Jo Santoso
Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STUDI POTENSI WISATA CAGAR BUDAYA DESA SANGLIAT DOL Edoardus Edwyn Ayowembun; Suryono Herlambang; Jo Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12922

Abstract

Sangliat Dol Village is one of the tourist villages located in Wertamrian sub-district, Tanimbar Islands Regency with an area of 20 hectares. Sangliat Dol Village is a tourist village area contained in the Tourism Area Development Plan in the Tanimbar Islands Regency and is written in the RTRW of West Southeast Maluku Regency 2012-2032 as a Cultural Tourism Area. The Cultural Tourism Area was developed in several villages, as an old traditional village that still has an important role in the cultural structure of West Southeast Maluku Regency. Sangliat Dol Village is also designated as the National Tourism Development Area (KPPN) of Tanimbar. However, the potential and attraction possessed by Sangliat Dol Village in the form of natural scenery, customs that are still closely attached, and historical relics have not been utilized to the maximum so that if developed properly it can increase the interest of domestic and foreign tourists to come to visit the village. Sangliat Dol. The author conducts several analyzes such as analysis of determining cultural heritage, location analysis, area footprint analysis, best practice analysis and analysis of proposed approaches to developing cultural heritage tourism so as to produce proposals for the concept of developing the Sangliat Dol Village Tourism Area in order to achieve a sustainable cultural heritage tourism area and attract tourists . Keywords: Cultural Conservation; Tourism; Customs; Ecotourism approach.Abstrak Desa Sangliat Dol merupakan salah satu desa wisata yang terletak di kecamatan Wertamrian, Kabupaten Kepulauan Tanimbar  dengan luas wilyah 20 Ha. Desa Sangliat Dol merupakan wilayah desa wisata yang terdapat dalam Rencana Pengembangan Kawasan pariwisata di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar serta tertulis dalam RTRW Kabupaten Maluku Tenggara Barat 2012-2032 sebagai Kawasan Wisata Budaya. Kawasan Wisata Budaya dikembangkan dibeberapa desa, sebagai desa adat tua yang masih memiliki peran penting dalam struktur budaya Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Desa Sangliat Dol juga ditetapkan sebagai Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) Tanimbar. Namun potensi dan daya Tarik yang dimiliki oleh Desa Sangliat Dol berupa pemandangan alam, adat istiadat yang masih melekat erat, serta peninggalan – peninggalan sejarah ini belum dimanfaatkan dengan maksimal sehingga jika dikembangkan dengan baik dapat meningkatkan minat wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung ke Desa Sangliat Dol. Penulis melakukan beberapa analisis seperti analisis penentuan cagar budaya, analisis lokasi, analisis tapak kawasan, analisis best practice serta analisis usulan pendekatan  pengembangan wisata cagar budaya sehingga menghasilkan usulan untuk konsep pengembangan Kawasan Wisata Desa Sangliat Dol demi tercapainya Kawasan wisata Cagar budaya yang berkelanjutan dan diminati wisatawan. 
PENERAPAN PROGRAM KOTAKU DALAM MENGATASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KAMPUNG RAWA BARAT, KELURAHAN KEBON JERUK, KOTA JAKARTA BARAT Tika Amelia Karina; Parino Rahardjo; Jo Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12870

Abstract

KOTAKU is government’s strategic program which intended to increase to basic infrastructure and service in slum areas. Kampung Rawa Barat is one of the towns which gets the priority in the implementation of KOTAKU program and the TORA location priority for Agrarian Reform Activities There are 3.7 hectares of slum area in Kampung Rawa Barat with various problems such as the condition of facilities and infrastructure, with indications of various problems besides that there are also 32 houses in Kampung Rawa Barat whose buildings stand on the banks of rivers. The problems that exist in slum areas are indicated by the existing conditions of basic facilities and infrastructure that have not been fully served and adequate. The purpose of this study was to analyze the respondents, the physical condition of housing and the community, the level of slums, the area, and the participation of the people living in this tourist area. The analytical method used is using a quantitative approach. The data sources used consist of 2 types, namely primary and secondary data. The number of research respondents was 88 respondents from a total of 2 RT (RT15/16). The results of this study indicate that the majority of the population living in slum areas are young men, working street vendors and earning an average of less than 1 million rupiah, and the majority of the population is dominated by natives. In addition, the physical condition of slum areas shows that there are residential buildings that are not suitable for habitation, settlements whose environmental roads do not meet technical standards, waste is still disposed of carelessly at several points, and there are still many houses that have not been served by septic pipes or septic tanks. The level of slums in the slum area in Kampung Rawa Barat is at the level of light slums. Meanwhile, the level of participation in the implementation of the KOTAKU program in Kampung Rawa Barat is at a moderate level of participation. Keywords: KOTAKU Program; Level of Dinginess; People’s Participation. Abstrak Program KOTAKU adalah program strategis pemerintah yang memiliki tujuan untuk meningkatkan infrastruktur dan pelayanan dasar pada kawasan permukiman kumuh perkotaan. Kampung Rawa Barat merupakan salah satu kampung kota yang mendapat prioritas pelaksanaan program KOTAKU, hal ini ditunjukkan pada daftar Kampung Kumuh dan juga Lokasi TORA Prioritas Kegiatan Reforma Agraria Provinsi DKI Jakarta. Terdapat 3,7 hektar kawasan kumuh di Kampung Rawa Barat dengan berbagai macam permasalahan. Permasalahan yang ada di dalam kawasan kumuh ditunjukkan dengan kondisi eksisting sarana dan prasarana dasar yang belum sepenuhnya terlayani serta memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik masyarakat responden, kondisi fisik perumahan dan permukiman kumuh, tingkat kekumuhan kawasan permukiman dan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggal pada kawasan permukiman kumuh. Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Sumber data yang digunakan terdiri dari 2 jenis yaitu data primer dan sekunder. Jumlah responden penelitian sebanyak 88 responden dari total 2 RT (RT15/16). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di kawasan permukiman kumuh mayoritas berjenis kelamin laki-laki golongan usia muda, dengan pekerjaan PKL serta berpenghasilan rata-rata dibawah 1 juta rupiah, dan mayoritas penduduk lebih didominasi oleh penduduk asli. Selain itu untuk kondisi fisik kawasan permukiman kumuh menunjukkan adanya bangunan hunian yang tidak layak huni, permukiman yang jalan lingkungannya belum sesuai standar teknis, sampah masih dibunag secara sembarangan di beberapa titik, dan masih banyak rumah yang belum terlayani saluran pipa septik atau tanki septiktank. Tingkat kekumuhan pada Kampung Rawa Barat berada pada tingkat kekumuhan Ringan. Sementara tingkat partisipasi dalam penyelenggaraan program KOTAKU di Kampung Rawa Barat berada pada tingkat partisipasi Sedang.