Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH FREKUENSI PEMUPUKAN BIO URIN PLUS ZAT PENGATUR TUMBUH ORGANIK SEBAGAI PUPUK DAUN PADA RUMPUT ODOT (Pennisetum Purpureum CV. Mott) TERHADAP NILAI KECERNAAN IN VITRO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK Moch Ahsanun Ni'am; Badat Muwakhid; M Farid Wadjdi
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 1, No 1 (2019): REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.367 KB) | DOI: 10.33474/rekasatwa.v1i1.2163

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kecernaan in vitro bahan kering, dan bahanorganik dalam rumput odot pengaruh frekuensi pemupukan bio urin plus zat pengatur tumbuhorganik sebagai pupuk daun. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rumput Odotumur 40 hari, bio urin yang mengandung zat pengatur tumbuh. Penelitian menggunakan metodepercobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial ortogonal 3 x 3, masingmasing diulang sebanyak 3 kali dengan faktor Penyemprotan 1 kali, 2 kali dan 3 kali dan dosissebesar 5%, 10% dan 15% dalam air kontrol. Data hasil yang diperoleh dianalisis ragam(ANOVA) dua arah jika ada pengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).Dari Hasil analisa ragam menunjukkn pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilaikecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik. Nilai rata-rata kecernaan in vitro bahankering dan bahan organik masing-masing adalah pada P1B1=52,48a, P3B1=55,85b,P1B2=55,95b, P1B3=56,40b, P2B2=58,14bc, P2B3=58,48bc, P2B1=59,42cd, P3B2=60,32cd ,P3B3=62,18d, dan bahan organik P1B1=38,76a, P3B1=42,19b, P1B2=43,41b, P1B3=43,65b,P2B2=47,82c, P2B3=48,72cd, P2B1=49,37cd, P3B2=49,56cd, P3B3=50,80d. Nilai rata-rataperlakuan kontrol pada kecernaan in vitro bahan kering dan organik masing-masing yaitu51,53% dan 38,53%. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa frekuensi pemupukan bio urinplus zat pengatur tumbuh dan dosis bio urin dapat meningkatkan kecernaan in vitro bahankering dan kecernaan in vitro bahan organik yaitu 57,69% dan 46,03%.Kata kunci :biourin, ZPT, kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik.
PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN GAPLEK DAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI Trichoderma viride SEBAGAI SUBTITUSI PAKAN KOMERSIAL TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA BROILER FINISHER Dwi Badrus Salam; Usman Ali; M Farid Wadjdi
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 1, No 1 (2019): REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.842 KB) | DOI: 10.33474/rekasatwa.v1i1.2162

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran gaplek danampas tahu terfermentasi Trichoderma viride sebagai subtitusi pakan komersial terhadap konsumsipakan dan pertambahan bobot badan pada broiler finisher. Materi yang digunakan dalampenelitian ini adalah campuran gaplek dan ampas tahu yang difermentasi, inokulan Trichodermaviride dan ayam broiler umur 21 hari sebanyak 64 ekor. Penelitian dilakuan dengan 4 macamperlakuan dengan level subtitusi pakan P0 (0%), P1 (10%), P2 (20%), dan P3 (30%) dan diulangsebanyak 4 kali. Metode penelitian ini eksperimental dengan menggunakan Rancangan AcakLengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisa dengan analisis of varian (ANOVA). Hasil analisismenunjukkan bahwa penggunaan campuran gaplek dan ampas tahu terfermentasi Trichodermaviride sebagai subtitusi pakan komersial berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan danpertambahan bobot badan pada broiler. Rataan konsumsi pakan pada broiler finisher umur 21-34hari (g/ekor), (P0) sebesar 1926,13b, (P1) 1888,75b, (P2) 1863,19ab dan (P3) 1801,75a. RataanPBB broiler finisherumur 21-34 hari (g/ekor) yaitu 943,50b pada P0, P1 = 920,50b, P2 = 892,25abdan P3 = 856,25a. Disimpulkan bahwa Penggunaan campuran gaplek dan ampas tahu terfermentasiTrichoderma viride sebagai substitusi pakan komersial berpengaruh nyata terhadap konsumsipakan dan pertambahan bobot badan ayam broiler finisher. Untuk mengoptimalkan pertambahanbobot badan pada broiler finisher sebanyak 892,25ab (g/ekor) menggunaan campuran gaplek danampas tahu terfermentasi Trichoderma viride sebagai substitusi pakan komersial sebanyak 20%.Kata Kunci :Trichoderma viride, substitusi pakan, pakan komersial, broiler finisher,fermentasi
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FITOBIOTIK Vernonia amygdalina DAN PROBIOTIK Lactobacillus salivarius TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI Escherichia coli DAN NILAI pH Dimas Bayu Anggara; Usman Ali; M Farid Wadjdi
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 1, No 1 (2019): REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.088 KB) | DOI: 10.33474/rekasatwa.v1i1.2154

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas penghambatan pertumbuhan bakteriEscherichia coli dan nilai pH pada penggunaan fitobiotik Vernonia amygdalina dan probiotikLactobacillus salivarius. Materi yang digunakan ekstraksi fitobiotik Vernonia amygdalina,probiotik Lactobacillus salivarius, antibiotik, aquadest, Nutrient Agar (NA) dan isolat bakteriEscherichia coli. Penelitian menggunakan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 8perlakuan 4 ulangan, K+ = Antibiotik, K- = Aquadest, Fitobiotik Vernonia amygdalina F1 = 40%,F2 = 50%, F3 = 60% dan Probiotik Lactobacillus salivarius P1 = 25 µL, P2 = 50 µL, P3 = 75 µL.Variabel yang diamati daya hambat bakteri Escherichia coli dan nilai pH. Hasil analisis ragammenunjukkan bahwa penggunaan fitobiotik Vernonia amygdalina dan probiotik Lactobacillussalivarius berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap efektifitas penghambatan pertumbuhanbakteri Escherichia coli dan nilai pH. Rata – rata zona hambat (mm) kontrol K+ = 47,9f, K- = 0a,fitobiotik Vernonia amygdalina F1 = 20,6b, F2 = 22,3bc, F3 = 24,8cd, probiotik Lactobacillussalivarius P1 = 24,1cd, P2 = 26,9d, P3 = 30,7e. Rata – rata nilai pH kontrol K+ = 7,6de, K- = 7,7e,fitobiotik Vernonia amygdalina F1 = 7,5d, F2 = 7,4d, F3 = 7,4d, probiotik Lactobacillus salivariusP1 = 6,1c, P2 = 5,7b, P3 = 5,2a. Kesimpulan penelitian bahwa penggunaan fitobiotik Vernoniaamygdalina dan probiotik Lactobacillus salivarius mampu menghambat pertumbuhan Escherichiacoli dan perlakuan paling baik untuk menghambat Escherichia coli pada fitobiotik Vernoniaamygdalina 60% dan probiotik Lactobacillus salivarius 75 µL.Katakunci : Fitobiotik, Vernonia amygdalina, Probiotik, Lactobacillus salivarius, Daya Hambat,Nilai Ph
KOMPARASI KUALITAS SILASE HIJAUAN DENGAN FERMENTOR DAN TANPA FERMENTOR Rofiul Ikhsan; Sri Susilowati; M Farid Wadjdi
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol. 5 No. 1 (2023): Rekasatwa : Jurnal Ilmiah Peternakan
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menganalisis secara organoleptik silase hijauan yang menggunakan fermentor dan tanpa menggunakan fermentor. Materi yang digunakan adalah hijauan gama umami, polar, mikroba fermentor, tetes tebu, coper, dan drum silo. Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan uji organoleptik / uji indra meliputi tekstur, warna, aroma dan pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus dengan 2 perlakuan silase yang berbeda. Didapatkan  hasil bahwa perlakuan 1 yaitu silase yang tidak ditambahkan fermentor memiliki nilai tekstur = 5 (kurang lembut), warna = 5 (hijau kekuningan muda), aroma = 5 (kurang wangi dan bau rumput  masih dominan), dan pH di angka 6 sedangkan pada perlakuan 2 silase yang ditambahkan fermentor memiliki nilai, tekstur = 10 (lembut), warna = 10 (kuning  kecoklatan),  aroma  = 10  (wangi),  dan  pH  di  angka  4  (lebih  asam  dari  perlakuan  1). Hasil  penelitian   menunjukkan bahwa silase pada perlakuan satu dan dua dari segi warna kualitasnya sama sama sedang, dari segi aroma sama sama memiliki kualitas baik sekali, untuk tekstur kualitasnya sama sama baik sekali, dan untuk pH nya unggul di perlakuan satu dengan kualitas baik sekali dan pada perlakuan dua kualitasnya jelek. Disimpulkan bahwa silase yang ditambahkan fermentor hasilnya lebih baik. Kata Kunci: kualitas silase, hijauan, fermentor.