Bambang Sadhotomo
Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

AKTIVITAS KAPAL PUKAT CINCIN SIBOLGA TAHUN 2002-2005 DAN LAJU TANGKAP PUKAT RAPAT DAN PUKAT JARANG PADA PERIODE BULAN JANUARI–JULI 2005 (PASCA TSUNAMI) Tuti Hariati; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.917 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.3.2007.179-190

Abstract

Sumber daya ikan pelagis di perairan barat Sumatera dimanfaatkan antara lain oleh armada pukat cincin di Sibolga, menggunakan 2 jenis pukat antara lain pukat rapat yang berukuran mata jaring 1 inci pada bagian kantung, adalah untuk menangkap ikan pelagis kecil, dan pukat jarang yang berukuran mata jaring 3 inci untuk menangkap ikan pelagis besar. Dalam 1 trip hanya dioperasikan 1 jenis pukat. Tujuan riset adalah untuk memperoleh informasi upaya penangkapan (jumlah trip) selama tahun 2002 sampai dengan 2005; serta hasil tangkapan, jumlah hari di laut dan laju tangkap pukat cincin Sibolga pada periode bulan Januari sampai dengan Juli 2005 (pasca Tsunami). Data hasil tangkapan dan jumlah hari di laut 13 kapal contoh dikumpulkan dari salah satu tangkahan, lalu di rise terhadap total jumlah trip untuk memperoleh dugaan hasil tangkapan kapal pukat cincin di seluruh Sibolga. Hasil riset menunjukkan, pada tahun 2004 di Sibolga terjadi penurunan jumlah trip kapal pukat cincin yang tajam dibandingkan pada tahun 2002 dan 2003. Pada tahun 2004 beberapa kapal pukat cincin Sibolga tidak dapat melaut karena belum memiliki surat perpanjangan izin beroperasi. Pada bulan Januari dan Pebruari 2005 penurunan aktivitas berlanjut karena ada kerusakan tangkahan dan armada akibat Tsunami dan gempa, sedangkan pada pertengahan tahun terjadi kenaikan jumlah trip dari kapal yang sudah memperoleh perpanjangan izin. Bulan September sampai dengan Desember tahun 2005 penurunan aktivitas terutama disebabkan oleh kelangkaan dan naik harga bahan bakar minyak sehingga biaya operasi semakin tinggi. Selama periode bulan Januari sampai dengan Juli 2005, meningkat laju tangkap pukat rapat dan pukat jarang diduga akibat dari turun jumlah hari di laut ke-2 jenis pukat tersebut. Jenis-jenis ikan yang tertangkap sesudah Tsunami sama dengan sebelum. The pelagic resources from the waters of western Sumatera were exploited among other thing purse seiner fleet of Sibolga. Two kinds of seine were used; pukat rapat (1 inch mesh size in the bag part) to catch small pelagic fishes, and pukat jarang (3 inches mesh size) to catch some big pelagic fishes. During one trip only one kind of seine was used. The aim of this research was to get the information of the efforts (number of trip) during years 2002 until 2005, and the catch, days at sea, and catch rate of Sibolga’s purse seiners in the periods of January until July 2005 (after Tsunami disaster). Catch by the species, number of trip, as well as days at sea data of the 13 unit of purse seiners of a private landing site were collected, then they were rised to the total number of trip in Sibolga, to estimate the total catch of the purse seiners in Sibolga. The result shows that during the year of 2004 the activities (trip) of the purse seiners decreased sharply, since several of purse seiners which had not got the recent document of permission could not go fishing. During January and February 2005, declining of the activities were continued since Tsunami and earth quake disaster had destroyed landing site and vessels. The rising of operational cost from September to December 2004 which were caused by the rareness of oil and rising of oil price had also decreased the number of active vessel. It was estimated that during the period of January until July 2005, the rise of catch rates of both pukat rapat and pukat jarang was caused by the decrease of days at sea. The species of fishes caught after Tsunami disaster were still the same with species of fishes caught before.
SEJARAHPERKEMBANGANRISETDANPERIKANANPELAGISKECILDI LAUTJAWA Bambang Sadhotomo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2156.093 KB) | DOI: 10.15578/bawal.1.6.2007.221-231

Abstract

Tulisan ini merupakan review perkembangan perikanan pelagis kecil di Laut Jawa, dan rangkuman ringkas hasil penelitian dalam 2 dasawarsa terakhir. Evolusi perikanan tangkap terjadi sampai dengan tahun 1970, dan perubahan cepat dalam teknik dan strategi penangkapan berlangsung sesudah awal dekade tahun 1980. Perkembangan fase ke-2 memicu kenaikan upaya penangkapan secara drastis, sampai dengan melampaui batas optimum. Kajian stok selalu menghadapi kendala dalam pembakuan upaya penangkapan, masalah yang berhubungan dengan migrasi dan unit stok serta variabilitasi lingkungan dalam jangka panjang.
PERKEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KECIL DI TELUK TOMINI: Suatu Pendekatan ke Arah Manajemen yang Bertanggung jawab Suwarso Suwarso; Bambang Sadhotomo; Wudianto Wudianto
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.602 KB) | DOI: 10.15578/bawal.1.6.2007.233-244

Abstract

Kajian yang bersifat desk study telah dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang dapat bermanfaat sebagai pertimbangan dalam strategi pengelolaan perikanan pelagis kecil yang tepat dan bertanggungjawab di Teluk Tomini. Kajian stok tahun 2003 sampai dengan 2004 di daerah ini yang dilaksanakan oleh Balai Riset Perikanan Laut menjadi bahan utama, dilengkapi dengan hasil observasi dan monitoring terkini (tahun 2005) serta pustaka yang tersedia. Kondisi perikanan tetap bersifat skala kecil dengan ukuran armada penangkap <30 GT, terdiri atas perikanan payang atau pajala yang beroperasi di sekitar pantai dan pukat cincin mini yang beroperasi di daerah penangkapan lebih jauh di perairan Sulawesi Tengah. Tingkat eksploitasi dipertimbangkan aman, kendati upaya penangkapan berjalan cukup intensif. Kondisi lingkungan yang baik dan spesifik serta status perikanan yang berjalan saat ini dimungkinkan dapat menjamin kelestarian sumber daya yang dapat menjamin kelangsungan hasil tangkapan. Meski penambahan upaya (jumlah kapal ukuran <30 GT) dapat disarankan, namun pengelolaan secara terpadu yang melibatkan daerah-daerah otonomi sekitar dan pengelolaan bertanggungjawab yang berbasis kelestarian habitat. Hal-hal menyangkut sistim monitoring perikanan juga diuraikan.
SEBARANPLANKTONDAN LARVAIKAN DI PERAIRANKEPULAUANRAJA AMPAT:KAJIANMETODEHIDROAKUSTIKDANSURVEIKONVENSIONAL Asep Priatna; Bambang Sadhotomo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.026 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.5.2011.345-350

Abstract

Penelitian bertujuan untukmempelajari keberadaan plankton dan larva ikan berdasarkan atasmetode hidroakustik serta kaitannya dengan hasil pengambilan contoh. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di perairan Raja Ampat. Estimasi kepadatan dan migrasi diurnal plankton dan larva ikan menggunakan perangkat akustik split beam echosounder Simrad EY60 dengan frekuensi 120 kHz. Data dianalisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk grafik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada musim timur, estimasi kepadatan plankton dan larva ikan di Teluk Kabui relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan plankton dan larva di perairan sebelah barat Pulau Waigeo dan Pulau Batanta. Pengamatan dengan metode hidroakustik dapat memperlihatkan pola migrasi vertikal harian plankton dan larva ikan. Pengetahuan mengenai karakteristik plankton dan larva ikan dapat menentukan teknik pengambilan contoh yang tepat terhadap organisme tersebut. Knowledge about plankton and larvae characteristics is very importance to determine sampling technique for sea organism. The aim of the research was to study the existence of plankton and fish larvae based on acoustic method. The survey conducted on June 2008 in the Raja Ampat waters. Simrad EY60 split beam echosounder with frequency of 120 kHz was used for acquisitioning the acoustic data. Those data analyzed descriptively, and the results presented in histogram. During southeast monsoon, the estimation of plankton and fish larvae densities in Kabui Bay was relatively higher than in the west part of Waigeo waters and around Batanta Island. The daily vertical migration of plankton and fish larvae was showed by acoustic detection.
OVERFISHING PADA PERIKANAN PUKAT CINCIN SEMI INDUSTRI DI LAUT JAWA DAN IMPLIKASI PENGELOLAANNYA Suherman Banon Atmaja; Bambang Sadhotomo; Duto Nugroho
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 3, No 1 (2011): (Mei 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.744 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.3.1.2011.51-60

Abstract

Krisis perikanan merupakan akibat langsung penangkapan yang berlebihan pada sumber daya perikanan, yang antara lain disebabkan oleh teknologi penangkapan modern. Kini kemungkinan terjadi overfishing karena teknologi telah membuat armada penangkapan lebih mudah menuju ke lokasi gerombolanikan besar. Overfishing terjadi ketika suatu jenis ikan diambil lebih cepat dibanding dengan pembiakan stok spesies tersebut untuk menghasilkan penggantinya. Pada perikanan pukat cincin semi industri di Laut Jawa, paling sedikitnya telah terjadi economic overfishing, biological overfishing, dan Malthusian overfishing, di mana biaya ekonomi penangkapan yang mahal untuk hasil sedikit, dan nelayan mengorbankan biaya sosial dengan meninggalkan keluarga semakin lama akibat sulit mencari gerombolan ikan.Supposedly fisheries crisis is a direct result of the severe over harvesting of fisheries resources brought about among other by modern fishing technologies. Overfishing is possible today because technology has made it easier to locate large schools of fish and direct fishing fleets to those locations. Overfishing occurswhen a species is taken more rapidly than the breeding stock of that species can generate replacements. In the purse seiners semi industry fisheries in the Java Sea, at least there have been economic overfishing, biological overfishing, and Malthusian overfishing, where the economic cost of catching a very high price for a bit, and fishermen have to sacrifice the social cost of leaving the family longer because they are hard to find the fish schooling.