Sri Turni Hartati
Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI PERAIRAN GUGUSAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU Sri Turni Hartati; Indar Sri Wahyuni; Ina Juanita Indarsyah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.484 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.1.2010.9-19

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret, Juni, Agustus, dan Nopember 2008. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aktivitas penangkapan dan kondisi sumber daya ikan, melalui pengamatan kelimpahan dan komposisi hasil tangkapan nelayan dan pengamatan sebaran ukuran panjang ikan. Aktivitas penangkapan nelayan terkonsentrasi di perairan bagian selatan gugusan Pulau Pari, terdiri atas alat tangkap bubu, sero, bagan apung, pancing ulur, pancing tonda, jaring rampus, gillnet milenium, dan jaring muroami. Hasil tangkapan nelayan di gugusan Pulau Pari relatif rendah, tertinggi adalah jaring muroami dengan hasil tangkapan rata-rata 63 kg/perahu/trip/hari dan terendah adalah bubu dengan nilai rata-rata 4 kg/perahu/5 bubu/2 hari. Jenis ikan hasil tangkapan dominan adalah marga Siganus (kea-kea, lingkis, manggilala, dan beronang) dan marga Scarus (kakak tua atau mogong atau lape) dari alat tangkap jaring rampus dan bubu, dan marga Caesio (ekor kuning) dari alat tangkap pancing ulur dan jaring muroami. Sebaran ukuran panjang beberapa jenis ikan dominan dan ekonomis juga disajikan. Mengkaji dari data dan informasi hasil tangkapan nelayan, dapat disimpulkan bahwa potensi sumber daya ikan di gugusan Pulau Pari relatif rendah. Disarankan bahwa paparan lamun sebagai habitat juvenil tidak dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan. This research has been conducted during the periods of March, June, August, and November 2008. The objectives of the research were to study the fishing activities and resources condition through observation on the abundance, catch composition, and length frequency distribution. Fishing activities was concentrated in the southern part of Pari Island cluster, consists of pots, scope nets, lift nets, hooks and lines, troll lines, monofilament gillnets, and muroami. Catch in the Pari Islands was relatively low, while the highest was muroami with the average catch was 63 kg/boat/trip/day and the lowest catch was the pot with average was 4 kg/boat/5 pots/2 days. The dominant of catch by monofilament gillnet is Siganus (Rabbit fish), by trap is Scarus (Parrot fish) and by muroami is Caesio (Trevalies). Length frequency distribution of dominant species is presented. Based on the data analysed and information gathered from fishers can be concluded that fish resource potential in Pari Islands is relatively low. It is recommended that seagrass meadow as juvenile habitat should be protected.
ESTIMASIBIOMASSA IKAN DEMERSAL Dl PERAIRAN GUGUSAN PULAU PARI Asep Priatna; Sri Turni Hartati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 3 (2009): (September 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2361.322 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.3.2009.185-189

Abstract

Perairan gugusan Pulau Pari merupakan salah satu ekosistem terumbu karang yang mempunyai sumber daya perikanan demersal ekonomis tinggi. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2008 di perairan Gugusan  Pulau Pari, Kepulauan  Seribu, bertujuan  untuk  mengetahui estimasi biomassa ikan demersal dengan metode akustik. Alat yang digunakan adalah Biosonics DT-X Scientific Digital  Echosounder untuk akuisisi data akustik. Komposisi ukuran panjang  dan bobot ikan  ekor kuning (Lutjanus vittus)  digunakan untuk verifikasi data akustik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi biomassa ikan demersal yang hidupnya tidak bergerombol sekitar 142 ton atau rata-rata 4 ton/km2, sedangkan  untuk  ikan yang hidupnya  bergerombol sekitar  1,3 ton. Berdasarkan  pada komposisi  ukuran  panjang, 80% ikan  demersal di daerah penelitian  adalah kurang  dari 7,5 em. Faktor ukuran tubuh lebih signifikan daripada jumlah individu ikan dalam estimasi biomassa dengan aplikasi hidroakustik.Pari Island waters is one of the coral reef ecosystem having high economic demersal fish resources. The  aim of the  research  is to obtain  the biomass  estimation of demersal  fish based  on  the survey conducted in March 2008 in the waters around  Pari Island of Jakarta  Bay. Biosonics DT-X Scientific Digital Echosounder System was used for acquisition  of acoustic  data. The body length  and weight composition of Lutjanus vittus was used for acoustic data verification. Results  show that total fish biomass estimation for solitary  fish distribution was  about 142 ton  or equal to 4 tonlkm2 while  for schooling traces were about 1.3 ton. About 80% of demersal  fish composition in the research location consisted of fish having  less  than  7.5 em body  length.  The body  length  weight  of fish  are  more significant than individual amount  of fish to improve the biomass.
KOMUNITAS BIOTA PENEMPEL PADA TERUMBU BUATAN DI PERAIRAN PULAU GANTENG DAN PULAU RAKIT, TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT Amran Ronny Syam; Sri Turni Hartati; Krismono Krismono
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1742.84 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.157-166

Abstract

Rehabilitasi perairan melalui peletakan terumbu buatan di perairan Teluk Saleh telah dilakukan sejak bulan Juli 2005 yang merupakan awal dari perbaikan perairan karang di kawasan itu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi biota penempel pada terumbu buatan dan mengamati perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Metode yang digunakan adalah pengamatan sensus visual dengan penyelaman SCUBA di sekitar terumbu buatan. Hasil analisis menunjukkan ada peningkatan jumlah jenis biota penempel selama kurun waktu 10 bulan peletakkan modul terumbu buatan. Komunitas biota penempel pada umumnya didominasi oleh kelompok alga dan other fauna. Selama kurun waktu tersebut belum menunjukkan ada perubahan (suksesi) ke arah pembentukkan hard coral. Rehabilitation of water has been done through installation of artificial reef in Saleh Bay since July 2005. The activity should represent early stade up of coral reef waters. The objective of this research is to identify bioufalling communities on the artificial reef and perceive change of then from time to time. This work used a method enhancment of visual census with diving of SCUBA around artificial reef. Results show the improvements species and abundance of bioufalling during periode of 10 month when artificial reef module was settled. The community of bioufalling was generally predominated by group of algae and other fauna. Succession of the communities during the periode of study was not yet to forming hard coral formation.
STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Sri Turni Hartati; Awwaluddin Awwaluddin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1834.17 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.105-124

Abstract

Analisis struktur komunitas makrozoobentos dilakukan terkait dengan upaya pemantauan kondisi perairan Teluk Jakarta dengan membagi perairan ini menjadi 4 wilayah, yaitu A, B, C, dan D. Zona A terletak terjauh dari daratan, kurang lebih 20 mil dan wilayah D semakin mendekat daratan dengan jarak kurang lebih 5 mil. Analisis yang dilakukan meliputi komposisi jenis, kepadatan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi, dan beberapa parameter kualitas perairan yang mendukung seperti kedalaman, suhu, kecerahan, kecepatan arus, salinitas, oksigen terlarut (DO), pH, total organik matter, dan tekstur substrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makrozoobentos yang ditemukan terdiri atas 5 kelas, 42 famili dan 63 genera. Pada wilayah A ditemukan makrozoobentos dari kelas Scaphopoda, Gastropoda, Bivalva, Malacostraca, dan Polychaeta yang didominasi oleh Scaphopoda. Pada wilayah B, C, dan D ditemukan makrozoobentos dari kelas Bivalva, Scaphopoda, Gastropoda, dan Malacostraca, jenis yang mendominasi ke-3 wilayah tersebut adalah Bivalva. Kepadatan makrozoobentos berkisar antara 2,2x103 sampai dengan 3,2x105 ind.m-2. Indeks Keanekaragaman berkisar antara 0,55 sampai dengan 2,95 yang berarti keanekaragaman rendah. Indeks Keseragaman berkisar antara 0,14 sampai dengan 0,79, nilai tersebut termasuk dalam kategori rendah sampai dengan tinggi. Nilai Indeks Dominansi berkisar antara 0,17 sampai dengan 0,86 yang berarti dominansi rendah sampai dengan tinggi. Dominansi terjadi di wilayah D yaitu di stasiun D4 dengan jenis dominan Donax sp. dari kelas Bivalva. Parameter perairan Teluk Jakarta pada umumnya cukup mendukung untuk kehidupan makroozoobentos. The community structure analysis on macrozoobenthos was conducted in relation to the monitoring action of water condition on Jakarta Bay. The bay was classified into 4 zones, such as A, B, C,and D. The zone A is located approximately 20 miles from land and the zone D is nearest (5 miles) from land. The analysis comprised of species composition, abundance, diversity, homogeneity, dominance, and other parameters of water quality such as depth, temperature, tranparancy, current velocity, salinity, dissolved oxygen, pH, total organic matter, and substrate texture. The results show that there were 5 classes of macrozoobenthos, consisting of 42 families and 63 genera. There were Scaphophods, Gastrophods, Bivalvas, Malacostracans, and Polychaetas found in zone A with regard to Scaphophods domination. There were only Bivalvas, Scaphophods, Gastrophods, and Malacostracans found in zone B, C, and D with regard to Bivalvas domination. The abundance of these macrozoobenthos ranged from 2.215 to 323.100 ind.m-2. The diversity index ranged from 0.55 to 2.95 indicating low diversity. The homogeneity index ranged from 0.14 to 0.79, indicating the low to high category. The dominance index was about 0.17 to 0.86, showing the variety water condition. A species, Donax sp. (Bivalva) was most dominant in Zone D (St D4) The parameters of water qualitying Jakarta Bay might be in general to support the life of macrozoobenthos.
INFORMASI BIOLOGI PERIKANAN IKAN KURISI, Nemipterus japonicus, DI BLANAKAN DAN TEGAL Indar Sri Wahyuni; Sri Turni Hartati; Ina Juanita Indarsyah
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 4 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.555 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.4.2009.171-176

Abstract

Berbagai jenis ikan kurisi (Nemipteridae) termasuk Nemipterus japonicus, merupakan jenis ikan demersal yang banyak tertangkap dengan cantrang (jaring dogol), bertubuh relatif kecil dan berenang secara bergerombol (schooling) serta banyak ditemukan pada kedalaman 25-40 m. Pengamatan ikan kurisi difokuskan pada N. japonicus dan dilakukan di daerah Blanakan (Subang, Jawa Barat) dan daerah Tegal (Jawa Tengah) mulai Maret-April 2006. Di Blanakan, hasil tangkapan ikan kurisiberkisar 2-10,7% dari total hasil tangkapan cantrang besar maupun kecil dan di Tegal 15-35%. Struktur ukuran (sebaran panjang) ikan kurisi di Blanakan pada bulan Januari 2006 didominansi oleh ukuran 10 cm pada bulan Pebruari dan Maret 2006 didominansi oleh ukuran 12 dan 16 cm, sedangkan bulan April 2006 didominansi oleh ukuran 10,5 cm. Struktur ukuran ikan kurisi di Tegal didominansi ukuran 11,45 cm yaitu 21,2%. Tingkat kematangan gonad ikan kurisi di Blanakan didominansi III yaitu 19,3%; sedangkan di Tegal didominansi oleh tingkat V (spent) yaitu 34,8%. Isi perut ikan kurisi di Blanakan dan Tegal relatif sama, yaitu di dominansi oleh Polychaeta, Bacillariophyceae, dan Crustaceae. Pertumbuhan ikan kurisi bersifat allometrik (b<3,0).
REHABILITASI WILAYAH PESISIR MELALUI PENGEMBANGAN TERUMBU BUATAN Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1790.381 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.1.2008.35-43

Abstract

Kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh aktivitas penduduk wilayah pesisir yang tidak terkendali, mengakibatkan hilangnya nilai-nilai produksi, genetik, dan konservasi. Salah satu program yang sudah dilakukan pemerintah adalah rehabilitasi dan pengkayaan habitat pantai melalui pengembangan terumbu buatan, yaitu teknologi sederhana yang telah terbukti di beberapa negara mampu mengatasi kekompleksan wilayah pesisir. Dampak dari pengembangan terumbu buatan tersebut antara lain meningkatkan produksi perikanan, meningkatkan hasil tangkapan ikan per upaya,menarik perhatian para wisatawan, berfungsi sebagai taman laut, pelindung pantai, dan sarana budi daya perikanan. Tulisan ini menyajikan bagaimana terumbu buatan dapat dikembangkan, contoh contoh yang sudah dilakukan di Indonesia dan bagaimana monitoring dan evaluasi.
PENGKAYAAN STOK TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1280.779 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.1.2008.9-15

Abstract

Akibat aktivitas penangkapan yang berlebihan, stok sumber daya teripang di perairan Kepulauan Seribu, terutama jenis yang bernilai ekonomis tinggi, seperti teripang pasir (Holothuria scabra) sudah mulai langka. Pengkayaan stok adalah salah satu upaya untuk memperoleh sumber daya yang berkesinambungan. Pengkayaan stok teripang pasir telah dilakukan di Kepulauan Seribu melalui 2 tahapan, yaitu pembesaran benih (intermediate culture) yang dilakukan di perairan Pulau Kongsi dan pelepasan di alam (restocking) yang dilakukan di perairan Pulau Pamegaran. Benih yang digunakanberasal dari alam (Teluk Lampung) dan dari panti pembenihan (hatchery). Hasil pengamatan lingkungan menunjukkan bahwa habitat dari ke-2 perairan tersebut mendukung untuk kehidupanteripang pasir. Pertumbuhan teripang baik pada tahap pembesaran benih maupun pelepasan di alam sangat signifikan. Pertumbuhan benih teripang pada 2 bulan pertama dari rata-rata 51 g menjadi 130 g per ekor. Pertumbuhan teripang setelah di lepas di alam pada 2 bulan pertama, dari rata-rata 338,50 g menjadi 619,80 g per ekor, dan berhasil tertangkap kembali 13%.