Parino Rahardjo
Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 36 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

STUDI KEBERHASILAN PENGELOLAAN OBJEK WISATA TAMAN TEBING BREKSI BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) OLEH MASYARAKAT DESA SAMBIREJO, KABUPATEN SLEMAN Maria Gratia Plena Mervelito; Parino Rahardjo; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8880

Abstract

At present, the tourism sector is a sector that is quite potential to be developed in Indonesia, because it is considered to have a positive impact as a driver of economic activity in this country. In addition, the development of tourism objects is also expected to be able to improve the economy of the surrounding community and educate the public to be able to develop their own area. Taman Tebing Breksi in Sleman Regency, Yogyakarta is one of the objects that has a tourism potential that was successfully managed by using the concept of Community Based Tourism (CBT) by the people of Sambirejo Village. Not yet known the factors that determine success in management are problems that occur in the management of the Taman Tebing Breksi. The main objective of this research is to analyze the factors of success in managing the Taman Tebing Breksi tourism object that applies the concept of Community Based Tourism (CBT). The concept of CBT is one way to create a sustainable tourism industry in an area, where local community participation is needed in developing tourism objects so that the management is successful. This research is a descriptive study with a combination of qualitative and quantitative approaches. Quantitative data collection is done by conducting field surveys to tourist sites and in-depth interviews with related parties, while for collecting qualitative data is done by filling out questionnaires by visitors. From this study the results will be obtained in the form of factors that influence the success in the management of Breksi Cliff Park attractions. Keywords: Breksi Cliff Park; Community Based Tourism Management; Geopark Tourism; Success Criteria AbstrakSaat ini, sektor pariwisata merupakan sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia, karena dianggap membawa dampak positif sebagai penggerak aktivitas perekonomian di negara ini. Selain itu, berkembangnya objek-objek wisata diharapkan juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dan mengedukasi masyarakat untuk dapat mengembangkan daerahnya sendiri. Taman Tebing Breksi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta adalah salah satu objek yang memiliki potensi wisata yang berhasil dikelola dengan menggunakan konsep Community Based Tourism (CBT) oleh masyarakat Desa Sambirejo. Belum diketahuinya faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengelolaan merupakan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan objek wisata Taman Tebing Breksi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor keberhasilan pengelolaan objek wisata Taman Tebing Breksi yang menerapkan konsep Community Based Tourism (CBT). Konsep CBT merupakan salah satu cara untuk menciptakan industri pariwisata berkelanjutan di suatu daerah, dimana partisipasi masyarakat setempat dibutuhkan dalam mengembangkan objek wisata sehingga pengelolaanya berhasil. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan melakukan survey lapangan ke lokasi wisata dan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan pihak terkait, sedangkan untuk pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh pengunjung. Penelitian ini mendapatkan hasil berupa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan objek wisata Taman Tebing Breksi.
PENATAAN KAMPUNG WISATA KREATIF DAGO POJOK BANDUNG Bayudhira Ramadhana; Parino Rahardjo; Irwan Wipranata
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4604

Abstract

Every City in Indonesia has their own tourist attractions from each potential resources from the tourism destination, some of them have facility issues. Most of the tourism villages use education for their attraction tourism who shares experience and knowledge for the visitors, meanwhile the facilities provided for tourism village to fill their needs and comforts for visitors are limited. This research was held in Kampung Dago Pojok, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Bandung. The problem in this situation is the lack of facilities inside the tourism village of Dago Pojok from the perspective of basic needs, comforts, and safety of visitors. Method that is used is description which explained the needs and today’s existing through picture from the field observation, perception, and tourists’ preference from the questionnaire distributions and interviews. The result from this research is the contribution of the village’s society, organization, and the management to fulfill the needs and comforts of visitors, in the form of support facilities and additional facilities that will be fulfilled with the preference of educational tourism from the visitors. AbstrakSetiap kota di Indonesia pasti terdapat tempat wisata yang memiliki daya tariknya masing-masing, seperti salah satunya adalah jenis wisata edukasi dalam bentuk kesenian, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Penelitian ini dilakukan di Kampung Dago Pojok, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Bandung. Permasalahan pada penelitian ini adalah kurangnya fasilitas di dalam kampung wisata Dago Pojok untuk menunjang kebutuhan dasar kenyamanan dan keamanan dari para wisatawan kampung wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana penunjang dan mengetahui tingkat keamanan dan kenyamanan wisatawan dalam menjalankan kegiatan wisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan sampel dengan wawancara, observasi lapangan dan penyebaran kuisioner untuk responden, yaitu para wisatawan. Hasil dari penelitian ini diharapkan kontribusi dari masyarakat kampung, organisasi dan pihak pengelola untuk memenuhi kebutuhan dan kenyamanan dari wisatawan, yaitu berupa fasilitas-fasilitas penunjang serta fasilitas tambahan dari perferensi wisatawan berdasarkan wisata edukasi dari wisatawan yang akan dipenuhi.
STRATEGI MENINGKATKAN JUMLAH PENGUNJUNG WISATA TAMAN BUAYA TANJUNG PASIR Antonius Dwinarendra; Parino Rahardjo; Priyendiswara Agustina Bela
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8875

Abstract

 Crocodile Tourism Park has a land area of 5 hectares. This crocodile park is located in Tanjung Pasir tourist area, as a tourist destination in and around Kabupaten Tangerang. This crocodile park has been operating since 2005 owned by Lukman Arifin. This crocodile park is the only theme park of fauna and breeding, especially crocodile in Tangerang. This crocodile park is expected to be one of the new icons in Tanjung Pasir tourism area and become an educative amusement park. At the moment there are more than 400 crocodiles of new age hatch up to 70 years and in this crocodile park has a rare collection of albino crocodiles. In addition to seeing crocodiles in this crocodile park can also feed crocodiles. Once this crocodile park has various performances of crocodile, selling the knacks, but now stopped because of the visitors. This research aims to determine the potential and problems of the Tanjung Pasir Crocodile Park, which has an impact on visitors. Data collection is done by field survey, questionnaire scatter, interview, documentation and literature study. From analysis results conducted such as site and site analysis, benchmark analysis, visitor perception analysis and policy, resulted in strategy proposals such as from the start of physical repair, improvement of management, and proposed promotion of tourist parks. So visitors feel interested to visit. Keywords: crocodile park; strategy; visitors AbstrakTaman Wisata Buaya Tanjung Pasir memiliki luas lahan 5 hektare. Taman buaya ini berada di Kawasan Wisata Tanjung Pasir, sebagai destinasi wisata di Kabupaten Tangerang dan sekitarnya. Taman Buaya ini telah beroperasi sejak 2005 yang dimiliki oleh Lukman Arifin. Taman buaya ini merupakan satu – satunya taman hiburan fauna dan penangkaran khususnya buaya yang ada di Tangerang. Taman buaya ini diharapkan menjadi salah satu ikon baru di Kawasan Wisata Tanjung Pasir dan menjadi taman hiburan yang edukatif. Pada saat ini terdapat lebih dari 400 ekor buaya dari usia baru menetas sampai 70 tahun dan di taman buaya ini memiliki koleksi buaya albino yang terbilang langka. Selain melihat buaya di taman buaya ini juga dapat memberi makan buaya. Dahulu taman buaya ini memiliki berbagai pertunjukan pawang buaya, menjual pernak – pernik buaya, namun kini sudah berhenti karena sepinya pengunjung. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada di Taman Buaya Tanjung Pasir yang berdampak pada sepinya pengunjung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey lapangan, sebar kuisioner, wawancara, dokumentasi dan studi literature. Dari hasil analisis yang dilakukan seperti analisis lokasi dan tapak, analisis benchmark, analisis persepsi pengunjung dan kebijakan, dihasilkan usulan strategi seperti dari mulai perbaikan fisik, perbaikan menejemen, dan usulan promosi taman wisata. Sehingga pengunjung merasa tertarik untuk berkunjung. 
RENCANA PENATAAN KAMPUNG NELAYAN KAMAL MUARA SEBAGAI KAMPUNG WISATA (OBJEK STUDI: KAMPUNG NELAYAN, KELURAHAN KAMAL MUARA, JAKARTA UTARA) Irma Dela Larasita; Parino Rahardjo; Bambang Deliyanto
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8873

Abstract

North Jakarta has potential for maritime tourism and ports because of its place on the coastal area. Like Kamal Muara Fishing Village in Penjaringan Subdistrict, North Jakarta is a slum area and densely populated. To change the impression that slum area, Kamal Muara changes the village’s physicality of painting the village into the colors. This village is starting point for crossing into the Pulau Seribu and is famous for markets and fish auctions. Because of this fish market, the conditions around the port are smelly and dirty. Tourists who want to visit become reluctant to come because of these conditions and often get lost to the Angke Pier. Poor access conditions and frequent traffic jams, because the Kapuk Kamal road has a small right of way 9 meters and is located in an industrial environment. The purpose of this fisherman village management plan is to propose a planning for a fishing village as a tourism village that can be sustainable in accordance with the tourism component and provide a list of activities that can improve the quality of life, economy and environment as a tourist village. The method used is descriptive, benchmarking and perception. Therefore, the planning of Kamal Muara fishing village planning is needed for community participation, because sustainable tourism is not only a physical damage to the environment, but also includes social and cultural as well as economic development, so that the quality of life and income of the community can increase. It takes the government and other institutions to help build a tourist village. Formation of community organizations in creating human resources for the development and management of tourist villages. Keywords:  fishing village; Kamal Muara, participation; sustainable tourism AbstrakJakarta Utara memiliki potensi wisata bahari dan pelabuhan karena letaknya yang berada di pesisir. Seperti Kampung Nelayan Kamal Muara yang berada di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan perkampungan kumuh dan padat penduduk, untuk menghilangkan kesan kumuh kampung nelayan merubah fisik kampung dengan mengecat kampung menjadi warna-warni. Kampung ini merupakan titik start penyebrangan ke Pulau Seribu dan terkenal dengan pasar serta pelelangan ikannya. Karena pasar ikan inilah kondisi sekitar pelabuhan menjadi bau dan kotor. Wisataan yang ingin berkunjung  menjadi segan untuk datang karena kondisi tersebut dan sering tersesat ke Dermaga Angke. Kondisi akses yang kurang baik dan sering terjadi kepadatan lalu lintas, karena  jalan Kapuk Kamal memiliki ROW yang kecil yaitu 9 meter dan berada dilingkungan industri. Tujuan rencana penataan kampung nelayan ini untuk memberikan usulan perencanaan kampung nelayan sebagai kampung wisata yang dapat berkelanjutan yang sesuai dengan komponen pariwisata dan memberikan usulan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup, perekonomian serta lingkungan sebagai kampung wisata. Metode yang digunakan secara deskriptif, benchmarking dan persepsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kampung Nelayan Kamal Muara memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan dengan menggunakan konsep pariwisata yang berkelanjutan dan wisata berbasis community based development. Oleh karena itu, rencana usulan penataan Kampung Nelayan Kamal Muara dibutuhkan partisipasi masyaraka, karena pariwisata berkelanjutan tidak hanya menyangkut fisik lingkungan, tetapi juga menyertakan sosial dan budaya serta pembangunan perekonomian, sehingga kualitas hidup dan pendapatan masyarakat dapat meningka. Dibutuhkan pemerintah dan lembaga lainnya dapat membantu pembangunan kampung wisata. Pembentukan organisasi masyarkat dalam menciptakan sumber daya manusia untuk pembangunan serta pengelolaan kampung wisata.
STUDI TRANSFORMASI PENGGUNAAN PASAR PALMERAH (OBJEK STUDI: PASAR PALMERAH, KELURAHAN GELORA, KECAMATAN TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT) Amelya Putri Sakie; Parino Rahardjo; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8870

Abstract

Palmerah Market is one of the traditional markets which was established since the time of Batavia and was managed by PD. Pasar Jaya in revitalization in 1999 and the usage period of Palmerah market has run out on July 2019. According to the survey results 10 years lately there is a decline of visitors often felt by traders in Palmerah market. Changes in the function of space affecting the activities and patterns of buying and selling in Palmerah market. The physical condition of market building suffered a lot of decline, causing Palmerah market to lose its existence. Palmerah Market is located in a crowded area with functions as a transfer point of public transportation so PD. Pasar Jaya In response to the right to use Pasar Palmerah and to improve the market image then planned market development in Palmerah market that combined with residential function. The purpose of this research is identified basic principle of re-planning (Redesign) Palmerah market with attention to changes/transformation pattern of buying and selling in Palmerah market and potential market location. A qualitative approach is used to describe the existing market conditions and identify the market aspects that are experiencing transformation. The final result showed a physical change and the transformation of Palmerah market activity in terms of sellers, buyers, and managers but among the stakeholders was not there coordinated in the reply transformation. The plan of changing market concept contradicts with City Planning and not yet there is a market that successfully terrorized the concept in Indonesia but because it is in a strategic location may be a PD plan. Pasar Jaya can be done at Palmerah market. Keywords:  Activity; PD. Pasar Jaya; Revitalization; Traditional market; Transformation AbstrakPasar Palmerah merupakan salah satu Pasar tradisional yang berdiri sejak zaman Batavia dan dikelolah olah PD. Pasar Jaya di revitalisasi pada tahun 1999 dan masa pakai Pasar Palmerah telah habis pada Juli 2019. Menurut hasil survey 10 tahun belakangan ini terjadi penurunan pengunjung yang kerap dirasakan oleh pedagang di Pasar Palmerah. Perubahan fungsi ruang yang terjadi mempengaruhi aktivitas dan pola jual beli di Pasar Palmerah. Kondisi fisik bangunan Pasar mengalami banyak penurunan, menyebabkan Pasar Palmerah semakin kehilangan eksistensinya. Pasar Palmerah berada di kawasan yang ramai dengan fungsi sebagai titik perpindahan moda transportasi umum sehingga PD. Pasar Jaya dalam menanggapi hak pakai Pasar Palmerah yang telah habis dan untuk memperbaiki citra Pasar maka direncanakan pengembangan Pasar di Pasar Palmerah yang dipadukan dengan fungsi hunian. Tujuan dari penelitian ini Teridentifikasi Prinsip Prinsip dasar perencangan kembali (Redesign) Pasar Palmerah dengan memperhatikan perubahan/ transformasi pola jual beli di Pasar Palmerah dan potensi lokasi Pasar. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi eksisting Pasar dan mengidentifikasi aspek pasar yang mengalami transformasi. Hasil akhir menunjukan terjadi perubahan secara fisik serta transformasi aktivitas Pasar Palmerah dari segi penjual , perubahan karakter pembeli , serta pengelola namun antar stakeholder tidak ada terkoordinasi dalam menaggapi transformasi . Rencana perubahan konsep pasar bertentangan dengan RDTR Kota serta belum terdapat pasar yang berhasil menerapaka konsep tersebut di Indonesia namun karena berada di lokasi yang strategis mungkin saja rencana PD.Pasar Jaya dapat dilakukan di Pasar Palmerah.
EVALUASI PROSES KEBIJAKAN PERUMAHAN TIDAK TERTATA (STUDI KASUS: PASAR IKAN PENJARINGAN, JAKARTA UTARA) Fany Namirah Kurnia; Parino Rahardjo
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4608

Abstract

The existence of slum area is a phenomenon that is common in urban areas in Indonesia, especially DKI Jakarta. Generally these slums are inhabited by Low-Income Communities (MBR) so that slums appear that are caused by illegal land use. One of the government's efforts in overcoming the problem of illegal occupancy is by implementing a relocation policy. However, in practice, there is often rejection from affected parties. One of the relocation policies that received the rejection was the relocation of residents of the Network Fish Market to Rusunawa. In this research the researcher aims to find out the relocation process in the Penjaringan Fish Market and find out the factors that influence the process seen from how the coordination between the parties involved. This study uses descriptive qualitative methods and from the results obtained it is known that the relocation policy process in the Fish Market is still not good. This was influenced by the absence of clear procedures regarding relocation in Jakarta as well as several other factors such as lack of resources, facilities, and attitudes of the implementers. AbstrakKeberadaaan permukiman kumuh merupakan fenomena yang umum terjadi di kawasan perkotaan di Indonesia khususnya DKI Jakarta. Umumnya permukiman kumuh ini dihuni oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sehingga muncul permukiman kumuh yang disebabkan oleh penggunaan lahan secara ilegal. Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan hunian ilegal ini adalah dengan mengeluarkan kebijakan relokasi. Akan tetapi pada praktiknya, sering terjadi penolakan dari pihak terdampak. Salah satu kebijakan relokasi yang mendapat penolakan tersebut adalah relokasi warga Pasar Ikan Pejaringan ke Rusunawa. Pada penilitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui proses relokasi di Pasar Ikan Penjarigan serta mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi proses tersebut dilihat dari bagaimana koordinasi antar pihak yang terlibat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif dan dari hasil yang didapatkan  diketahui bahwa proses kebijakan relokasi di Pasar Ikan ini masih kurang baik. Hal ini dipegaruhi oleh tidak adanya prosedur yang jelas mengenai relokasi di Jakarta serta beberapa faktor lain seperti kurangnya Sumber Daya, Fasiilitas, dan Sikap dari pelaksana.
RENCANA PENGELOLAAN PARTISIPATIF OBJEK GEOWISATA TEBING KOJA (STUDI KASUS: TEBING KOJA, DESA CIKUYA, KECAMATAN SOLEAR, KABUPATEN TANGERANG) Sandra Soraya; Parino Rahardjo; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8862

Abstract

Tebing Koja tourism object has a geotourism attraction that attracts tourists and can give someone's curiosity because it has another designation that is "Cage Godzilla" and is located in the countryside in Tangerang Regency. Tebing Koja has its own uniqueness, namely the form of the towering cliffs separately as if bent on ancient times as a result of the results of sand / lime mining which was carried out before it was opened to the public for this tourism. Tebing Koja becomes very important that can be an economic support for the surrounding community who want to develop these attractions. However, participation by the community or community groups is only those who live around Tebing Koja. Other communities and the community of Cikuya Village are still indifferent to the existence of the Tebing Koja tourism object that can provide benefits in their economy. Based on the description, the researcher aims to describe the participatory form in the community or group in managing the Tebing Koja tourism object in Cikuya Village to make tourism sustainable. The concept of sustainable tourism is applied in planning for management so that it is always sustainable in the future by utilizing existing resources. This study uses a qualitative approach with a descriptive analysis method that uses participatory description in the management of the Tebing Koja tourism object. Researchers use various data sources to be studied, describe and explain comprehensively from various aspects of individuals, groups, organizations, events systematically. Data collection techniques used by researchers are observation, in-depth interviews, and documentation. The results of this study show the role of the community in managing tourist objects, the concept of community-based management or Community Based Tourism (CBT) and the inhibiting factors. Keywords:  Community Based Tourism (CBT) Management; Stakeholders Partnership; Geopark Tourism Planning; Koja Cliff Park AbstrakObjek wisata Tebing Koja memiliki daya tarik geowisata yang memikat wisatawan dan dapat memberikan rasa ingin tahu seseorang karena memiliki sebutan lain yaitu “Kandang Godzilla” dan letaknya berada di dalam perdesaan di Kabupaten Tangerang. Tebing Koja memiliki keunikan tersendiri, yaitu bentuk tebingnya yang menjulang tinggi secara terpisah seperti bentukkan pada zaman purba akibat dari hasil penambangan pasir/kapur yang dilakukan sebelum dibukanya untuk umum pariwisata ini. Tebing Koja menjadi sangat penting yang dapat menjadi penunjang ekonomi bagi masyarakat sekitar yang ingin mengembangkan objek wisata tersebut. Namun, partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok masyarakat hanyalah mereka yang tinggal di sekitaran Tebing Koja. Masyarakat lain maupun masyarakat Desa Cikuya masih acuh tak acuh terhadap adanya objek wisata Tebing Koja yang dapat memberikan keuntungan dalam perekonomian mereka. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk partisipatif pada masyarakat atau kelompok dalam pengelolaan objek wisata Tebing Koja di Desa Cikuya agar menjadikan pariwisata berkelanjutan. Konsep pariwisata berkelanjutan diterapkan dalam perencanaan pengelolaannya agar selalu berkesinambungan di kemudian hari dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis yang menggunakan pendeksripsian partisipatif dalam pengelolaan objek wisata Tebing Koja. Peneliti menggunakan berbagai sumber data untuk diteliti, menguraikan dan menjelaskannya secara komperhensif dari berbagai aspek dari individu, kelompok, organisasi, peristiwa secara sistematik. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, in-depth interview, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan peran masyarakat dalam pengelolaan objek wisata, konsep pengelolaan berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT) dan faktor-faktor penghambatnya. 
EVALUASI PENGELOLAAN JEMBATAN PENYEBERANGAN MULTIGUNA TANAH ABANG Hari Azhari; Parino Rahardjo
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 1 (2020): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i1.7289

Abstract

The Tanah Abang Multiway Skybridge is a building located at Tanah Abang Market Area, precisely in Kampung Bali Village, Tanah Abang District, Central Jakarta. The Tanah Abang Multiway Skybridge was built on the basis of the relocation of street vendors in Tanah Abang Area, which was built by PD Saran Jaya and the Regional Government of DKI Jakarta. The construction of the Tanah Abang Multiway Skybridge is based on the instruction of the Governor of DKI Jakarta, Anies Baswedan, to relocate street vendor who are mushrooming and often create traffic jam on Jati Baru Raya Street. The Tanah Abang Multiway Skybridge was built in August 2018 and began operating on a trial period in December 2018.  With The Tanah Abang Multiway Skybrigde in The Tanah Abang Area, it has become a new trending area in The Tanah Abang Market Area which is directly connected with several modes of transportation and also other Tanah Abang Market Areas. But The Tanah Abang Multiway Skybrigde Area still has shortcomings in terms of its management, especially on the availability of facilities such as toilets, seating and also the charging booth as well as in terms of cleaniliness and securities. The Author conducted several analyses such as policy analysis, location analysis, site analysis, best practies analysis and them analysis of perception and preference of visitors to produce proposals and the management evaluation plans at Tanah Abang Multiway Skybridge Area.Keywords: evaluation; management; skybridgeAbstrakJembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang merupakan suatu bangunan yang terletak di kawasan Pasar Tanah Abang tepatnya di Kelurahan Kampung Bali, kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Jematan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang dibangun atas dasar relokasi para pedagang kaki lima pada kawasan Tanah Abang yang dibangun oleh PD Sarana Jaya dan Pemerintah DKI Jakarta. Pembangunan Jembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang ini didasari oleh instruksi Gubernur DKI Jakarta yaitu Anies Baswedan guna untuk merelokasi para pedagang kaki lima yang menjamur dan kerap selalu membuat kemacetan pada Jalan Jatibaru Raya. Jembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang dibangun pada bulan Agustus tahun 2018 dan mulai dioperasikan dengan masa percobaan pada bulan Desember tahun 2018. Dengan adanya Jembatan Penyeberangan Multiguna, menjadikannya sebagai kawasan perdagangan baru pada kawasan pasar Tanah Abang yang terhubung langsung dengan beberapa moda Transportasi dan juga kawasan pasar Tanah Abang lainnya. Namun kawasan Jembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang ini masih memiliki kekurangan pada segi pengelolaannya, terutama pada ketesediaan fasilitas seperti toilet, tempat duduk dan juga charging booth serta pada segi kebersihan dan keamanannya. Penulis melakukan beberapa analisis seperti analisis kebijkana, analisis lokasi, analisis tapak, analisis best practies serta analisis presepsi dan preferensi pengunjung sehingga menghasilkan usulan dan rencana evaluasi pengelolaan pada kawasan Jembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang.
PENGEMBANGAN PERUMAHAN SUBSIDI UNTUK PEKERJA INDUSTRI DI KARAWANG Hubert Winata; Parino Rahardjo
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 1 (2020): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i1.7272

Abstract

Housing has always been a necessity in the lives of modern man. Anyone who was already working needs to own at least some form of housing. Development of a city plays a part in determining the prices of the housing sold whereas in the central and business district houses can be very expensive, the one’s at the outskirt of the town can be cheaper or it can be which will be shown in this research. The government concerned offered developers a project which is known as Subsidized Housing, a house which is cheap with lots of benefits to encourage low income buyers. The industrial sector is known for its High Workforce which implies that a lot of manpower is involved, this creates ample market opportunities. Why don’t we see a lot of subsidized housing? This concerns the fact that not all houses built for this manner yields enough profit to entice developers to actually build them. Thus the research for counting the actual benefit must be done in order to convince developers that there is an acceptable return to be gained when developing Subsidized Housing. The analysis conducted in this research include location analysis, site analysis, legality analysis, comparative object study analysis, preference analysis and financial analysis. The analytical tool used is the analysis of proximity, Discounted Cashflow, Sensitivity Analysis, descriptive and quantitative. The results of this study are the amount of returns obtained by the developer in n years, the length of the return and the percentage of profits. Keywords: building material; developer’s profit; industrial district; subsidized housing ABSTRAKRumah sudah menjadi sesuatu yang wajar dimiliki oleh masyarakat di berbagai kalangan, rumah tidak hanya berperan dalam memberikan perlindungan terhadap cuaca tetapi juga sebagai tempat untuk keluarga berkumpul dan menikmati waktu bersama dengan keluarga maupun orang lain. Tentu tidak semua orang bisa memiliki rumah dengan berbagai alasan, oleh sebab itu pemerintah melakukan intervensi dalam bentuk penyediaan subsidi. Namun mengapa tidak banyak perumahan subsidi dikarenakan pihak pengembang hanya melihat secara singkat seberapa besar pengembalian yang didapat pengembang tingkat pengembalian tersebut yang menentukan apakah pengembang mau atau tidak mengembangkan perumahan subsidi. Dengan pertanyaan tersebut dilakukanlah penelitian pengembangan perumahan perumahan subsidi untuk menunjukkan tingakt keuntungan yang akan didapatkan seorang pengembang beserta lamanya pengembalian modal. Analisis yang dilakukan yakni analisis lokasi, analisis tapak, analisis legalitan, analisis objek studi banding, analisis preferensi dan analisis keuangan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis proximitas, Discounted Cashflow, Sensitivity Analysis, deskriptif dan kuatitatif. Hasil dari penelitian ini adalah besarnya pengembalian yang didapatkan pengembang pada tahun n, lama pengembaliannya dan persentase keuntungannya.
STUDI KEBERHASILAN PENGELOLAAN WISATA BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM (STUDI KASUS: AIR TERJUN TUMPAK SEWU, DESA SIDOMULYO, KECAMATAN PRONOJIWO, KABUPATEN LUMAJANG) Farrisha Haidir; Parino Rahardjo; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12833

Abstract

Indonesia is a country that has unlimited natural wealth and potential as a tourism sector. Tourism is currently a sector that has the potential to be developed as a source that can encourage the rate of economic growth for the country. In addition, the development of tourism objects in each region is also expected to increase the economy for the surrounding community. Tumpak Sewu Waterfall Tourism which is located in Lumajang Regency is one of the attractions  managed by the people of  Sidomulyo Village using the concept of Community Based Tourism (CBT). The CBT concept is a way of creating sustainable tourism, this concept requires the participation of local communities in developing and managing tourism objects to succeed. In the management of the Tumpak Sewu Waterfall tourist attraction, the factors that determine its success are not yet known. Therefore, the purpose of this research is to to find out the tourism management system, to know the role of the community in managing tourism, and to know the success factors of tourism object management. This research is a descriptive research with qualitative and quantitative approaches. Qualitative data collection was collected by conducting field surveys to tourist attraction locations and in-depth interviews with related parties, and qualitative data collection was carried out by filling out questionnaires by visitors. The results of this study will get in the form of factors that influence the success in managing the Tumpak Sewu Waterfall tourist attraction. Keywords:  Community Based Tourism (CBT); Management; Success; Tumpak Sewu Waterfall AbstrakIndonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang tak terbatas dan berpotensi sebagai sektor pariwisata. Pariwisata saat ini menjadi sektor yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber yang dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi bagi Negara. Selain itu, berkembangnya objek wisata yang ada di setiap daerah, diharapkan juga dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakat di sekitarnya. Wisata Air Terjun Tumpak Sewu yang berlokasi di Kabupaten Lumajang adalah salah satu objek wisata yang dikelola oleh masyarakat Desa Sidomulyo menggunakan konsep Community Based Tourism (CBT). Konsep CBT merupakan cara dalam menciptakan pariwisata yang berkelanjutan, dimana konsep ini membutuhkan partisipasi masyarakat lokal dalam mengembangkan dan juga mengelola objek wisata hingga berhasil. Dalam pengelolaan objek wisata Air Terjun Tumpak Sewu belum diketahui faktor – faktor yang menentukan keberhasilannya. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan wisata, mengetahui peran masyarakat dalam mengelola wisata, dan mengetahui faktor-faktor keberhasilan pengelolaan objek wisata. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data kualitatif dikumpulkan dengan melakukan survey lapangan ke lokasi objek wisata dan wawancara mendalam (in- depth interview) dengan pihak – pihak yang terkait, sedangkan pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh pengunjung. Hasil dari penelitian ini akan mendapatkan berupa faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan objek wisata Air Terjun Tumpak Sewu.