Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

STATUS GIZI DAN ANEMIA KAITANNYA DENGAN KEBUGARAN TUBUH SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN ASKHABUL KAHFI KOTA SEMARANG Laurensia Mei Vrayanti Hutajulu; Fillah Fithra Dieny; Enny Probosari; A Fahmy Arif Tsani
GIZI INDONESIA Vol 45, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v45i1.568

Abstract

Good physical fitness plays an important role in health and supports daily physical activity. Nutritional status, anemia condition, energy intake, and activity level contribute to the value of body fitness. Currently, santriwati are not only prone to suffering undernutrition but also overnutrition and anemia (triple burden of malnutrition) and tend to lead a sedentary lifestyle. The purpose of this study was to analyze the correlation of nutritional and anemia status, physical activity, and energy intake with the body's fitness of santriwati. The study was conducted in August-September 2020. This study was an analytical observation with a cross-sectional approach. Subjects were 129 people, selected by consecutive sampling method. Nutritional status data was obtained by measuring weight and height, processed by the WHO Anthroplus application. Physical activity data were measured by a modified PAQ-A questionnaire. Energy intake was measured by the SQFFQ questionnaire, processed by Nutrisurvey. Anemia status data was obtained by measuring Hb level with the cyanmethemoglobin method. Body fitness data was obtained through VO2max assessment with Multistage. Nutritional status and physical activity were related to physical fitness (p= 0,001;r=-0.283 and p=0,001;r=0.320), while anemia status and energy intake had no significant relationship with physical fitness (p 0.05). Poor nutritional status and low physical activity contribute to decreased fitness value. ABSTRAKKebugaran tubuh yang baik berperan penting bagi kesehatan dan mendukung aktivitas fisik sehari-hari. Status gizi, kondisi anemia, asupan energi serta tingkat aktivitas berkontribusi terhadap nilai kebugaran tubuh. Santriwati saat ini tidak hanya rawan mengalami gizi kurang, tetapi juga gizi lebih dan anemia (triple burden malnutrition) serta cenderung melakukan sedentary lifestyle. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara status gizi, status anemia, aktivitas fisik dan asupan energi dengan kebugaran tubuh santriwati. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2020. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek berjumlah 129 orang, dipilih dengan metode consecutive sampling. Data status gizi diperoleh melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan, diolah dengan aplikasi WHO Anthroplus. Data aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner PAQ-A modifikasi. Asupan energi diukur menggunakan kuesioner SQFFQ, diolah dengan Nutrisurvey. Data status anemia diperoleh melalui pengukuran kadar Hb dengan metode cyanmethemoglobin. Data kebugaran tubuh diperoleh melalui penilaian VO2max dengan metode Multistage Fitness Test (MST). Analisis Bivariat menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi dan aktivitas fisik berhubungan dengan kebugaran tubuh (p= 0,001;r=-0.283 dan p=0,001;r=0.320). Status anemia dan asupan energi tidak berhubungan signifikan dengan kebugaran tubuh (p0,05). Status gizi yang buruk dan rendahnya aktivitas fisik berkontribusi terhadap penurunan nilai kebugaran tubuh. Kata kunci: VO2max, status gizi, anemia, kebugaran, santriwati
POTENSI FEMALE ATHLETE TRIAD PADA ATLET REMAJA PUTRI DEFISIENSI BESI Fillah Fithra Dieny; Deny Yudi Fitranti; Firdananda Fikri Jauharany; A Fahmy Arif Tsani
GIZI INDONESIA Vol 44, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v44i1.511

Abstract

The female athlete triad (FAT) is a syndrome that occurs in female athletes who have a combination of 3 related conditions and are associated with sports. The aimed of this study to analyze the relationship between iron deficiency and the state of the female athlete triad (FAT) in female athletes. The design of this study was cross sectional with 80 subjects of female athletes aged 12-18 years from various sports, who were taken by simple random sampling. The research was conducted at the Central Java Student Center for Education and Sports Training (BPPLOP). Bivariate analysis was performed using the Spearman test. Based on Ferritin, as many as 15 subjects (18.25%) had iron deficiency anemia, and FAT syndrome was not found in the subjects, however, when each sign was seen, 20 percent were classified as polimenorrhea and oligomenorrhea, and 37.5 percent experienced eating disorders. There were a significant relationship between iron deficiency based on serum ferritin (p = 0.015; r = 0.273) and Hb levels (p = 0.002; r = 0.337) with the component of athlete's bone density. However, iron deficiency (based on serum Ferritin and Hb levels) did not show a significant association with menstrual cycle disorders and eating disorders (p 0.05). Female Athlete Triad has not been found among subjects, but athletes have experienced eating behavior disorders, menstrual cycle disorders and the risk of low bone density. Iron deficiency is associated with decreased bone density in young female athletes. ABSTRAK Female athlete triad (FAT) merupakan suatu syndrom yang terjadi pada atlet wanita yang memiliki kombinasi dari 3 kondisi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan olahraga. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan defisiensi besi dengan keadaan female athelete triad (FAT) pada atlet remaja putri. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan 80 subjek atlet putri berusia 12-18 tahun dari berbagai cabang olahraga yang diambil secara simple random sampling. Penelitian dilakukan di Balai Pemusatan Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (BPPLOP) Jateng. Analisis univariat untuk mendeskripsikan data berupa distribusi dan persentase. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Spearman. Berdasarkan data serum ferritin, sebanyak 15 subjek (18,25%) mengalami anemia defisiensi besi, namun belum ditemukan kejadian FAT pada subjek, tetapi bila dilihat masing masing tanda sebanyak 20 persen tergolong polimenorea dan oligomenorea, serta 37,5 persen mengalami gangguan perilaku makan. Ada hubungan yang signifikan antara defisiensi besi berdasarkan serum ferritin (p=0,015; r=0,273) dan kadar Hb (p=0,002; r=0,337) dengan komponen kepadatan tulang atlet. Namun defisiensi besi (bedasarkan serum Ferritin dan Kadar Hb) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan gangguan siklus menstruasi dan gangguan perilaku makan (p0,05). FAT belum ditemukan pada atlet remaja putri, namun atlet sudah ada yang mengalami gangguan perilaku makan, gangguan siklus menstruasi dan risiko kepadatan tulang rendah. Defisiensi besi berhubungan dengan menurunnya kepadatan tulang atlet remaja putri.Kata kunci: atlet; remaja putri; defisiensi besi; female athlete triad (FAT) 
Status Besi dan Kualitas Diet pada Wanita Usia Subur Pranikah Obesitas di Kota Semarang Sekar Ratry Nurramadhani; Fillah Fithra Dieny; Etisa Adi Murbawani; A Fahmy Arif Tsani; Deny Yudi Fitranti; Nurmasari Widyastuti
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.847 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.247-256

Abstract

Background: Women of reproductive age are potentially to have double-burden malnutrition due to poor diet quality. Obesity-related anemia affects iron homeostasis (hypoferremia) through low-grade inflammation.Objectives: This study aimed to analyze the differences of iron status among women of reproductive age based on obesity status and diet quality based on iron and obesity status.Methods: A cross-sectional study of female students, aged 18-22 years old that classified as obese (n=25) and non-obese (n=25). Subjects were selected by proportional random sampling. This study used iron status and diet quality as variable datas. Blood samples were taken to determined iron status (Fe serum). Diet quality was analyzed by SQ-FFQ and DQI-I. Statistical analysis using Independent-T Test, One-way ANOVA, Kruskal Wallis, Mann Whitney tests.Results: There were 20% of obese subjects had low iron status and majority (94%) had low diet quality score (52.04±5.2). Iron status of obese women (83.9±20.7 µg/dl) significantly differed to non-obese women (99.2±26.1 µg/dl), p=0.027. Obese group with low iron status had lower diet quality and moderation component score, however adequacy score was higher than other groups, p<0.05. There were no significant differences in variation and overall balance among all groups, p>0.05.Conclusions: Iron status of obese women was significantly different than non-obese women. Obese group with low iron status had lower diet quality and moderation component score, however adequacy score was higher than other groupsABSTRAKLatar Belakang: Wanita Usia Subur (WUS) rentan terkena masalah gizi ganda akibat kualitas diet yang buruk. Obesitas terkait anemia disebabkan inflamasi tingkat rendah yang mempengaruhi homeostasis zat besi (hipoferrimia). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan status besi WUS berdasarkan status obesitas, dan perbedaan kualitas diet berdasarkan status besi dan obesitas. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dengan subjek mahasiswi berjumlah 25 orang obesitas dan 25 orang non-obesitas, dipilih menggunakan teknik proportional random sampling. Data yang diambil berupa status besi (kadar Fe serum) melalui pengambilan sampel darah, dan kualitas diet menggunakan wawancara SQ-FFQ dan analisis DQI-I. Analisis menggunakan uji Independent-T Test, One-way ANOVA, Kruskal Wallis, dan Mann Whitney.Hasil: Sebanyak 20% WUS obesitas memiliki status besi rendah dan mayoritas subjek (94%) memiliki kualitas diet rendah (52,04±5,2). Status besi WUS obesitas (83,9±20,7µg/dl) berbeda signifikan dibandingkan WUS non-obesitas (99,2±26,1µg/dl), p=0,027. Kelompok WUS obesitas dengan status besi rendah memiliki skor kualitas diet dan komponen moderasi lebih rendah, namun memiliki skor kecukupan lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya, p<0,05. Komponen variasi dan keseimbangan keseluruhan pada semua kelompok tidak menunjukkan perbedaan signifikan, p>0,05.Kesimpulan: Status besi WUS obesitas signifikan lebih rendah dibandingkan WUS non-obesitas. Kelompok WUS obesitas dengan status besi rendah memiliki skor kualitas diet dan moderasi lebih rendah, namun memiliki skor kecukupan lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.