Suryono Herlambang
Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 47 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

STUDI KEBERHASILAN PENGELOLAAN OBJEK WISATA TAMAN TEBING BREKSI BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) OLEH MASYARAKAT DESA SAMBIREJO, KABUPATEN SLEMAN Maria Gratia Plena Mervelito; Parino Rahardjo; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8880

Abstract

At present, the tourism sector is a sector that is quite potential to be developed in Indonesia, because it is considered to have a positive impact as a driver of economic activity in this country. In addition, the development of tourism objects is also expected to be able to improve the economy of the surrounding community and educate the public to be able to develop their own area. Taman Tebing Breksi in Sleman Regency, Yogyakarta is one of the objects that has a tourism potential that was successfully managed by using the concept of Community Based Tourism (CBT) by the people of Sambirejo Village. Not yet known the factors that determine success in management are problems that occur in the management of the Taman Tebing Breksi. The main objective of this research is to analyze the factors of success in managing the Taman Tebing Breksi tourism object that applies the concept of Community Based Tourism (CBT). The concept of CBT is one way to create a sustainable tourism industry in an area, where local community participation is needed in developing tourism objects so that the management is successful. This research is a descriptive study with a combination of qualitative and quantitative approaches. Quantitative data collection is done by conducting field surveys to tourist sites and in-depth interviews with related parties, while for collecting qualitative data is done by filling out questionnaires by visitors. From this study the results will be obtained in the form of factors that influence the success in the management of Breksi Cliff Park attractions. Keywords: Breksi Cliff Park; Community Based Tourism Management; Geopark Tourism; Success Criteria AbstrakSaat ini, sektor pariwisata merupakan sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia, karena dianggap membawa dampak positif sebagai penggerak aktivitas perekonomian di negara ini. Selain itu, berkembangnya objek-objek wisata diharapkan juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dan mengedukasi masyarakat untuk dapat mengembangkan daerahnya sendiri. Taman Tebing Breksi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta adalah salah satu objek yang memiliki potensi wisata yang berhasil dikelola dengan menggunakan konsep Community Based Tourism (CBT) oleh masyarakat Desa Sambirejo. Belum diketahuinya faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengelolaan merupakan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan objek wisata Taman Tebing Breksi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor keberhasilan pengelolaan objek wisata Taman Tebing Breksi yang menerapkan konsep Community Based Tourism (CBT). Konsep CBT merupakan salah satu cara untuk menciptakan industri pariwisata berkelanjutan di suatu daerah, dimana partisipasi masyarakat setempat dibutuhkan dalam mengembangkan objek wisata sehingga pengelolaanya berhasil. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan melakukan survey lapangan ke lokasi wisata dan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan pihak terkait, sedangkan untuk pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh pengunjung. Penelitian ini mendapatkan hasil berupa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan objek wisata Taman Tebing Breksi.
STUDI INTEGRASI WISATA RELIGIUS DAN WISATA BAHARI (OBJEK STUDI: KAWASAN BANTEN LAMA DAN PELABUHAN KARANGANTU) Rizky Adhitya Pradani; Suryono Herlambang; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8951

Abstract

The Old Banten City and Port of Karangantu are located in Kasemen District, Serang City and are the remnants of the Sultanate of Banten in Java. This area was once the center of civilization and international trade in Java. The Old Banten City itself is currently the main tourist attraction in the City of Serang with the Banten Grand Mosque being the religious tourism destination in the City of Serang. In 2017, the number of tourists visiting the Banten Grand Mosque reached 1.7 million people. Its fate is vastly different from the Port of Karangantu which is currently not well developed as The Old Banten City. Whereas Karangantu itself has the potential for marine tourism with its natural products and access to marine tourism objects in the vicinity. Although there is a historical link between Banten Lama and Port of Karangantu, there is currently a developmental imbalance between the two objects, where the Old Banten City is much more developed than Karangantu Harbor. The purpose of this study is to propose any aspects that can be integrated from Religious Tourism in Banten Lama and Maritime Tourism in Port of Karangantu. This Research use qualitative descriptive methodology. The analysis used is policy analysis, location and site analysis, historical value analysis, tourist attraction analysis, tourism integration analysis. The results of this analysis are the discovery of two aspects that can be integrated for Tourism in The Old Banten City and Karangantu, namely accessibility and atmosphere between The Old Banten City and Karangantu. Keywords: integrated tourism; maritime tourism; Old Banten City; Port of Karangantu; religious tourism  AbstrakKawasan Banten Lama dan Pelabuhan Karangantu terletak di Kecamatan Kasemen, Kota Serang dan merupakan bekas peninggalan Kesultanan Banten di Pulau Jawa. Dahulu Kawasan ini menjadi pusat peradaban dan perdagangan internasional di Pulau Jawa. Kawasan Banten Lama sendiri saat ini menjadi daya tarik wisata utama di Kota Serang dengan adanya Masjid Agung Banten yang menjadi destinasi Wisata Religi di Kota Serang. Bahkan pada tahun 2017, jumlah Wisatawan yang berkunjung ke Masjid Agung Banten mencapai 1,7 Juta orang. Berbeda nasibnya dengan Kawasan Pelabuhan Karangantu yang saat ini tidak berkembang sepesat Banten Lama. Padahal Pelabuhan Karangantu sendiri memiliki potensi wisata bahari dengan hasil alamnya dan akses ke objek wisata bahari di sekitarnya. Walaupun adanya keterkaitan sejarah antara Banten Lama dan Pelabuhan karangantu namun saat ini terjadi ketimpangan perkembangan antar kedua objek ini, dimana daerah Banten Lama jauh lebih berkembang daripada Pelabuhan Karangantu. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan usulan faktor-faktor yang dapat di integrasikan dari Wisata Reliji di Banten Lama dan Wisata Bahari di Pelabuhan Karangantu. Menggunakan metodologi deskriptif kualititatif. Analisis yang digunakan yaitu analisis kebijakan, analisis lokasi dan tapak, analisis nilai sejarah, analisis daya tarik wisata, analisis integrasi wisata. Hasil dari analisis ini adalah ditemukannya dua unsur yang dapat dipadukan untuk Pariwisata Banten Lama dan Karangantu yang lebih terpadu yaitu aksesibilitas antar objek wisata dan suasana.antar objek wisata.
PENATAAN RUANG PUBLIK TEPI SUNGAI UNTUK MENGHIDUPKAN KEMBALI FUNGSI SUNGAI KOTA JAKARTA Jessica Wijaya; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12384

Abstract

Since humans first started living a sedentary lifestyle, river has played a significant role in people's lives and in the development of settlements. The role of river in urban life has also changed several times. Starting from the function as defense, trade routes, fisheries, logistics, to recreation. However, with the modernization of the city of Jakarta, a destructive view of river has emerged and has diminished the appreciation of the citizen for river. The city river has also long been abandoned and is located behind the building. The citizen cannot enjoy the river because there is no access that connects the river water with the mainland for the community. The project site is located in Kelurahan Pejagalan between Kali Angke and Kanal Banjir Barat. The project is designed as a cultural center with facilities for community activities on the riverfront. The project will be a public space for the community to interact, have recreation, and engage in sports, commercial and artistic activities. The writing method used is a qualitative approach through elaboration with descriptive methods with data collection techniques through field surveys and data search related to the object of study in the form of data from government agencies, literature studies, books, journals, and information from the internet. The design method used is an everydayness method.Keywords: City River;  Cultural Center; Ecology; Waterfront AbstrakSejak pertama manusia mulai menjalani gaya hidup menetap, sungai memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat dan dalam perkembangan permukiman. Peran sungai untuk kehidupan masyarakat kota juga telah berubah beberapa kali. Mulai dari fungsi sebagai pertahanan, jalur perdagangan, perikanan, logistik, hingga rekreasi. Namun dengan semakin modernnya kota Jakarta muncul pandangan bersifat destruktif terhadap sungai dan menghilangkan apresiasi masyarakat kota terhadap sungai. Sungai kota juga telah lama ditinggalkan dan diletakan dibelakang bangunan. Masyarakat kota tidak dapat menikmati sungainya karena tidak adanya akses yang menghubungkan perairan sungai dengan daratan bagi masyarakat. Lokasi proyek terletak di Kelurahan Pejagalan di antara Kali Angke dan Kanal Banjir Barat. Proyek didesain sebagai pusat kebudayaan dengan fasilitas yang mewadahi kegiatan masyarakat di tepian sungai. Proyek akan menjadi ruang publik bagi masyarakat untuk berinteraksi, berekreasi, dan melakukan kegiatan olahraga, komersial, dan seni. Metode penulisan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui penjabaran dengan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui survey lapangan dan pencarian data terkait objek studi berupa data dari instansi pemerintah, studi literatur, buku, jurnal, dan informasi dari internet. Metode perancangan yang digunakan adalah metode pendekatan keseharian yang dijadikan sebagai program pada proyek.  
PENATAAN KAMPUNG GUJI BARU DENGAN KONSEP KONSOLIDASI TANAH VERTIKAL Rani Rachmasari; Suryono Herlambang; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12890

Abstract

Infrastructure Development The West Jakarta Administration has several plans, such as a plan to develop an activity center system that supports activity services and as a spatial structure builderGuji Baru Village will be improved with the Vertical Land Consolidation Concept, because this village has conditions that do not meet the requirements to be a good area, have irregular land, with land consolidation this village can be reorganized into a regular area complete with infrastructure, so that achieve optimal land use. The concept of land consolidation can systematically combine scattered and irregular land according to spatial planning, distribute existing consolidated land to landowners proportionally, regulate the form and layout of ownership parcels, increase economic value through the provision of environmentally friendly facilities and infrastructure. adequate on land donated by the owner. This concept has the principle of Cost & Benefit Sharing to the community and related stakeholders such as the government and developers. Land readjustment in the concept of Vertical Land Consolidation as a Multipurpose Technique can provide a number of benefits in urban development, including land assembly or consolidation, government land acquisition for public purposes, infrastructure development, legal implementation, fair distribution of costs and benefits, registration Land analysis, and timely land development. This study aims to implement improvements to the Guji Baru slum in order to create a good living environment according to the spatial plan, applying the concept of Vertical Land Consolidation. Key Word: GTRA; Vertical Land Consolidation, Village ImprovementAbstrakPengembangan Infrastruktur Kota Administrasi Jakarta Barat memiliki beberapa rencana seperti rencana pengembangan system pusat kegiatan yang menunjang pelayanan kegiatan dan sebagai pembentuk struktur ruang. Kampung Guji Baru akan diperbaiki dengan Konsep Konsolidasi Tanah Vertikal, karena kampung ini memiliki kondisi yang kurang memenuhi syarat untuk menjadi kawasan yang baik, memiliki lahan yang tidak teratur, dengan konsolidasi lahan maka kampung ini dapat ditata kembali menjadi kawasan yang teratur lengkap dengan prasarana, agar tercapai penggunaan lahan yang secara optimal. Konsep Konsolidasi Tanah dapat menggabungkan secara sistematis lahan yang berpencar-pencar dan tidak teratur disesuaikan dengan tata ruang, mendistribusikan lahan yang telah ada dikonsolidasikan kepada pemilik lahan secara proporsional, mengatur bentuk dan tata letak persil kepemilikan, meningkatkan nilai ekonomis melalui pengadaan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai diatas lahan yang disumbangkan oleh pemilik. Konsep ini memiliki prinsip Cost & Benefit Sharing kepada masyarakat maupun stakeholder terkait seerti pemerintah dan developer. Penyesuaian kembali lahan dalan konsep Konsolidasi Tanah Vertikal sebagi Teknik multiguna dapat memberikan sejumlah manfaat dalam pembangunan perkotaan, termasuk perakitan atau konsolidasi tanah, pembebasan tanah pemerintah untuk tujuan umum, pembangunan infrastruktur, implementasi secara resmi, pembagian baiya dan manfaat yang adil, pendaftaran Analisa tanah, dan pengembangan tanah tepat waktu. Penlitian ini bertujuan untuk menerapkan perbaikan kampung kumuh Guji Baru agar tercipta lingkungan hidup yang baik sesuai rencana tata ruang, menerapkan konsep Konsolidasi Tanah Vertikal. 
STUDI POTENSI WISATA CAGAR BUDAYA DESA SANGLIAT DOL Edoardus Edwyn Ayowembun; Suryono Herlambang; Jo Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12922

Abstract

Sangliat Dol Village is one of the tourist villages located in Wertamrian sub-district, Tanimbar Islands Regency with an area of 20 hectares. Sangliat Dol Village is a tourist village area contained in the Tourism Area Development Plan in the Tanimbar Islands Regency and is written in the RTRW of West Southeast Maluku Regency 2012-2032 as a Cultural Tourism Area. The Cultural Tourism Area was developed in several villages, as an old traditional village that still has an important role in the cultural structure of West Southeast Maluku Regency. Sangliat Dol Village is also designated as the National Tourism Development Area (KPPN) of Tanimbar. However, the potential and attraction possessed by Sangliat Dol Village in the form of natural scenery, customs that are still closely attached, and historical relics have not been utilized to the maximum so that if developed properly it can increase the interest of domestic and foreign tourists to come to visit the village. Sangliat Dol. The author conducts several analyzes such as analysis of determining cultural heritage, location analysis, area footprint analysis, best practice analysis and analysis of proposed approaches to developing cultural heritage tourism so as to produce proposals for the concept of developing the Sangliat Dol Village Tourism Area in order to achieve a sustainable cultural heritage tourism area and attract tourists . Keywords: Cultural Conservation; Tourism; Customs; Ecotourism approach.Abstrak Desa Sangliat Dol merupakan salah satu desa wisata yang terletak di kecamatan Wertamrian, Kabupaten Kepulauan Tanimbar  dengan luas wilyah 20 Ha. Desa Sangliat Dol merupakan wilayah desa wisata yang terdapat dalam Rencana Pengembangan Kawasan pariwisata di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar serta tertulis dalam RTRW Kabupaten Maluku Tenggara Barat 2012-2032 sebagai Kawasan Wisata Budaya. Kawasan Wisata Budaya dikembangkan dibeberapa desa, sebagai desa adat tua yang masih memiliki peran penting dalam struktur budaya Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Desa Sangliat Dol juga ditetapkan sebagai Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) Tanimbar. Namun potensi dan daya Tarik yang dimiliki oleh Desa Sangliat Dol berupa pemandangan alam, adat istiadat yang masih melekat erat, serta peninggalan – peninggalan sejarah ini belum dimanfaatkan dengan maksimal sehingga jika dikembangkan dengan baik dapat meningkatkan minat wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung ke Desa Sangliat Dol. Penulis melakukan beberapa analisis seperti analisis penentuan cagar budaya, analisis lokasi, analisis tapak kawasan, analisis best practice serta analisis usulan pendekatan  pengembangan wisata cagar budaya sehingga menghasilkan usulan untuk konsep pengembangan Kawasan Wisata Desa Sangliat Dol demi tercapainya Kawasan wisata Cagar budaya yang berkelanjutan dan diminati wisatawan. 
PENATAAN KAWASAN WISATA PANTAI PANGUMBAHAN DENGAN KONSEP EKOWISATA Stanley Waworuntu; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4600

Abstract

Pangumbahan Beach is one of the beaches located in the south of Java Island, precisely in Pangumbahan Village, Ciracap District, Sukabumi Regency, West Java Province. This beach is the area of planning and development of marine tourism within RIPPARDA (Master Plan for Regional Tourism Development) based on District Regulation. Sukabumi No. 10 of 2010 article 49 and has a uniqueness that is not necessarily owned by other beaches such as attraction to release hatchlings, the character of waves that are suitable for surfing, wave character at some beach points suitable for surfing, good coral ecosystems, activities of the local community in Pangumbahan Village namely livestock, agriculture and fisheries with the majority as fishermen because of the extensive coastline that connects directly to the Indian Ocean. However, the potential and attractiveness of Pangumbahan sea turtle beach also needs the provision of facilities and accommodation to support the ecotourism area so that if it is laid out it will become an area with more attraction. The author conducts several analyzes such as policy analysis, location analysis, site analysis, geopark and ecotourism component analysis, best practice analysis, analysis of tourism activities, perception and preference analysis and space requirements analysis to produce a proposal or plan for Pangumbahan Beach Tourism Area with Ecotourism Concept. AbstrakPantai Pangumbahan merupakan salah satu pantai yang terletak di selatan Pulau Jawa,, tepatnya di Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pantai ini merupakan wilayah perencanaan dan pembangunan wisata bahari di dalam RIPPARDA (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah) berdasarkan Perda Kab. Sukabumi No. 10 Tahun 2010 pasal 49 serta memiliki keunikan yang belum tentu dimiliki oleh pantai lain seperti atraksi pelepasan tukik, karakter ombak yang sesuai dengan olahraga surfing, Karakter ombak di beberapa titik pantai sesuai untuk olahraga Surfing, ekosistem terumbu karang yang baik, kegiatan masyarakat lokal Desa Pangumbahan yakni kegiatan peternakan, pertanian dan perikanan dengan mayoritas sebagai nelayan karena garis pantai yang luas yang menghubungkan langsung ke Samudra Hindia. Namun potensi dan daya tarik yang dimiliki pantai penyu Pangumbahan ini juga perlu adanya penyediaan fasilitas dan akomodasi penunjang kawasan ekowisata sehingga jika ditata akan menjadi kawasan dengan daya tarik lebih. Penulis melakukan beberapa analisis seperti analisis kebijakan, analisis lokasi, analisis tapak, analisis komponen geopark dan ekowisata, analisis best practice, analisis kegiatan wisata, analisis persepsi dan preferensi dan analisis kebutuhan ruang sehingga menghasilkan usulan atau rencana penataan Kawasan Wisata Pantai Pangumbahan Dengan Konsep Ekowisata.
RENCANA PENATAAN KAWASAN DESTINASI WISATA PANTAI LASIANA KOTA KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Misella Maria Fransiska Dampung; Suryono Herlambang; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8867

Abstract

Lasiana Beach is one of the beaches in Lasiana Sub-district, Kelapa Lima District, Kupang City, East Nusa Tenggara Province. The selection of the Lasiana Beach area is because this area is a tourist area that has become an icon of Kupang City with natural beauty (sea and beach) and agro-tourism (palm trees). As a superior beach, the needs of supporting tourist activities do not match the needs and desires of visitors. This study aims to plan the arrangement of tourist areas that are in accordance with the physical, social and cultural, and economic potential, as well as the needs and desires of visitors. The method used in this research is quantitative and qualitative methods. Has 5 (five) planning concepts, namely first: disaster mitigation (prone to tsunamis and tidal waves), second: environmental preservation (agro-tourism: palm trees and mangroves), third: coastal tourism development (division of coastal and cultural tourism zones), fourth: integration and connectivity within the area (circulation of vehicles and visitors), and fifth: the development of strategic coastal tourism areas on the north coast of Kupang City. With the arrangement will produce a better form of Lasiana Beach. Some of the analyzes conducted are policy / regulatory analysis, environmental carrying capacity analysis, location analysis, site analysis, competitiveness analysis, visitor perception analysis, best practice analysis, analysis of the attractiveness of cultural tourism in the city of Kupang, and analysis of space requirements. Keywords: beach tourism area; beach sports activities and cultural art festival/event; planning AbstrakPantai Lasiana adalah salah satu pantai di Kelurahan Lasiana, kecamatan Kelapa Lima, kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pemilihan kawasan Pantai Lasiana dikarenakan kawasan ini merupakan kawasan wisata yang menjadi icon Kota Kupang dengan keindahan alam (laut dan pantai) dan agrowisata (pohon lontar). Sebagai pantai unggulan, kebutuhan penunjang aktivitas wisata belum sesuai kebutuhan dan keinginan pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk perencanaan penataan kawasan wisata yang sesuai dengan potensi secara fisik, sosial dan budaya, dan ekonomi, serta kebutuhan dan keinginan pengunjung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Memiliki 5(lima) konsep perencanaan yaitu pertama: mitigasi bencana ( rawan bencana tsunami dan gelombang pasang), kedua: pelestarian lingkungan (agrowisata: pohon lontar dan mangrove), ketiga: pengembangan pariwisata pantai (pembagian zona wisata pantai dan budaya), keempat: integrasi dan konektivitas dalam kawasan (sirkulasi kendaraan dan pengunjung), dan kelima: pengembangan kawasan strategis wisata pantai di pesisir Utara Kota Kupang. Dengan adanya penataan akan menghasilkan wujud Pantai Lasiana yang lebih baik. Beberapa analisis yang dilakukan yaitu analisis kebijakan/regulasi, analisis daya dukung lingkungan, analisis lokasi, analisis tapak, analisis competitiveness, analisis persepsi pengunjung, analisis best practice, analisis daya tarik wisata budaya di Kota Kupang, dan analisis kebutuhan ruang.
RENCANA PENGELOLAAN PARTISIPATIF OBJEK GEOWISATA TEBING KOJA (STUDI KASUS: TEBING KOJA, DESA CIKUYA, KECAMATAN SOLEAR, KABUPATEN TANGERANG) Sandra Soraya; Parino Rahardjo; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8862

Abstract

Tebing Koja tourism object has a geotourism attraction that attracts tourists and can give someone's curiosity because it has another designation that is "Cage Godzilla" and is located in the countryside in Tangerang Regency. Tebing Koja has its own uniqueness, namely the form of the towering cliffs separately as if bent on ancient times as a result of the results of sand / lime mining which was carried out before it was opened to the public for this tourism. Tebing Koja becomes very important that can be an economic support for the surrounding community who want to develop these attractions. However, participation by the community or community groups is only those who live around Tebing Koja. Other communities and the community of Cikuya Village are still indifferent to the existence of the Tebing Koja tourism object that can provide benefits in their economy. Based on the description, the researcher aims to describe the participatory form in the community or group in managing the Tebing Koja tourism object in Cikuya Village to make tourism sustainable. The concept of sustainable tourism is applied in planning for management so that it is always sustainable in the future by utilizing existing resources. This study uses a qualitative approach with a descriptive analysis method that uses participatory description in the management of the Tebing Koja tourism object. Researchers use various data sources to be studied, describe and explain comprehensively from various aspects of individuals, groups, organizations, events systematically. Data collection techniques used by researchers are observation, in-depth interviews, and documentation. The results of this study show the role of the community in managing tourist objects, the concept of community-based management or Community Based Tourism (CBT) and the inhibiting factors. Keywords:  Community Based Tourism (CBT) Management; Stakeholders Partnership; Geopark Tourism Planning; Koja Cliff Park AbstrakObjek wisata Tebing Koja memiliki daya tarik geowisata yang memikat wisatawan dan dapat memberikan rasa ingin tahu seseorang karena memiliki sebutan lain yaitu “Kandang Godzilla” dan letaknya berada di dalam perdesaan di Kabupaten Tangerang. Tebing Koja memiliki keunikan tersendiri, yaitu bentuk tebingnya yang menjulang tinggi secara terpisah seperti bentukkan pada zaman purba akibat dari hasil penambangan pasir/kapur yang dilakukan sebelum dibukanya untuk umum pariwisata ini. Tebing Koja menjadi sangat penting yang dapat menjadi penunjang ekonomi bagi masyarakat sekitar yang ingin mengembangkan objek wisata tersebut. Namun, partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok masyarakat hanyalah mereka yang tinggal di sekitaran Tebing Koja. Masyarakat lain maupun masyarakat Desa Cikuya masih acuh tak acuh terhadap adanya objek wisata Tebing Koja yang dapat memberikan keuntungan dalam perekonomian mereka. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk partisipatif pada masyarakat atau kelompok dalam pengelolaan objek wisata Tebing Koja di Desa Cikuya agar menjadikan pariwisata berkelanjutan. Konsep pariwisata berkelanjutan diterapkan dalam perencanaan pengelolaannya agar selalu berkesinambungan di kemudian hari dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis yang menggunakan pendeksripsian partisipatif dalam pengelolaan objek wisata Tebing Koja. Peneliti menggunakan berbagai sumber data untuk diteliti, menguraikan dan menjelaskannya secara komperhensif dari berbagai aspek dari individu, kelompok, organisasi, peristiwa secara sistematik. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, in-depth interview, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan peran masyarakat dalam pengelolaan objek wisata, konsep pengelolaan berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT) dan faktor-faktor penghambatnya. 
HUNIAN SOSIAL DENGAN PENDEKATAN GREEN ARCHITECTURE Naganda Putra Margamu; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12403

Abstract

House is a place to live for the residents should feel comfortable and live ini decent place. The lack of green open space in Jakarta causes pollution to increase. The city of jakarta should use green open spaces fot its citizens to better, including the lower class community where they need these facillities so that their lives become more decent in terms of social and health aspects. Therefore, this project is carried out to make the public aware of the importance of green open space in Jakarta and to make a suitable place for the lower class community. This project offers a social housing progam and green open space for residents and the surrounding community. By using stack design methods to make, the building, site, and surroundings connected. This project also implements a green building system where there is a lack of green space in jakara. In this design, the method applies rainwater haversting, food production, and greenery on each floor. In the residents section, there are markets, stalls, selling ornamental plants, water, and foodcourt for thr residents work and facilities for the surrounding community such as jogging tracks, playgorund, parks, and else. So that nature, residents, society will keep each other healthy.Keywords:  Social Housing; Open Green Spaces; Green BuildingAbstrak Rumah menjadi tempat untuk tinggal bagi para penghuni. Dimana penghuni harus merasakan tempat yang nyaman dan layak. Kurangnya ruang terbuka hijau di Jakarta menyebabkan polusi semakin meningkat. Kota Jakarta seharusnya menggunakan ruang terbuka hijau bagi warganya untuk menjadi lebih baik, tak terkecuali masyarakat kalangan bawah dimana mereka membutuhkan fasilitas fasilitas tersebut agar kehidupan mereka menjadi lebih layak dalam aspek sosial maupun kesehatan. Oleh karena itu proyek ini dilakukan untuk menyadarkan masyarakat pentingnya ruang terbuka hijau di jakarta serta membuat tempat yang layak bagi masyarakat kalangan bawah. Pada proyek ini menawarkan progam social housing dan juga ruang terbuka hijau bagi para penghuni maupun masyarakat sekitar. Dengan menggunakan metode perancangan stack yang bertujuan  agar bangunan, tapak dan sekitarnya saling terhubung satu sama lain. Proyek ini juga menerapkan sistem green building yang dimana minimnya ruang hijau di jakarta. Pada metode perancangan ini menerapkan raiwater haversting, food production, dan penghijauan di setiap lantainya. Pada bagian penghuni terdapat pasar, warung, menjual tanaman hias, warteg dan foodcourt untuk pekerjaan para penghuni serta fasilitas fasilitas pada masyarakat sekitar seperti jogging track, taman bermain, taman dan sebagainya. Sehingga alam, penghuni, masyarakat tetap saling menyehatkan. 
PERENCANAAN KAWASAN WISATA GUNUNG CABE, KABUPATEN BOGOR Muhamad Shidqi Shadiqin; Suryono Herlambang; Sylvie Wirawati
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8879

Abstract

Gunung Cabe Tourism Area is one of the tourism areas owned by Perhutani KPH Bogor and managed by LMDH Bina Lestari. Gunung Cabe Tourism Area is located in Cikuda Village, Parungpanjang District, Bogor Regency, and has an area of 14 ha. This tourist area has a characteristic that is the natural scenery from the top of Mount Chili with rock view so that many visitors come to the Mount Cabe Tourism Area, besides that many visitors come to this tourist area to practice motocross. This Mount Cabe Tourism Area has the potential of its natural beauty, and the area has the potential for motocross communities to do the exercises. But in this tourist area is still lacking of facilities, infrastructure, and tourist facilities so that the potential that exists in the area of this area becomes less visible. The author conducted several analyzes such as site and site analysis, tourist attraction analysis, tourism concept analysis, best practice analysis, and analysis of spatial requirements so as to produce proposals and Planning for the Gunung Cabe Tourism Area planned with the concept of geotourism. Keywords: Geotourism; Gunung Cabe Tourism Area; Planning; Tourism Potential Abstrak Kawasan Wisata Gunung Cabe merupakan salah satu kawasan wisata yang dimiliki oleh Perhutani KPH Bogor dan dikelola oleh LMDH Bina Lestari. Kawasan Wisata Gunung Cabe terletak di Desa Cikuda, Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor, dan memilik luas 14 ha. Kawasan wisata ini memiliki ciri khas yaitu pemandangan alam dari atas Puncak Gunung Cabe dengan view bebatuan sehingga pengunjung banyak yang mendatangi Kawasan Wisata Gunung Cabe, selain itu banyak pengunjung yang datang ke kawasan wisata ini untuk berlatih motocross. Kawasan Wisata Gunung Cabe ini memiliki potensi keindahan alamnya, dan kawasan memiliki potensi untuk para komunitas motocross untuk melakukan latihan. Namun pada kawasan wisata ini masih kekurangan dari sarana, prasrana, dan fasilitas wisata sehingga potensi yang ada di area kawasan ini menjadi kurang terlihat. penulis melakukan beberapa analisis seperti analisis lokasi dan tapak, analisis daya tarik wisata, analisis konsep wisata, analisis best practice, dan analisis kebutuhan ruang sehingga menghasilkan usulan dan Perencanaan Kawasan Wisata Gunung Cabe yang direncanakan dengan konsep geowisata.