Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PASCAERUPSI GUNUNG MERAPI DI JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA -, Masrukin; Sugito, Toto; Suswanto, Bambang; Sabiq, Ahmad
Jurnal Komunitas: Research and Learning in Sociology and Anthropology Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa
Publisher : Jurnal Komunitas: Research and Learning in Sociology and Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan membuat model pemberdayaan masyarakat pascaerupsi Gunung Merapi di lokasi yang terkena dampak paling parah yaitu: di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Desa Jumuyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang dan Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta. Menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk melakukan pengkajian keadaan desa secara partisipatif melalui wawancara mendalam, observasi dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukan dari keempat lokasi, memiliki kesamaan dalam model pemberdayaan yaitu: (1) Masyarakat  membutuhkan serangkaian kegiatan pemberdayaan secara menyeluruh, antara kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Karena selama ini, masyarakat telah mendapat penyuluhan, pelatihan dan bantuan, akan tetapi untuk program pendampingan yang dibutuhkan tidak diberikan. Akibatnya kurang mendukung pada keberlanjutan, peningkatan produktivitas dan pemasaran.  (2) Masyarakat membutuhkan lembaga koperasi yang memiliki badan hukum sebagai pusat usaha perekonomian untuk memenuhi kebutuhan permodalan, bahan baku, dan akses jaringan pemasaran. (3) Masyarakat membutuhkan pelatihan secara periodik dan penguatan kembali kelompok siaga bencana di tingkat desa. AbstractThis research aims to create empowerment model after the eruption of Mount Merapi in locations most severely affected: Tlogolele Village of Selo District in Boyolali Regency, Jumoyo Village of Salam District in Magelang Regency and  Balerante Village in Kemalang District of Klaten Regency in Central Java Province and Kepuharjo Village of Cangkringan District in Sleman Regency in Yogyakarta Province. The research used Participatory Rural Appraisal (PRA) method for assessing participatory village situation through in-depth interviews, observation and focus group discussion (FGD). The results showed that the four villages, had similarities in the empowerment model: (1) Community requires a series and comprehensive of empowerment activities between extension, training and mentoring. (2) Community requires cooperative institution as a business center to obtain capital, raw materials and network marketing access. (3) Finally the community should receive periodic training and transformed to be a disaster task force at the village level.© 2013 Universitas Negeri Semarang
Analisa Kinerja Protokol iSCSI Melalui Jaringan Virtual Sabiq, Ahmad; Yazid, Setiadi
JTET (Jurnal Teknik Elektro Terapan) Vol 1, No 3 (2012)
Publisher : Teknik Elektro - Politeknik Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Internet Small Computer System Interface (iSCSI) merupakan protokol yang berjalan di lapisan transport pada jaringan TCP/IP yang bekerja untuk mengirimkan perintah-perintah SCSI agar memungkinkan suatu komputer dapat mengakses block-level dari media penyimpanan pada komputer yang berbeda. Selain digunakan pada jaringan LAN, MAN ataupun MAN, iSCSI juga dapat digunakan pada jaringan virtual yang menghubungkan mesin virtual dan mesin yang secara fisik memang ada atau nyata. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian terhadap kinerja dari iSCSI pada jaringan virtual yang menghubungkan mesin virtual dan mesin nyata agar mendapatkan nilai throughput dan kecapatan baca/tulis untuk kemudian dianalisa lebih lanjut.
Komunikasi Pembangunan Partisipatif untuk Pemberdayaan Buruh Migran Sulaiman, Adhi Iman; Sugito, Toto; Sabiq, Ahmad
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol 13, No 2 (2016)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jik.v13i2.734

Abstract

Abstract: The profession of migrant worker in rural communities remains as the most promising job for better welfare. Participatory Rural Apprasial is used as the method, meanwhile the data is collected through FGD, interviews, observation, and documentation. The informants are former and potential migran workers in Sidaurip and Karangtawang village of Cilacap district. Using interactive analysis and SWOT, the results show that participatory development communication is important in planning and implementing empowerment program, to get the people involved to develop their village, including to choose to stay in the village instead of become migrant worker as the most important profession.Keywords: empowering, migrant workers, participative communication, rural communitiesAbstrak: Profesi buruh migran bagi masyarakat desa tetap menjadi harapan utama paling menjanjikan dan menjamin kesejahteraan yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan Participatory Rural Apprasial dan pengumpulan data melalui FGD, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penentuan informan penelitian menggunakan purposif sampling yaitu mantan dan calon buruh migran di Desa Sidaurip dan Desa Karangtawang Kabupaten Cilacap. Menggunakan Analisis interaktif dan SWOT, hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi pembangunan partisipatif penting dalam perencanaan dan pelaksanaan program pemberdayaan di desa, sehingga masyarakat terlibat dalam membangun desa, mendapat pekerjaan, kesejahteraan, dan tidak meninggalkan desa untuk menjadi buruh migran sebagai profesi paling utama.Kata Kunci: buruh migran, komunikasi partisipatif, masyarakat desa, pemberdayaan
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PASCAERUPSI GUNUNG MERAPI DI JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA -, Masrukin; Sugito, Toto; Suswanto, Bambang; Sabiq, Ahmad
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2736

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan membuat model pemberdayaan masyarakat pascaerupsi Gunung Merapi di lokasi yang terkena dampak paling parah yaitu: di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Desa Jumuyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang dan Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta. Menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk melakukan pengkajian keadaan desa secara partisipatif melalui wawancara mendalam, observasi dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukan dari keempat lokasi, memiliki kesamaan dalam model pemberdayaan yaitu: (1) Masyarakat  membutuhkan serangkaian kegiatan pemberdayaan secara menyeluruh, antara kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Karena selama ini, masyarakat telah mendapat penyuluhan, pelatihan dan bantuan, akan tetapi untuk program pendampingan yang dibutuhkan tidak diberikan. Akibatnya kurang mendukung pada keberlanjutan, peningkatan produktivitas dan pemasaran.  (2) Masyarakat membutuhkan lembaga koperasi yang memiliki badan hukum sebagai pusat usaha perekonomian untuk memenuhi kebutuhan permodalan, bahan baku, dan akses jaringan pemasaran. (3) Masyarakat membutuhkan pelatihan secara periodik dan penguatan kembali kelompok siaga bencana di tingkat desa. AbstractThis research aims to create empowerment model after the eruption of Mount Merapi in locations most severely affected: Tlogolele Village of Selo District in Boyolali Regency, Jumoyo Village of Salam District in Magelang Regency and  Balerante Village in Kemalang District of Klaten Regency in Central Java Province and Kepuharjo Village of Cangkringan District in Sleman Regency in Yogyakarta Province. The research used Participatory Rural Appraisal (PRA) method for assessing participatory village situation through in-depth interviews, observation and focus group discussion (FGD). The results showed that the four villages, had similarities in the empowerment model: (1) Community requires a series and comprehensive of empowerment activities between extension, training and mentoring. (2) Community requires cooperative institution as a business center to obtain capital, raw materials and network marketing access. (3) Finally the community should receive periodic training and transformed to be a disaster task force at the village level.© 2013 Universitas Negeri Semarang
Purwarupa Sistem Pemantauan Kualitas Udara dan Cuaca Melalui Web Berbasis Wireless Sensor Network sabiq, ahmad; nurmaya, nurmaya; Alfarisi, Topan; Pratama, Yusran Ade
JST (Jurnal Sains dan Teknologi) Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (691.677 KB) | DOI: 10.23887/jst-undiksha.v6i2.11250

Abstract

Kebutuhan informasi kualitas udara menjadi salah satu hal yang dibutuhkan untuk keperluan aktifitas, khususnya di daerah perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi. Pengukuran kualitas udara yang dilakukan pada umumnya hanya dilakukan pada satu titik untuk satu kota. Dengan menggunakan teknoogi Wireless Sensor Network (WSN), pemantauan kondisi udara dan cuaca di beberapa titik dalam suatu wilayah dapat dilakukan. Pada penelitian ini, dikembangkan purwarupa sistem pemantauan kualitas udara dan cuaca berbasis WSN pada platform Arduino pada dan Raspberry Pi yang dapat diakses melalui web. Setiap node terhubung melalui jaringan mesh berbasis ZigBee menggunakan modul XBee Series-2. Dari hasil pengujian didapatkan sistem WSN yang dirancang dapat mengaukuisisi data udara seperti suhu, kelembapan, kadar CO dan CO2, dan kondisi hujan. Data yang berhasil diakusisi kemudian disimpan ke dalam database pada server, sehingga informasi kualitas udara dan cuaca tersebut dapat ditampilkan di laman web pada perangkat yang terhubung ke server melalui internet.
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA DI SEKOLAH MENEGAH ATAS (SMA) NEGERI 2 LHOKSEUMAWE Sabiq, Ahmad; Fitriany, Julia; Mauliza, Mauliza
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 3: No. 1 (Mei, 2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.834 KB) | DOI: 10.29103/averrous.v3i1.447

Abstract

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak ke masa dewasa.Masa ini juga terjadi perubahan dramatis dalam pola tidur-siaga yang mengakibatkan terjadinya perubahan kematangan pada kualitas tidur mereka. Perubahan kualitas tidur pada masa remaja mempengaruhi sistem kardiovaskular dan tekanan darah.Kualitas tidur dapat diukur dengan kuesioner PSQI.Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur terhadap peningkatan tekanan darah pada remaja di sekolah menengah atas (SMA) Negeri 2 Lhokseumawe. Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan pendekatan cross sectional.Penelitian ini dilaksanakan di bulan Agustus 2015 sampai dengan April 2016.Jumlah sampel yang diambil sebanyak 88 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran kualitas tidur dan tekanan darah berdasarkan usia dan jenis kelamin. Analisis bivariat menggunakan pearson chi-square.Hasil penelitian memperlihatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur terhadap peningkatan tekanan darah pada remaja di SMA Negeri 2 Lhoksesumawedengan  p value sebesar p = 0,231. 
MALARIA Fitriany, Julia; Sabiq, Ahmad
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 4: No. 2 (November, 2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.336 KB) | DOI: 10.29103/averrous.v4i2.1039

Abstract

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat. Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Plasmodium terbagi dalam empat jenis spesies di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia. Pengobatan yang diberikan meliputi pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia bertujuan sebagai pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.
The Cross-Sector Collaboration for Development Policy of Rural Creative Economy: The Case of Bengkoang Creative Hub Rosyadi, Slamet; Sabiq, Ahmad; Ahmad, Abdul Aziz; Yamin, Muhammad
Journal of Governance and Public Policy Vol 8, No 1 (2021): February 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jgpp.811339

Abstract

This paper examines a cross-sector collaborative model for development policy in a creative economy in a rural area setting. The creative economy based on the village’s creative potential is considered capable of contributing to the national economy, but it should be supported by public policies that are adaptive to the potential and needs of creative economy actors. The paper used a qualitative approach with case studies in Banyumas Regency, Central Java, Indonesia. This village represents one of the leading creative economy subsectors in Indonesia, which is culinary. The study found that collaboration among Penta Helix forces played multiple roles in driving rural creative actors and building rural creative ecosystems. The stages of collaboration were identified in strengthening organizational structure, program implementation, and organizational consolidation.  Organizational capability and innovation have been growing in rural creative economy actors during cross-sector collaboration implementation. This study provides insights into how Penta Helix collaborates with rural creative actors to promote the rural creative economy. From a public policy perspective, this study fills a significant gap in the literature regarding rural development models that are not covered much in the creative economy policy.
The Cross-Sector Collaboration for Development Policy of Rural Creative Economy: The Case of Bengkoang Creative Hub Rosyadi, Slamet; Sabiq, Ahmad; Ahmad, Abdul Aziz; Yamin, Muhammad
Journal of Governance and Public Policy Vol 8, No 1 (2021): February 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jgpp.811339

Abstract

This paper examines a cross-sector collaborative model for development policy in a creative economy in a rural area setting. The creative economy based on the village’s creative potential is considered capable of contributing to the national economy, but it should be supported by public policies that are adaptive to the potential and needs of creative economy actors. The paper used a qualitative approach with case studies in Banyumas Regency, Central Java, Indonesia. This village represents one of the leading creative economy subsectors in Indonesia, which is culinary. The study found that collaboration among Penta Helix forces played multiple roles in driving rural creative actors and building rural creative ecosystems. The stages of collaboration were identified in strengthening organizational structure, program implementation, and organizational consolidation.  Organizational capability and innovation have been growing in rural creative economy actors during cross-sector collaboration implementation. This study provides insights into how Penta Helix collaborates with rural creative actors to promote the rural creative economy. From a public policy perspective, this study fills a significant gap in the literature regarding rural development models that are not covered much in the creative economy policy.
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PASCAERUPSI GUNUNG MERAPI DI JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA -, Masrukin; Sugito, Toto; Suswanto, Bambang; Sabiq, Ahmad
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2736

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan membuat model pemberdayaan masyarakat pascaerupsi Gunung Merapi di lokasi yang terkena dampak paling parah yaitu: di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Desa Jumuyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang dan Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta. Menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk melakukan pengkajian keadaan desa secara partisipatif melalui wawancara mendalam, observasi dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukan dari keempat lokasi, memiliki kesamaan dalam model pemberdayaan yaitu: (1) Masyarakat  membutuhkan serangkaian kegiatan pemberdayaan secara menyeluruh, antara kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Karena selama ini, masyarakat telah mendapat penyuluhan, pelatihan dan bantuan, akan tetapi untuk program pendampingan yang dibutuhkan tidak diberikan. Akibatnya kurang mendukung pada keberlanjutan, peningkatan produktivitas dan pemasaran.  (2) Masyarakat membutuhkan lembaga koperasi yang memiliki badan hukum sebagai pusat usaha perekonomian untuk memenuhi kebutuhan permodalan, bahan baku, dan akses jaringan pemasaran. (3) Masyarakat membutuhkan pelatihan secara periodik dan penguatan kembali kelompok siaga bencana di tingkat desa. AbstractThis research aims to create empowerment model after the eruption of Mount Merapi in locations most severely affected: Tlogolele Village of Selo District in Boyolali Regency, Jumoyo Village of Salam District in Magelang Regency and  Balerante Village in Kemalang District of Klaten Regency in Central Java Province and Kepuharjo Village of Cangkringan District in Sleman Regency in Yogyakarta Province. The research used Participatory Rural Appraisal (PRA) method for assessing participatory village situation through in-depth interviews, observation and focus group discussion (FGD). The results showed that the four villages, had similarities in the empowerment model: (1) Community requires a series and comprehensive of empowerment activities between extension, training and mentoring. (2) Community requires cooperative institution as a business center to obtain capital, raw materials and network marketing access. (3) Finally the community should receive periodic training and transformed to be a disaster task force at the village level.© 2013 Universitas Negeri Semarang