Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Senggani Fruit Anthocyanins (Melastoma Malabathricum Auct, Non Linn) As Bacterial Dyes Differential Painting Techniques Ratih Indrawati; Gervacia Jenny Ratnawati; Sri Tumpuk
INTEK: Jurnal Penelitian Vol 9, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Politeknik Negeri Ujung Pandang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31963/intek.v9i1.2987

Abstract

Bacteria are difficult to see with a light microscope, because they do not absorb or refract light. Dyes absorb and refract light so that the contrast of bacteria with their surroundings is enhanced. Anthocyanins are water-soluble pigments that are naturally found in various types of plants. As the name implies, this pigment gives color to flowers, fruits, and leaves of green plants.This research is a type of descriptive research. The treatment consisted of painting bacterial preparations with anthocyanin pigment extract of senggani fruit with 70% ethanol solvent and control with gram staining. The treatments were: T1: staining of bacterial preparations with gram staining, T2: painting of bacterial preparations with anthocyanin extract of senggani fruit added with 14% citric acid as a substitute for safranin and NH4Cl as a substitute for crystal violet. The results of the study showed that anthocyanin pigment extract was proven to be used as a dye for Staphylococcus aureus, Escereria coli as a substitute for synthetic dyes Safranin and Crystal violet in Gram staining.
Anti-Inflammatory of Papaya Leaf Extract (Carica Papaya L) Towards Membrane Stabilization of Red Blood Cells Laila Kamilla; Sri Tumpuk; Maulidiyah Salim
Jurnal Kesehatan Prima Vol 15, No 1 (2021): FEBRUARY
Publisher : poltekkes kemenkes mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jkp.v15i1.399

Abstract

Traditional medical plants are known to society long ago. Apart from easily obtained and inexpensive, it can cure diseases with few side effects than modern medicine. Papaya leaves were used not only because of contained various chemical compounds with pharmacological effects but also alkaloids, flavonoids, saponins, and tannins compounds indicated as anti-inflammatory. This study applied a quasi-experimental design to test the papaya leaves anti-inflammatory activity. The red blood cell stabilization method was employed because analogous to the lysosomal membrane affected the inflammatory process. Purposive sampling was used, creating papaya leaves extract of 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, and 800 ppm concentration, made 24 total samples by four times replication. Based on the red blood cell lysis inhibition, the anti-inflammatory activity was measured and was compared with the positive control (diclofenac sodium). The papaya methanol extract result showed the highest anti-inflammatory activity at 800 ppm of 74.29%. The most effective concentration was at 200 ppm of 62.19%. Tukey's test showed p1.000 ≥ 0.05, suggesting H0 was accepted. There was no difference between the anti-inflammatory activity of papaya leaf methanol extract and diclofenac sodium showing stabilization of red blood cell membranes, indicating papaya potentially as an anti-inflammatory.
Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Jumlah Eritrosit Pada Transfusi Darah di Rumah Sakit Bank Darah RSUD Dr. Soedarso Pontianak Sri Tumpuk; Laila Kamilla; Linda Triana
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 16 No. 3 (2022): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v16i3.1576

Abstract

Transfusi adalah proses pemindahan darah dari donatur kepada resipien, guna memperbaiki kondisi anemia dengan menggunakan darah yang berkualitas baik. Darah sebelum didonasikan akan disimpan pada refrigerator. Pada penyimpanan, darah akan mengalami berbagai perubahan komponen, termasuk jumlah trombosit, jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Penyimpanan PRC didalam blood bank dengan suhu standar 10C - 60C mengurangi lisis, pendinginan diharapkan memperlambat metabolisme, mengurangi metabolisme glukosa, meningkatkan kelangsungan hidup PRC. Penyimpanan RBC dengan pendinginan cepat di bawah 150C dapat mencegah hilangnya diphosphoglycerate (DPG) dari RBC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu 20C, 40C, dan 60C terhadap jumlah eritrosit pada darah tranfusi di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak. Desain penelitian berbentuk eksperimen semu. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 27 sampel, dilakukan dengan 3 perlakuan, 9 kali pengulangan dengan suhu 20C, 40C dan 60C. Perhitungan eritrosit menggunakan metode Automatic Cell Counter. Hasil uji statistic Kendall’s tau didapatkan nilai p (0,673) < α 0,05 berarti Ha ditolak. Sehingga, tidak ada pengaruh suhu penyimpanan suhu 20C, 40C dan 60C terhadap jumlah eritrosit pada darah donor sukarela di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak
GAMBARAN NILAI C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DEMAM TIFOID Herlinda Djohan; Deara Zanika Intan Pristanty; Sri Tumpuk; Imma Fatayati; Hendra Budi Sungkawa
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah Vol. 2 No. 9 (2023): SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah, September 2023
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/sentri.v2i9.1533

Abstract

Abstract: Demam tifoid merupakan penyakit infeksi bersifat sistemik disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enteritica serotipe typhi (S. typhi) pada pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik dengan gambaran adanya bakteremia disertai inflamasi yang dapat merusak usus dan organ-organ hati. C-Reactive Protein (CRP) adalah protein fase akut yang ada dalam serum normal. CRP akan meningkat secara signifikan jika terjadi kerusakan jaringan, infeksi bakteri dan virus, inflamasi, dan malignat neoplasia.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Metode penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Populasi sampel berjumlah 30 pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran nilai C-Reactive Protein pada penderita Demam Tifoid yang telah positif. Hasil penelitian menunjukkan pasien demam tifoid yang berumur ≤25 tahun paling banyak memiliki nilai CRP 96 mg/L, sedangkan yang berumur ≥26 tahun paling banyak memiliki nilai CRP 48 mg/L. Pasien demam tifoid laki-laki paling banyak memiliki nilai CRP 48 mg/L, sedangkan pasien perempuan paling banyak memiliki nilai CRP 96 mg/L. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pasien demam tifoid dengan lama demam ≤5 hari paling banyak memiliki nilai CRP 48 mg/L, sedangkan pasien dengan lama demam 6-10 hari paling banyak memiliki nilai CRP 96 mg/L. Guna mencegah dan menurunkan tingginya nilai CRP,