Asep Priatna
Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KEBERADAAN IKAN PELAGIS RUMPON LAUT DALAM PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA SEBELAH SELATAN TELUK PELABUHAN RATU DENGAN METODE HIDROAKUSTIK Asep Priatna; Duto Nugroho; Mahiswara Mahiswara
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.088 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.2.2010.83-91

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kondisi sumber daya ikan pelagis di sekitar rumpon laut dalam berdasarkan atas metode hidroakustik. Penelitian ini dilaksanakan di dua rumpon dengan posisi 7°34,798 LS/106°14,709 BT dan 7°12,223 LS/105° 35,397 BT pada bulan Agustus 2009 di perairan Samudera Hindia tepatnya di sebelah selatan Teluk Pelabuhan Ratu. Akuisisi data akustik menggunakan echosounder split beam Simrad EK60 dengan frekuensi 120 kHz. Data kondisi lingkungan perairan dan hasil tangkapan juga digunakan dalam tulisan ini sebagai pendukung dalam pembahasan. Rata-rata densitas yang paling tinggi ditemukan pada lapisan permukaan sampai kedalaman 25 m, yaitu 16 ekor/1.000m3 pada rumpon 1 dan 5 ekor/1.000m3 pada rumpon 2. Densitas semakin rendah dengan bertambahnya kedalaman, serta pola agregasi ikan cenderung berada di depan rumpon terhadap datangnya arus. Ukuran ikan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman, rata-rata ukuran ikan di sekitar rumpon 1 lebih besar daripada di rumpon 2. Sekitar 80% ukuran ikan yang terdeteksi berdasarkan atas nilai target strength berkisar -40 sampai -34 dB atau 40-70 cm, di mana 50% dari ukuran tersebut terdapat pada kedalaman 25-50 m. The aim of the research was to study the distribution of pelagic fish resources around deepsea fish aggregating device based on acoustic survey. The survey was conducted around two fish aggregating devices (7°34,798 S/106°14,709 E and 7°12,223 S/105° 35,397 E) on August 2009 in Indian Ocean (southern of Pelabuhan Ratu Bay). Simrad EY60 split beam Echosounder with frequency 120 kHz was used for acquisition of acoustic data. Oceanographic and catch data was used to enrich the analyzis. The highest mean fish density was detected on surface layer until 25 m of water depth; 16 fish/1,000m3 around fish aggregating device 1 while 5 fish/1,000m3 around fish aggregating device 2. The fish density was decreased from surface layer to lower strata, and fish aggregation was tend to occupied in front of fish aggregating device, between flow direction and fish aggregating device. The fish length was increased from surface layer to lower strata. Fish length around fish aggregating device 1 was bigger than that fish around aggregating device 2. There were about 80% of fish length was detected in range of -40 to -34 dB or about 40 70 cm, and 50% of the fish in those size were detected on 25-50 m.
PENGARUH CAHAYA LAMPU TERHADAP POLA AGREGASI IKAN DI BAGAN TANCAP PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Asep Priatna; Mahiswara Mahiswara
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.073 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.141-149

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola agregasi ikan di bawah pengaruh cahaya lampu bagan tancap. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2005 di Kepulauan Seribu. Pengamatan pola agregasi ikan dilakukan dengan menggunakan alat akustik Simrad EY500. Data intensitas cahaya diambil dengan menggunakan light meter LI-250, serta verifikasi hasil tangkapan untuk memperkuat hasil analisis. Analisis meliputi interpretasi visual berbasis pada presentasi grafik yang merupakan dasar bagi penafsiran data dan penyusunan informasi. Pengaruh intensitas cahaya yang berbeda terhadap agregasi ikan mempunyai pola yang tidak sama, baik nilai intensitas cahaya optimumnya, besarnya agregasi, maupun posisi kedalaman untuk nilai agregasi terbesar. Proses pengumpulan ikan pada awal penyinaran dengan perlakuan jenis lampu petromak lebih cepat dibanding dengan hasil perlakuan lampu mercuri. Ikan akan beradaptasi terhadap variasi iluminasi cahaya sehingga selama proses pencahayaan terjadi migrasi. The research objective was to study fish aggregation pattern under light influence set in stationary bamboo lift net. This research was conducted on May 2005 in Seribu Islands waters. Simrad EY-500 echosounder was used to observe the fish aggregation. Light meter LI 250 was used to measure light intensity level and catch data for supporting the analysis result. Data analyzed by visual description based on graph presentation were used as data interpretation and information. The influence of different light intensity on fish aggregation had different pattern especially for optimum value of light intensity, maximumvalue of fish aggregation, and depth layer of the maximum value of fish aggregation. For fish aggregation under light of kerosene pressured lamps was quicker than mercury lamps in the early of illumination process. Fish will adapt to various light illumination, so that during illumination process the migration of fish is occured.
SEBARAN KEPADATAN AKUSTIK IKAN PELAGIS DI BAWAH PENGARUH CAHAYA LAMPU PADA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI LAUT JAWA Mahiswara Mahiswara; Agustinus Anung Wiodo; Asep Priatna
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.541 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.151-159

Abstract

Persaingan penggunaan cahaya lampu sebagai alat bantu penangkapan pada perikanan pukat cincin cenderung semakin meningkat. Suatu penelitian untuk mengetahui pola agregasi ikan di bawah pengaruh cahaya lampu telah dilaksanakan pada bulan Juli 2005 di perairan Laut Jawa. Pengamatan terhadap kapal pukat cincin dengan daya lampu 10.000-20.000 watt menggunakan perangkat akustik SIMRAD EY-500 dilakukan untuk mengetahui sebaran ikan di dalam air dan luxmeter tipe Licor LI 250 untuk mengukur intensitas cahaya. Analisis akustik, statistik, dan deskripsi digunakan untuk menjelaskan data dan informasi yang diperoleh. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan lampu fluorocent 20.000 watt diperoleh jumlah kepadatan akustik pada nilai >10 m2/ n.mi2 lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan lampu fluorocent 10.000 dan 15.000 watt. Terdapat hubungan antara jumlah daya lampu yang digunakan dengan hasil tangkapan pada perikanan pukatcincin. The competition on utilization of lights in purse seine fisheries tends to be more increased. A research to obtain fish aggregation pattern under light on purse seiner with 10,000-20,000 watt in power was conducted on July 2005 in Java Sea. SIMRAD EY-500 to observe underwater fish aggregation and luxmeter type LI-250 to measure light intensity was operated during the research result. Data were analyzed with acoustic, statistic and descriptive methods to figure out of the research. The results showed that acoustic density was >10 m2 /n.mi2 on fluorescent lamp by 20,000 watt in power, which was higher than 10,000 and 15,000 watt. There is a correlation between numbers of lights with catches of purseseiner.
DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BAGIAN TIMUR, PULAU-PULAU SUNDA, DAN LAUT FLORES Asep Priatna; Mohammad Natsir
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.911 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.3.2007.223-232

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi spasial kepadatan ikan pelagis serta hubungan dengan kondisi perairan pada musim peralihan di perairan pantai utara Jawa bagian timur dan Laut Flores, berdasarkan pada pengambilan contoh akustik dan 34 stasiun oseanografi pada bulan Oktober 2005. Data target strength menunjukkan bahwa rata-rata ukuran ikan pelagis yang terdeteksi di perairan pantai utara Jawa bagian timur adalah 10 sampai dengan 56 cm. Ukuran ikan di daerah lepas pantai lebih kecil dibanding daerah dekat pantai. Pada musim peralihan, kondisi suhu dan salinitas perairan relatif homogen. Sehingga faktor tersebut kurang signifikan terhadap distribusi keberadaan ikan. Diduga faktor lingkungan lain seperti faktor biologi dan kimia, berperan dalam pola penyebaran ikan pelagis kecil di perairan ini. Di Laut Flores dan sekitar Pulau-Pulau Sunda, densitas ikan tertinggi pada stratum 10 sampai dengan 50 m dengan ukuran 10 sampai dengan 20 cm terutama di beberapa lahan marginal seperti sekitar selat dan kepulauan. Selain merupakan lapisan tercampur di mana kondisi suhu dan salinitas relatif stabil pada kedalaman 10 sampai dengan 50 m, lahan marginal merupakan daerah subur tempat pertemuan 2 massa air yang berbeda yang membentuk front diharapkan merupakan tempat berkumpul ikan. Lapisan termoklin yang bersifat lemah berada di bawah 50 m, hal ini mempengaruhi densitas ikan yang semakin rendah pada kedalaman lebih dari 50 m. Ikan pelagis yang berada pada lapisan termoklin mempunyai ukuran yang lebih besar yaitu 14 sampai dengan 40 cm. Pada musim yang sama, rata-rata kepadatan dan ukuran ikan pelagis kecil di wilayah timur lebih rendah daripada sebelah barat. The aim of this research is to study the distribution of spasial density of pelagic fish with waters condition at intermonsoon in north of Java coast waters part of east and Flores Sea, based on acoustic sampling and 34 oceanography stations in October 2005. The target strength of fish indicated that pelagic fish measure in north of Java coast waters part of east is about 10 to 56 cm. Fish sizes in offshore is smaller than near shore. At intermonsoon, the waters condition of temperature and salinity was homogeneous relatively. Therefore, that are less to distribution of fish density. Anticipated, the others environmental factor like chemical and biological, was influenced to distribution of small pelagic fish in this area. In Flores Sea and Sunda Islands, the highest of fish density at 10 to 50 m and fish sizes about 10 to 20 cm especially in some marginal areas near archipelago and strait. At 10 to 50 m is mixed layer, where temperature and salinity was relative stabilize, the maginal areas is fertility waters which is passage of the shifting by two different water masses and front were formed . The weak termocline was formed below 50 m, maked fish density are progressively lower below 50 m. The pelagic fish residing in termocline layers have larger ones measure than stratum 10 to 50 m is about 14 to 40 cm. On same season, the fish measure and density of small pelagic fishes in east region is lower than at westside.
POLA SEBARAN IKAN PADA MUSIM BARAT DAN PERALIHAN DI PERAIRAN UTARA JAWA TENGAH Asep Priatna; Mohammad Natsir
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.86 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.1.2008.67-76

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan pola sebaran ikan pada musim barat dan peralihan di perairan utara Semarang sampai dengan Brebes, berdasarkan pada pengambilan contoh akustik dan oseanografi pada bulan Desember 2005 dan Mei 2006. Hasil menunjukkan secara spasial, pada musim barat di perairan utara Semarang sampai dengan Brebes kepadatan ikan pelagis lebih besar di daerah yang lebih dangkal yaitu sebelah selatan pada kedalaman <40 m, semakin ke tengah kepadatan semakin berkurang. Dilihat dari nilai target strength yang terdeteksi yaitu antara -60 sampai dengan -50 dB bahkan didominasi oleh ikan -60 sampai dengan -55 dB, sasaran merupakan ikan pelagis kecil yang rata-rata mempunyai ukuran 4 sampai dengan 12,5 cm. Pada musim peralihan sebaran kepadatan ikan pelagis kecil cenderung lebih merata dengan jumlah yang lebih rendah daripada jumlah ikan pada musim barat. Faktor pergerakan arah arus dan keberadaan sumber makanan yang lebih besar pada musim barat diduga merupakan penyebab perbedaan tersebut. Ikan pelagis kecil pada musim peralihan berukuran lebih besar dibandingkan ketika musim barat, dengan nilai target strength yang terdeteksi antara -60 sampai dengan -45 dB atau sekitar 4 sampai dengan 22 cm dan didominasi oleh ikan yang berukuran -55 sampai dengan -50 dB atau sekitar 7 sampai dengan 12,5 cm. Sebaran kepadatan Ikan demersal hampir merata pada ke-2 musim tersebut, pada musim peralihan kepadatan lebih rendah daripada musim barat. Ikan demersal pada musim barat terdiri atas ikan berukuran kecil (-55 sampai dengan -50 dB) atau sekitar 7 sampai dengan 12,5 cm terutama di daerah pada kedalaman <40 m, semakin ke tengah ukuran semakin besar yaitu antara -50 sampai dengan -45 dB atau sekitar 12,5 sampai dengan 22 cm. Pada musim peralihan, ikan demersal dengan target strength -55 sampai dengan -50 dB terdapat di kedalaman <40 m. Ikan demersal dengan ukuran -50 sampai dengan -45 dB mendominasi periode ini. Pada kedalaman >45 m terdeteksi ikan -45 sampai dengan -35 dB yang berkisar 22 sampai dengan 70 cm. The aim of this study is to understood the difference of fish pattern distributions at North West and intermonsoon in North of Central Java waters, based on acoustic and oceanography sampling in December 2005 and May 2006. At North West monsoon, the density of pelagic fishes was more gathering in narrower areas <40 m, and low fish density was going to middle areas. Seen from target strength the value was detected about -60 to -50 dB and it was dominated by fishes -60 to -55 dB, the targets for small pelagic fishes are about 4 to 12,5 cm. At the intermonsoon, distribution of small pelagic fishes density tends to be flat, but fish density at this time was the lower than North West monsoon. The higly current direction and food source factor at North West monsoon may cause this difference. The size of small pelagic fishes at the intermonsoon was bigger than fishes at North West monsoon, which target strength value was detected about -60 to -45 dB or 4 to 22 cm and dominated by fishes -55 to -50 dB of about 7 to 12,5 cm. The density distribution of demersal fishes almost flat at both monsoon. How ever at intermonsoon, the demersal fishes density was lower than that at North and West season. Demersal fishes at North West monsoon consisted of small fishes (-55 to -50 dB) with size of about 7 to 12,5 cm especially in narrow areas <40 m, and fish sizes the larger (-50 to -45 dB or 12,5 to 22 cm) were going to the middle areas. At intermonsoon, there were demersal fishes with target strength -55 to -50 dB at <40 m. Demersal fishes with target strength -55 to -50 dB were dominant at this time. At areas >45 m it was detected fishes of -45 to -35 dB target strength of about 22 to 70 cm.
ESTIMASIBIOMASSA IKAN DEMERSAL Dl PERAIRAN GUGUSAN PULAU PARI Asep Priatna; Sri Turni Hartati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 3 (2009): (September 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2361.322 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.3.2009.185-189

Abstract

Perairan gugusan Pulau Pari merupakan salah satu ekosistem terumbu karang yang mempunyai sumber daya perikanan demersal ekonomis tinggi. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2008 di perairan Gugusan  Pulau Pari, Kepulauan  Seribu, bertujuan  untuk  mengetahui estimasi biomassa ikan demersal dengan metode akustik. Alat yang digunakan adalah Biosonics DT-X Scientific Digital  Echosounder untuk akuisisi data akustik. Komposisi ukuran panjang  dan bobot ikan  ekor kuning (Lutjanus vittus)  digunakan untuk verifikasi data akustik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi biomassa ikan demersal yang hidupnya tidak bergerombol sekitar 142 ton atau rata-rata 4 ton/km2, sedangkan  untuk  ikan yang hidupnya  bergerombol sekitar  1,3 ton. Berdasarkan  pada komposisi  ukuran  panjang, 80% ikan  demersal di daerah penelitian  adalah kurang  dari 7,5 em. Faktor ukuran tubuh lebih signifikan daripada jumlah individu ikan dalam estimasi biomassa dengan aplikasi hidroakustik.Pari Island waters is one of the coral reef ecosystem having high economic demersal fish resources. The  aim of the  research  is to obtain  the biomass  estimation of demersal  fish based  on  the survey conducted in March 2008 in the waters around  Pari Island of Jakarta  Bay. Biosonics DT-X Scientific Digital Echosounder System was used for acquisition  of acoustic  data. The body length  and weight composition of Lutjanus vittus was used for acoustic data verification. Results  show that total fish biomass estimation for solitary  fish distribution was  about 142 ton  or equal to 4 tonlkm2 while  for schooling traces were about 1.3 ton. About 80% of demersal  fish composition in the research location consisted of fish having  less  than  7.5 em body  length.  The body  length  weight  of fish  are  more significant than individual amount  of fish to improve the biomass.
SEBARANPLANKTONDAN LARVAIKAN DI PERAIRANKEPULAUANRAJA AMPAT:KAJIANMETODEHIDROAKUSTIKDANSURVEIKONVENSIONAL Asep Priatna; Bambang Sadhotomo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.026 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.5.2011.345-350

Abstract

Penelitian bertujuan untukmempelajari keberadaan plankton dan larva ikan berdasarkan atasmetode hidroakustik serta kaitannya dengan hasil pengambilan contoh. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di perairan Raja Ampat. Estimasi kepadatan dan migrasi diurnal plankton dan larva ikan menggunakan perangkat akustik split beam echosounder Simrad EY60 dengan frekuensi 120 kHz. Data dianalisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk grafik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada musim timur, estimasi kepadatan plankton dan larva ikan di Teluk Kabui relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan plankton dan larva di perairan sebelah barat Pulau Waigeo dan Pulau Batanta. Pengamatan dengan metode hidroakustik dapat memperlihatkan pola migrasi vertikal harian plankton dan larva ikan. Pengetahuan mengenai karakteristik plankton dan larva ikan dapat menentukan teknik pengambilan contoh yang tepat terhadap organisme tersebut. Knowledge about plankton and larvae characteristics is very importance to determine sampling technique for sea organism. The aim of the research was to study the existence of plankton and fish larvae based on acoustic method. The survey conducted on June 2008 in the Raja Ampat waters. Simrad EY60 split beam echosounder with frequency of 120 kHz was used for acquisitioning the acoustic data. Those data analyzed descriptively, and the results presented in histogram. During southeast monsoon, the estimation of plankton and fish larvae densities in Kabui Bay was relatively higher than in the west part of Waigeo waters and around Batanta Island. The daily vertical migration of plankton and fish larvae was showed by acoustic detection.
DISTRIBUSI SPASIALDANTEMPORALPLANKTON DI PERAIRANTELUKTOMINI, SULAWESI Bram Setyadji; Asep Priatna
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.608 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.6.2011.387-395

Abstract

Planktonmerupakan komponen penting dalamkehidupan akuatik karena fungsi biologisnya yang penting sebagaimata rantai paling dasar dalam rantai makanan dan merupakan organisme yang menduduki kunci utama di dalam ekosistem bahari. Penelitian ini dilakukan pada bulanMei, Juli, dan Nopember 2010 yangmewakili musimperalihan I, musim timur dan musim barat dengan tujuan mengetahui distribusi kelimpahan spasial dan temporal fitoplankton dan zooplankton di Teluk Tomini. Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton tertinggi terdapat pada musim barat sebesar 177.666 sel/m3 dan 7.088 ind/m3, sedangkan terendah pada musim timur sebesar 4.878 sel/m3 dan 1.118 ind/ m3. Tingkat indek keaneka-ragaman (H) baik fitoplankton dan zooplankton sedang, indek keseragaman (E) rendah hingga sedang, dan tidak ditemukan jenis tertentu yang dominan. Chaetoceros, Coscinodiscus, dan Rhizosolenia dari kelas Bacillariophyceae merupakan fitoplankton yangmempunyai frekuensi kehadiran yang tinggi, sedangkan Crustaceae merupakan zooplankton yang dominan. Konsentrasi sebaran terdapat dimulut teluk dan tersebar relatif sesuai dengan musim. Plankton plays important role in aquatic life due to its significant biological function as basic food chain in oceanic ecosystem. This studywas conducted on May, July, and November representing north-west monsoon, east monsoon, and west monsoon, respectively. The purposed of this study is to know the spatial and temporal distribution and the abundance of phytoplankton and zooplankton in Tomini Bay. Results showed that the highest abundance of phytoplankton and zooplankton were 177.667 cell/m3 and 7.088 ind/m3 that appeared at north-west monsoon, while the lowest were 4.878 cell/m3 and 1.118 ind/m3 that shown in south-east monsoon. The diversity index (H) for both Phytoplankton and Zooplankton were in medium (1<H<3), while the eveness index (E) range from low (d”1) to medium. There were no dominance species found. However, Chaetoceros, Coscinodiscus and Rhizosolenia that representing Bacillariophyceae showed a high frequency of appearance, while Crustaceae group were the dominance of zooplankton. The distribution of plankton concentrated in the mouth of the bay and relatively distributed according to seasons.