Suwarso Suwarso
Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

BIOLOGI REPRODUKSI DAN DUGAAN MUSIM PEMIJAHAN IKAN PELAGIS KECIL DI LAUT CINA SELATAN Suwarso Suwarso; Achmad Zamroni; Wudianto Wudianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.514 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.4.2008.379-391

Abstract

Jenis ikan pelagis kecil merupakan sumber daya ikan dominan yang terdapat di wilayah perairan Laut Cina Selatan. Terdapat beberapa jenis ikan pelagis kecil yang merupakan hasil tangkapan utama antara lain adalah ikan layang (Decapterus sp.) dan kembung (Rastrelliger brachysoma). Penelitian terhadap biologi reproduksi (perkembangan kematangan gonad, sex ratio, dugaan musim pemijahan, dan length at first maturity) telah dilakukan terhadap 3 jenis ikan pelagis kecil (Decapterus russelli, Decapterus macrosoma, dan Rastrelliger kanagurta) yang tertangkap di Laut Cina Selatan. Pengambilan contoh biologi terhadap ke-3 spesies ikan dilakukan di tempat pendaratan ikan Palembang, Pemangkat, dan Pekalongan pada tahun 2003 sampai dengan 2005. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan nilai gonado somatic index yang seiring dengan bertambah ukuran ikan. Kejadian ini mengindikasikan perkembangan gonad ke arah kematangan. Pola fluktuasi gonado somatic index yang terjadi berdasarkan pada musim (cenderung lebih rendah pada musim barat, semakin meningkat pada akhir musim barat, dan mencapai maksimum pada musim timur dengan diikuti ada penurunan gonado somatic index). Dengan pola demikian ini, mengindikasikan pemijahan utama terjadi sejak akhir musim timur dan berlangsung beberapa bulan sampai dengan musim peralihan. Secara umum, populasi ikan yang tertangkap didominansi oleh ikan yang dalam kondisi belum matang gonad. Jenis Decapterus russelli mencapai kematangan gonad yang pertama (length at first mature) pada kisaran ukuran 18,6 sampai dengan 21,2 cm TL; Decapterus macrosoma pada ukuran 20,5 sampai dengan 21,9 cm TL, sedangkan Rastrelliger kanagurta pada kisaran ukuran 20,4 sampai dengan 22,3 cm TL. Small pelagic fish is one of the most dominant species caught in South China Sea which round scad and Indian meckerel are the main catches. Research on biological reproduction such as gonad somatic index, sex ratio, spawning season, and length at first maturity for three main pelagic species, i.e., Decapterus russelli, Decapterus macrosoma, and Rastrelliger kanagurta, was carried out during 2003 to 2005. Research result shows that there was a tendency that the increasing value of gonad somatic index occurred together with increasing the size of fish. The fluctuation of gonad somatic index was affected by season, the low value of gonad somatic index was found during northwest monsoon, conversely the high value of gonad somatic index occurred during southeast monsoon. This phenomenon indicated that the main spawning season occurred during southeast monsoon on several months before the next intermoon son coming. Generally, the small pelagic species in this area caught abundantly on the mature stage. Length at first maturity for Decapterus russelli observed in the range of 18.6 to 21.2 cm in TL, Decapterus macrosoma recorded in the range of 20.5 to 21.9 cm in TL, and Rastrelliger kanagurta found in the range of 20.4 to 22.3 cm in TL.
PERKEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KECIL DI TELUK TOMINI: Suatu Pendekatan ke Arah Manajemen yang Bertanggung jawab Suwarso Suwarso; Bambang Sadhotomo; Wudianto Wudianto
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.602 KB) | DOI: 10.15578/bawal.1.6.2007.233-244

Abstract

Kajian yang bersifat desk study telah dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang dapat bermanfaat sebagai pertimbangan dalam strategi pengelolaan perikanan pelagis kecil yang tepat dan bertanggungjawab di Teluk Tomini. Kajian stok tahun 2003 sampai dengan 2004 di daerah ini yang dilaksanakan oleh Balai Riset Perikanan Laut menjadi bahan utama, dilengkapi dengan hasil observasi dan monitoring terkini (tahun 2005) serta pustaka yang tersedia. Kondisi perikanan tetap bersifat skala kecil dengan ukuran armada penangkap <30 GT, terdiri atas perikanan payang atau pajala yang beroperasi di sekitar pantai dan pukat cincin mini yang beroperasi di daerah penangkapan lebih jauh di perairan Sulawesi Tengah. Tingkat eksploitasi dipertimbangkan aman, kendati upaya penangkapan berjalan cukup intensif. Kondisi lingkungan yang baik dan spesifik serta status perikanan yang berjalan saat ini dimungkinkan dapat menjamin kelestarian sumber daya yang dapat menjamin kelangsungan hasil tangkapan. Meski penambahan upaya (jumlah kapal ukuran <30 GT) dapat disarankan, namun pengelolaan secara terpadu yang melibatkan daerah-daerah otonomi sekitar dan pengelolaan bertanggungjawab yang berbasis kelestarian habitat. Hal-hal menyangkut sistim monitoring perikanan juga diuraikan.
STUDITENTANGBIOLOGIREPRODUKSI BEBERAPASPESIES IKANPELAGISKECILDI PERAIRANLAUT BANDA Achmad Zamroni; Suwarso Suwarso
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.284 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.5.2011.337-344

Abstract

Studimengenai biologi reproduksi ikan pelagis kecil yangmeliputi rasio jenis kelamin, perkembangan kematangan gonad, dan panjang ikan pertama kali matang gonad, telah dilakukan terhadap beberapa spesies utama ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap di perairan Laut Banda. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmemperoleh informasi tentang aspek reproduksi ikan pelagis kecil di Laut Banda yang informasinya dapat dipergunakan untuk kepentingan pengelolaan perikanan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa rasio jenis kelamin ikan tidakmenunjukkan perbedaan. Tingkat kematangan gonad tinggi lebih banyak terdapat pada ikan yang berukuran besar.Nilai indeks gonadmeningkat selaras dengan pertambahan ukuran ikan. Fluktuasi nilai indeks gonad berdasarkan atas musim dari beberapa spesies ikan pelagis kecilmenunjukkan bahwa pada musimtimur nilainya cenderung lebih tinggi dan diindikasikan adanya pemijahan pada musim tersebut. Decapterus macarellusmencapai kematangan gonad yang pertama (length at first mature) pada ukuran 26,6 cm FL, Decapterus macrosoma pada ukuran 20,3 cm FL, Rastrelliger kanagurta pada ukuran 24,63 cm FL dan Selar crumenophthalmus pada ukuran 21,85 cm FL. Study on reproductive biology of some small pelagic fishes have been carried out for those collected around the Banda Seas. The aims of this study is to know some biological reproduction aspect such as sex ratio, fish maturity, and the length of fish at firsmaturity, this information could be use for fisheries management purposes. The sex ratio of fish indicated no difference. The maturity showed that most of the fish samples (92%) were unriped, except for relatively big size of fish such as Decapterus macarellus, Decapterus macrosoma, Rastrelliger kanagurta, and Selar crumenophthalmus. The length of fish at the firstmaturity were obtained only for 4 spesies namely Decapterus macarellus with size 26,6 cm in FL, Decapterus macrosoma with size 20,3 cm FL, Rastrelliger kanagurta with size 24,63 cm FL, and Selar crumenophthalmus with size 21,85 cm FL, respectively. The other rest of fishes can not be detected.
PERIKANAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) DI PERAIRAN MARISA. TELUK TOMINI Budi Nugraha; Suwarso Suwarso
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1916.702 KB) | DOI: 10.15578/bawal.1.3.2006.107-111

Abstract

Eksploilasi sumber daya tuna di perairan Teluk Tomini telah berlangsung lama dan cukup intensif dengan menggunakan  kapal-kapal yang bersifat tradisionar. Jenis ikan utama yang dieksploitasi di Teluk Tomini adalah madidihang atau tuna sirip kuning alau yellowfin tuna (Thunnus albacares). Tulisan ini berisi tentang perikanan tuna yang ditangkap oleh pancing ulur, antara lain mengenai aspek operasional, akivitas penangkapan, dan hasil tangkapan, berdasarkan pada data dan informasi yang terkumpul di Marisa (Propinsi Gorontalo).
EKSPLOITASI SUMBER DAYA IKAN TERBANG (Hirundichthys oxycephalus, FAMILI EXOCOETIDAE) DI PERAIRAN PAPUA BARAT: PENDEKATAN RISET DAN PENGELOLAAN Suwarso Suwarso; Achmad Zamroni; Wijopriyono Wijopriyono
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (952.219 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.2.2008.83-91

Abstract

Studi tentang perikanan ikan terbang atau torani didasarkan pada data operasional, hasil tangkapan telur, registrasi kapal penangkap dan produk terkirim, serta hasil observasi lapangan di Kabupaten Fak-Fak dan sekitarnya. Jenis utama yang dieksploitasi adalah ikan terbang (bony flyingfish) (Hirundichthys oxycephalus, famili Exocoetidae), salah satu jenis utama yang juga dieksploitasi di Selat Makassar sampai Laut Flores. Perikanan tangkap kapal-kapal pakaja asal Selat Makassar yang mengupayakan telur ikan terbang ini mulai berkembang intensif sejak tahun 2002. Daerah penangkapan di perairan laut dalam (oseanik) di perairan barat Papua Barat, berbatasan dengan Laut Seram. Setiap tahun musim penangkapan telur ikan terbang berlangsung selama 5 bulan (bulan Mei-September) dengan puncaknya antara bulan Juli-Agustus, di mana waktu-waktu tersebut merupakan musim pemijahan. Sejalan dengan peningkatan produksi telur selama tahun 2001-2007, semakin banyak juga jumlah upayanya (jumlah kapal aktif). Hasil tangkapan per kapal bervariasi, tetapi fluktuasi hasil tangkapan telur rata-rata diduga sesuai dengan puncak musimpemijahan. Meski produksi telur selama tahun 2001-2007 menunjukkan peningkatan, tetapi hal ini belum menjamin pola eksploitasi yang bertanggungjawab sekaligus menjamin kelestarian sumber dayanya. Identifkasi beberapa permasalahan yang diisyaratkan terkait dengan pengelolaan perikanan juga diuraikan.
PERUBAHAN UPAYA DAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI SEKITAR LAUT JAWA: KAJIAN PASKA KOLAPS PERIKANAN PUKAT CINCIN BESAR Suwarso Suwarso; Wudianto Wudianto; Suherman Banon Atmaja
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1175.775 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.1.2008.17-26

Abstract

Penyusutan stok (biomassa) ikan pelagis di Laut Jawa dan Selat Makassar akibat peningkatan kapasitas penangkapan yang tak terkontrol diduga menjadi sumber penyebab penurunan produktivitas pukat cincin yang berlangsung secara simultan sejak tahun 1995 sampai dengan sekarang (tahun 2006), serta memberikan hasil tangkapan semakin rendah dan tidak menguntungkan. Kajian tentang perubahan upaya dan hasil tangkapan ikan pelagis pasca collaps perikanan pukat cincin inididasarkan pada data hasil tangkapan (per spesies) dan upaya (jumlah trip, hari laut) kapal pukat cincin yang mendarat di Pekalongan dan Juwana kurun waktu tahun 1999 sampai dengan 2006. Hasil menunjukkan jumlah kapal aktif berkurang, karena sejumlah kapal tidak lagi dapat beroperasi (bangkrut), sedang kapal yang beroperasi nampak tidak efisien yang terlihat dari jumlah hari laut yang semakin lama, jumlah trip per kapal juga makin menurun. Tidak ada lagi perluasan daerah penangkapan baru karena perluasan telah mencapai maksimum pada tahun 1996. Selain itu, dalam usaha merespon ketidakseimbangan antara hasil yang diperoleh dengan tinggi biaya eksploitasi,beberapa kelompok usaha perikanan bermodal kuat juga melakukan ekspansi (relokasi) daerah penangkapan baru di luar perairan Laut Jawa dan Selat Makassar; transhipment di laut dimungkinkan banyak dilakukan. Penurunan laju tangkap terjadi di hampir seluruh daerah penangkapan, disertai dengan pergeseran komposisi spesies terutama di Jawa bagian timur (Matasirih) dan Selat Makassar. Terutama pada puncak musim hasil tangkapan (musim peralihan antara bulan September sampai dengan Nopember), kategori layang (Decapterus spp.) yang dalam keadaan normal dominan keberadaan tergeser oleh muncul spesies baru, yaitu ikan ayam-ayaman (Aluterus monoceros, Monacanthidae). Selar bentong (Selar crumenophthalmus) cenderung semakin banyak, tetapi banyar(Rastrelliger kanagurta) makin sedikit. Kontrol upaya sangat penting dilakukan kalau tujuan sustainable fisheries akan dicapai; bagi perikanan pelagis Laut Jawa kontrol tersebut dalam hal jumlah dan ukuran kapal, teknologi penangkapan, dan lama di laut.