfoil barb from Java and Kalimantan. The genetic assessment was conducted by genotype trails using RAPD methods. The samples used for the analysis of RAPD was as much as 10 individuals. Specimens used for RAPD analysis was a fin for broodstock and whole body for the hybrid fish. The result showed that the highest polymorphism and heterozygosity were found 32.43% and 0.13 in population crossbred of female Java x male Kalimantan. While the lowest polymorphism and heterozygosity were detected on population of f Kalimantan x m  Java (21.62% and 0.10, respectively). Based on the relationship between tinfoil barb hybrid (female Kalimantan x male Java) with a both broodstock population using three RAPD primers (OPA-08, OPA-09, and OPC-02) resulted in genetic distance of 0.48. Females tinfoil barb from Kalimantan and males from Java potential could increase genetic diversity. 
PRODUKTIVITAS PASCALARVA IKAN SEMAH Tor douronensis (Valenciennes, 1842) PADA LINGKUNGAN EX SITU DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA Jojo Subagja; Deni Radona
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.583 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.1.2017.41-48

Abstract

Ikan semah Tor douronensis (Valenciennes, 1842) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang memiliki potensi untuk dibudidayakan sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi produktivitas (pertumbuhan, sintasan, dan biomassa) pascalarva ikan semah berdasarkan padat tebar berbeda (10, 15, dan 20 ekor/L) sebagai kegiatan awal domestikasi. Penelitian dilakukan di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, Bogor dan dilaksanakan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga kali ulangan. Pascalarva yang digunakan berukuran panjang 1,02 ± 0,06 cm dan bobot 0,69 ± 0,08 mg; merupakan hasil pemijahan secara induksi hormon dari induk hasil tangkapan alam yang diadaptasi selama dua tahun di kolam percobaan. Pemeliharaan dilakukan dalam akuarium berukuran 40 cm x 30 cm x 30 cm dengan volume air 15 L. Selama 40 hari pemeliharaan pascalarva diberi pakan alami berupa Artemia secara at-satiation dengan frekuensi tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore). Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan harian, dan sintasan tertinggi (P<0,05) didapatkan pada perlakuan padat tebar 10 ekor/L dengan nilai berturut-turut 34,31 ± 5,29 mg; 9,80 ± 0,37 %/hari; dan 95,55 ± 1,68%. Hasil penelitian ini merupakan informasi awal produktivitas ikan semah dalam proses domestikasi dan budidaya yang berkelanjutan.Mahseer Tor douronensis is a native freshwater fish species of Indonesia that has the potential to be cultured for human consumption as well as for ornamental fish. This study aimed to determine the productivity (growth, survival rate and biomass) of mahseer post-larvae based on different stocking densities (10, 15, and 20 individual/L) for domestication. This study was conducted in Germplasm Research Station, Bogor and employing completely randomized design (CRD) with three treatments and three replications for each treatment. The post-larvae used in the experiment were sized 1.02 ± 0.06 cm in length and 0.69 ± 0.08 mg in weight produced from induced breeding spawning, of the broodstock natural catches was adapted for two years in pond concrete. The post-larvae were reared in aquaria (dimension 40 cm x 30 cm x 30 cm) with a volume of 15 liters water. During rearing period (40 days), post-larvae were fed with Artemia nauplii at-satiation with frequency of three times per day. The results showed significantly higher absolute weight, specific growth rate of weight, and the highest survival rate (P<0.05) on the treatment of stocking density 10 individual/L with value of 34.31 ± 5.29 mg, 9.80 ± 0.37 %, and 95.55 ± 1.68% respectively. This result is preliminary information on productivity of mahseer for domestication, and sustainable aquaculture.
KARAKTERISASI MERISTIK DAN MORFOMETRIK TIGA GENERASI IKAN TENGADAK Barbonymus schwanenfeldii ASAL KALIMANTAN BARAT, INDONESIA Deni Radona; Irin Iriana Kusmini; Muhammad Hunaina Fariduddin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.634 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.1.2017.1-8

Abstract

Dalam mendukung program domestikasi ikan tengadak asal Kalimantan Barat perlu dilakukan karakterisasi fenotipe untuk mengevaluasi perubahan tingkat keragaman dari tiga generasi ikan tengadak dan antisipasi keberhasilan domestikasi yang dilakukan. Analisis keragaman fenotipe dilakukan secara biometri berdasarkan meristik dan morfometrik terhadap 30 ekor sampel dari masing-masing generasi. Hasil karakterisasi menunjukkan pada tiga generasi ikan tengadak terdapat kesamaan ciri-ciri meristik. Hasil truss morfometrik berdasarkan analisis fungsi kanonikal terhadap 21 karakter, generasi yang berbeda tersebar pada kuadran yang berbeda, G-0 berada di bagian bawah diagram kanonikal (kuadran 3 dan 4), G-1 berada di bagian kiri diagram (kuadran 1 dan 4), sedangkan G-2 sebagian besar di bagian atas diagram (kuadran 1, 2, dan 3). Berdasarkan truss morfometrik, kesamaan karakter terdapat pada garis yang menghubungkan ujung mulut dan ujung operculum bawah (A-1), garis yang menghubungkan awal sirip dorsal dan awal sirip anal (B6), garis yang menghubungkan awal sirip dorsal dan akhir sirip anal (C3), garis yang menghubungkan awal sirip anal dan akhir sirip anal (C5), garis yang menghubungkan akhir sirip dorsal dan akhir sirip anal (C6), garis yang menghubungkan akhir sirip dorsal dan awal sirip ekor atas (D1), garis yang menghubungkan akhir sirip dorsal dan akhir sirip ekor bawah (D3), dan garis yang menghubungkan akhir sirip anal dan awal sirip ekor bawah (D5). Analisis indeks keseragaman intrapopulasi (sharing component) menunjukkan keseragaman genetik tertinggi terdapat pada ikan tengadak generasi pertama (G-1) dan kedua (G-2) sebesar 76,7%; dan indeks keseragaman interpopulasi sebesar 3,3%-30% antara populasi ikan tengadak G-0 dan G-2. Ketersediaan jumlah induk yang dipijahkan dapat memengaruhi indeks keseragaman populasi.To support the domestication programs of tinfoil barb from West Kalimantan, it is important to undertake phenotypic charaterization in order to evaluate the changes in diversity of three generations of tinfoil barb and to anticipate the successfull domestication programs performed. Phenotype diversity was analyzed biometrically based on meristic and morphometric on 30 samples from each generation. The results showed that the three generations of tinfoil barbs have similar characteristic of meristic. The results of the canonical function of truss morphometric analysis on 21 characteristics showed the measurement distribution of three generation are in different quadrants. G-0 were located at the bottom of the diagram canonical (quadrant 3 and 4), G-1 was in the left side of the diagram (quadran 1 and 4), while G-2 mostly at the top of the diagram (quadran 1, 2, and 3). Based on truss morphometric, the similarity characters were in the line connecting the end of mouth and the lower end of operculum (A1), the line connecting the beginning of dorsal fin and beginning of anal fin (B6), the line connecting the beginning of dorsal fin and end of anal fin (C3), the line connecting the beginning of anal fin and end of anal fin (C5), the line connecting the end of dorsal fin and end of anal fin (C6), the line connecting the end of dorsal fin and beginning of upper part of caudal fin (D1), the line connecting the end of dorsal fin and beginning of lower part of caudal fin (D3), and the line connecting the end of anal fin and beginning of lower part of caudal fin (D5). The analysis of intrapopulation similarity index showed the highest index of genetic similarity was in G-1 and G-2 (76.7%) while, interpopulation similarity index of 3.3%-30.0%, was found G-0 and G-2 of tinfoil barb. The availability of broodstock can influence population similarity index.
PERBAIKAN MUTU GENETIK IKAN MAS RAJADANU MELALUI SELEKSI Deni Radona; Sidih Asih; Jojo Subagja; Rudhy Gustiano
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.308 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.1.2016.15-21

Abstract

Ikan mas rajadanu mempunyai karakter cepat tumbuh dan tahan penyakit. Selective breeding merupakan salah satu upaya dalam peningkatan mutu induk dan benih. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respons pertumbuhan dan nilai heritabilitas pada ikan mas rajadanu (F-3) yang berpotensi tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan generasi sebelumnya (F-2). Pembentukan ikan mas rajadanu F-3 dilakukan dengan metode hierarki (satu jantan membuahi empat betina). Pengujian respons seleksi dilakukan terhadap benih hasil pemijahan induk ikan mas rajadanu F-2 yang terseleksi. Terbentuk sebanyak 25 famili dan dipelihara secara terpisah selama 160 hari pada kolam beton ukuran 1,5 m x 1 m dengan ketinggian air 60 cm. Kolam digunakan sebanyak 25 buah. Respons seleksi dihitung dengan melihat nilai rata-rata pertumbuhan F-3 dibandingkan dengan F-2. Hasil penelitian menunjukan performa ikan mas rajadanu F-3 memiliki nilai respons seleksi (14,20 g); nilai heritabilitas (0,60); pertambahan bobot (41,63 ± 10,51 g); dan pertambahan panjang (9,86 ± 1,43 cm).Rajadanu carp strain have character of fast growing and disease resistant. Selective breeding is one of an attempts can be appllied to improve the broodstock and seed quality genetically. This research was aims to see response of growth and heritability value of F-3 on carp rajadanu that potentially grow faster compared with previous generation (F-2). The F-3 carp rajadanu was designated with hierarchy method (one males fertilize four female). The F-3 was derived from F-2 and formed 25 families. Those families were maintained for 160 days on pond with size of 1.5 m x 1 m and water depth of 60 cm. The response selection was calculated by choosing the best individuals of each based on ADG (averange daily growth). The research result show that the values of response selection was 14.20 g, heritability value of 0.60, weight, and length gain were 41.63 g and 9.86 cm, respectively.
EFEK PEMUASAAN PERIODIK DAN RESPONS PERTUMBUHAN IKAN NILA BEST (Oreochromis niloticus) HASIL SELEKSI Deni Radona; Fitriyah H. Khotimah; Irin I. Kusmini; Tri Heru Prihadi
Media Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.171 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.2.2016.59-65

Abstract

Pertumbuhan ikan dapat dipicu dengan pemberian pakan yang baik. Untuk meningkatkan efisiensi diperlukan strategi pemberian pakan melalui pembatasan pakan atau pemuasaan secara periodik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek pemuasaan secara periodik pada ikan nila BEST terhadap laju pertumbuhan dan sintasannya. Ikan nila hasil seleksi dengan kisaran panjang rata-rata 4 cm dan bobot rata-rata 3 g dipelihara pada kolam (4 m x 3 m) dengan ketinggian air 80 cm. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan satu kontrol yaitu (A) ikan yang diberi pakan setiap hari, (B) ikan yang mengalami daur pembatasan pakan periodik 1/1, dipuasakan satu hari dan diberi pakan satu hari, (C) ikan yang mengalami daur pembatasan pakan periodik 3/3, dipuasakan dan diberi pakan selama tiga hari, (D) ikan non-seleksi yang diberi pakan setiap hari; setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Selama 60 hari pemeliharaan ikan diberi pakan berupa pelet (28% protein) sebanyak 3% dari bobot total ikan setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila BEST pada perlakuan A memiliki nilai pertumbuhan (panjang dan bobot), biomassa dan konversi pakan yang berbeda nyata (P<0,05) dengan ikan nila non-seleksi pada perlakuan D. Perlakuan B menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan A. Efisiensi pakan pada ikan yang dipuasakan memberikan hasil yang relatif sama dan meminimalkan biaya produksi dengan menggunakan pakan relatif lebih sedikit.Fish growth can be triggered with a good feeding. To increase the efficiency, feeding strategies are needed through feed restriction or periodically fasted. This study aims to determine the effect of periodically fasted on the growth and survival rates of the selected BEST tilapia (Oreochromis niloticus). The fishes with the length and weight average of 4 cm and 3 g, respectively were reared in the pool with the size of 4 m x 3 m and the water height of 80 cm. The study used a completely random design with four treatments and three replication, namely (A) fish fed every day, (B) fish experiencing cycles of periodic feed restriction 1/1, fasted and fed one day, (C) fish experiencing cycles of periodic feed restriction 3/3, fasted and fed for three days, and (D) non-selected with fed every day (control). During the rearing period of 60 days, fish were fed with pelleted commercial diet (28% protein), 3% of total body weight of the fish per day. The results showed that the selected tilapia on the treatment A gave a significant difference (P<0.05) the growth value (length and weight), biomass and food conversion ratio (FCR) with non-selected tilapia in treatment D (control). Meanwhile, treatment B did not show any significant difference (P>0.05) on treatment A. Feed efficiency in fish fasted was obtained to have relatively similar results and minimize the production cost of by using relative less feed.
KINERJA PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN Tor tambroides YANG DIBERI PAKAN KOMERSIAL DENGAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA Deni Radona; Jojo Subagja; Irin Iriana Kusmini
Media Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Juni, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.454 KB) | DOI: 10.15578/ma.12.1.2017.27-33

Abstract

Protein merupakan nutrien yang sangat berperan dalam pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kebutuhan protein optimal untuk pertumbuhan ikan Tor tambroides dan pengaruh kandungan protein pakan terhadap efisiensi pakannya. Benih ikan Tor yang digunakan berukuran panjang (1,5 ± 0,1 cm) dan bobot (0,08 ± 0,01 g). Benih ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 40 cm x 30 cm x 30 cm dengan ketinggian air 20 cm sebanyak 50 ekor. Selama 40 hari pemeliharaan benih ikan diberi pakan komersil berupa crumble dengan kandungan protein, (A) 25%, (B) 35%, dan (C) 50% sebanyak 20% per hari dari total biomassa ikan, pemberian pakan dengan frekuensi tiga kali sehari. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan ikan Tor tambroides yang diberi pakan dengan kandungan protein sebesar 35% dan 50% memiliki pertumbuhan panjang, bobot, laju pertumbuhan harian (LPH), biomassa, nisbah konversi pakan (FCR), dan efisiensi pakan yang sama (P>0,05) dan berbeda nyata pada pakan dengan kandungan protein 25% (P<0,05).Protein is a nutrient is which plays a major role in the growth of fish. This study was aimed to determine the optimal protein requirement for growing of Thai mahseer and the influence of different protein levels of feed on feed efficiency. The average length and weight of fish used were 1.5 ± 0.1 cm and 0.08 ± 0.01 g. The fish were reared in the aquarium (dimension= 40 cm x 30 cm x 30 cm filled with 20 cm of water and the stocking density of each aquarium was 50 individuals. During 40-day reared, seedling fish were fed by commercial crumble with different protein levels, (A) 25%, (B) 35%, and (C) 50%, as much as 20% of total weight every day with a feeding frequency of three times per day. This experiment was conducted by using completely randomized design (CRD) with three treatments and three replications for each treatment. The results showed that Tor tambroides fed diets with protein levels of 35% and 50% was not significantly different on the growth value (length and weight), specific growth rate, biomass, feed conversion ratio (FCR), and feed efficiency (P>0.05) and was significantly different on feed protein levels 25% (P<0.05).