Syarifah Hikmah Julinda Sari
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Lead (Pb) Accumulation in Water, Sediment and Mussels (Hiatula chinensis) from Pasir Panjang Coast, Lekok-Pasuruan Yona, Defri; Andira, Andira; Sari, Syarifah Hikmah Julinda
Research Journal of Life Science Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.871 KB) | DOI: 10.21776/ub.rjls.2016.003.01.7

Abstract

This study attempted to evaluate Pb accumulation in the water, sediment and mussels (Hiatula chinensis) from Lekok-Pasuruan. There were four sampling stations representing the study area: (1) urban areas, (2) water flow area from steam power plant (PLTU), (3) waste disposal area of PLTU, (4) fishing port. The average concentration of lead varied between stations in the water (0.279 ppm), sediment (0.423 ppm) and mussels (0.427 ppm). Pearson`s correlation test shows strong relationship (p > 0.05) between Pb in the water, sediment and Hiatula chinensis. Mussels accumulation of lead from the sediment was assessed using bio-concentration factor (BCF) and the result shows Hiatula chinensis is an accumulator of Pb (BCF > 1).
ALAT PENJEBAK SAMPAH PADA EKOWISATA DAN KONSERVASI MANGROVE CENTER, KABUPATEN GRESIK Yona, Defri; Sari, Syarifah Hikmah Julinda; Sartimbul, Aida; Yulianto, Eko Sulkhani
Jurnal Puruhita Vol 1 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/puruhita.v1i1.28320

Abstract

Hutan mangrove di Desa Banyuurip sangat rawan mendapatkan sampah kiriman dari muara Sungai Bengawan Solo pada musim-musim tertentu. Sampah-sampah ini masuk ke dalam hutan mangrove saat pasang dan terjebak pada akar-akar pohon mangrove dimana saat surut tidak dapat keluar dari ekosistem mangrove. Hal ini dapat mengganggu kebersihan dan kenyamanan hutan yang merupakan salah satu daerah ekowisata di Kabupaten Gresik. Sebuah alat penjebak sampah didesain untuk mengatasi permasalahan ini. Alat penjebak sampah ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pintu yang terbuka karena mengikuti pola pergerakan arus sehingga memudahkan sampah untuk masuk. Selanjutnya bagian tengah yang menyerupai kotak yang terbuat dari kerangka pipa stainless dan dikelilingi oleh jaring dengan mesh size 3 inch dan bagian kantong yang berfungsi untuk menampung sampah yang terjebak. Dua buah pelampung dari pipa PVC dengan diameter 4 inch dan panjang 80 cm diletakan pada dua sisi kanan dan kiri dari kerangka kotak. Alat penjebak sampah ini dirancang untuk menangkap sampah-sampah plastik maupun sampah organik yang mengapung. Untuk memaksimalkan fungsinya, alat ini dapat diletakkan pada lokasi-lokasi yang dianggap sebagai pintu masuknya sampah dari laut pada hutan mangrove.
Dapatkah Megabentos Epifauna Tumbuh pada Geobag? Studi Kasus di Desa Banyuurip, Gresik Aida Sartimbul; Rafika Devi Agustin; Dhira Khurniawan Saputra; Defri Yona; Syarifah Hikmah Julinda Sari; Feni Iranawati; Nurin Hidayati
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i2.34971

Abstract

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah abrasi di wilayah pesisir pantai Desa Banyuurip, Gresik. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah reboisasi mangrove, namun upaya tersebut belum efektif, sehingga salah satu solusinya adalah dengan dipasangnya geosyntheticbag (geobag), yang merupakan kantong ramah lingkungan berisi pasir yang disusun dan dapat berfungsi sebagai perangkap sedimen dan pelindung pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pada bulan ke berapa biota dapat tumbuh pada geosintetik dan struktur komunitas biota yang tumbuh menggunakan metode random transek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa megabentos epifauna dapat tumbuh pada geobag pada bulan ke-4 setelah pemasangan, yang terdiri dari 3 spesies yaitu Metopograpsus sp., Ostrea edulis, dan Fistulobalanus albicostatus. Kelimpahan jenis megabentos pada bulan ke-4 rata-rata mencapai 198 individu/m2, sedangkan kelimpahan pada bulan ke-5 mencapai 259 individu/m2. Hasil perhitungan indeks struktur komunitas megabentos pada bulan ke-4 dan ke-5 secara berurutan meliputi indeks keanekaragaman (H’) bernilai 0,10 dan 0,11; indeks keseragaman (c) bernilai 0,09 dan 0,10; dan indeks dominansi bernilai 0,96 dan 0,96. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa geobag berfungsi sebagai pencegah abrasi serta sekaligus dapat menyatu dengan media di sekitarnya sehingga diklaim ramah lingkungan, karena dapat ditumbuhi biota yang tidak mengganggu atau merubah struktur komunitas biota di wilayah tersebut. Various attempts have been made to solve the abrasion in the coastal area of Banyuurip Village, Gresik. To overcome this problem, the community planted the mangroves, but these have not been effective. One solution to this problem is to install a geosynthetic bag (geobag), which is an environmentally friendly bag that is arranged and can be function as a sediment trap. The purpose of this study was to determine when the megabenthos can grow in the geosynthetic and how the community structure grow using the quadrant random transect method. The result showed that epifaunal megabenthos could grow on geobag at the fourth month after installation, which consisted of 3 species. The abundance of megabenthos at the 4th month averaged 198 individuals/m2, while the abundance at the 5th month reached 259 individuals/m2. The structure index (H’) in January and February were 0.10 and 0.11, respectively.  The similarity index (C) were 0.09 and 0.10, and while the dominance index was 0.96 and 0.96. This study is suggested that the geobag can be function both as a deterrent to abrasion and simultaneously integrate with the surrounding media and be claim as environmentally friendly, because it can be overgrown with biota that does not disturb or change the structure of the biota community in the area.
Kelimpahan Mikroplastik Pada Insang Dan Saluran Pencernaan Ikan Lontok Ophiocara porocephala Valenciennes, 1837 (Chordata: Actinopterygii) di Ekosistem Mangrove Dubibir, Situbondo Defri Yona; Billy Arif Mahendra; Mochamad Arif Zainul Fuad; Aida Sartimbul; Syarifah Hikmah Julinda Sari
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 1 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i1.12341

Abstract

Mangrove as a transitional ecosystem between land and sea is threatened with microplastic pollution. It could lead to the accumulation of microplastic in mangrove organisms, including ikan lontok (snakehead gudgeon fish-Ophiocara porocephala) as one of the seasonal fish found in mangrove ecosystem. This study aimed to analyze the occurrence of microplastic in the gills and gastrointestinal tracts of the fish caught from Dubibir mangrove ecosystem, Situbondo. The fish were caught using gillnet (17 individuals) and measured its length and body weight. Organic matter digestion was conducted using hydrogen peroxide solution (H2O2 30 % and Fe (II) 0,05 M) for 24 h. Samples were then filtered using Whatman filter paper and types of microplastic were identified using microscope (Olympus CX33). In total, 192 particles of microplastic were retrieved from both gills and gastrointestinal tracts with the domination of fibers, followed by fragments, films and beads. Microplastics abundance was observed higher in the gills than in the gastrointestinal tracts and it might be due to the different of organ functionality and the input process of microplastics into each organ. Microplastic with the size of 500 – 1000 µm dominated the result, while the size of < 300 µm were found more in the gastrointestinal tracts than in the gills. It showed that gastrointestinal tracts have less preference in the accumulation process of microplastics. Blue is the most common of microplastic color found in both of the fish organs, followed by black, red and other colors with a smaller number of particles. The results of this study show that concern over the occurrence of microplastics in the snakehead gudgeon fish is needed since the fish is also consumable for human and could influence human health. Ekosistem mangrove yang terletak diantara wilayah darat dan laut tidak luput dari pencemaran mikroplastik. Hal ini dapat mengakibatkan akumulasi mikroplastik pada biota mangrove, termasuk ikan lontok (Ophiocara porocephala) yang merupakan ikan musiman pada ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan mikroplastik pada insang dan saluran pencernaan ikan lontok pada ekosistem mangrove Dubibir, Situbondo, Jawa Timur. Sebanyak 17 ekor ikan lontok ditangkap menggunakan jaring dan diukur panjang dan beratnya. Analisis mikroplastik pada sampel organ ikan dimulai dengan melakukan penghancuran bahan organik dengan merendam sampel pada larutan H2O2 30 % dan larutan Fe (II) 0,05 M selama 24 jam. Sampel selanjutnya disaring menggunakan kertas Whatman dan diidentifikasi jenis mikroplastiknya menggunakan mikroskop (Olympus CX33). Sebanyak 192 partikel mikroplastik ditemukan pada sampel ikan lontok yang dianalisis dan didominasi oleh jenis fiber diikuti oleh fragmen, film dan beads. Kelimpahan total mikroplastik ditemukan lebih tinggi pada insang dibandingkan pada saluran pencernaan. Hal ini diduga karena perbedaan fungsi organ dan juga proses masuknya mikroplastik pada masing-masing organ. Mikroplastik yang ditemukan pada kedua organ ikan paling banyak berukuran 500 – 1000 µm dan mikroplastik berukuran < 300 µm lebih banyak ditemukan pada saluran pencernaan dibandingkan pada insang. Perbedaan komposisi ukuran mikroplastik antar organ menunjukkan bahwa saluran pencernaan kurang selektif dalam penyerapan partikel mikroplastik. Biru merupakan warna mikroplastik yang mendominasi kedua organ, diikuti oleh warna hitam, merah dan warna lainnya dengan jumlah yang lebih sedikit. Berdasarkan hasil penelitian ini, keberadaan mikroplastik perlu mendapat perhatian khusus karena ikan lontok termasuk jenis ikan konsumsi agar tidak memberikan dampak kesehatan terhadap manusia.
Analisis Kandungan Logam Berat Hg dan Cu Terlarut di Perairan Pesisir Wonorejo, Pantai Timur Surabaya Syarifah Hikmah Julinda Sari; Jessica Feibe Ambar Kirana; Guntur Guntur
Jurnal Pendidikan Geografi: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Vol 22, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.015 KB) | DOI: 10.17977/jpg.v22i1.375

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Hg dan Cu terlarut di badan air Perairan Pesisir Wonorejo, Pantai Timur Surabaya serta menganalisis faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Penelitan dilaksanakan pada bulan April 2015 dengan menetapkan tiga titik pengambilan sampel air. Pada setiap titik sampel air diambil pada bagian permukaan, tengah dan dekat dasar perairan. Parameter yang diukur meliputi logam berat terlarut Hg dan Cu, TSS, suhu, salinitas, pH, DO, dan turbiditas. Data dianalisis secara deskriptif dan statistik (Analisis Komponen Utama dan Korelasi Pearson). Konsentrasi Hg dan Cu pada badan air  Perairan Pesisir Wonorejo telah melebihi baku mutu yang ditetapkan,  namun konsentrasi parameter lingkungan TSS, suhu, salinitas, pH dan DO masih tergolong baik. Konsentrasi Cu2+ terlarut cenderung semakin menurun seiring dengan pertambahan kedalaman dan kembali meningkat di dasar kolom air sedangkan konsentrasi Hg2+ terlarut semakin meningkat seiring dengan pertambahan kedalaman. Salinitas merupakan faktor lingkungan yang berkontribusi menentukan keberadaan logam berat terlarut Hg dan Cu.DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um017v22i12017p001
Kelayakan Kualitas Perairan Sekitar Mangrove Center Tuban Untuk Aplikasi Alat Pengumpul Kerang Hijau (Perna viridis L.) Syarifah Hikmah Julinda Sari; Ledhyane Ika Harlyan
Research Journal of Life Science Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.173 KB) | DOI: 10.21776/ub.rjls.2015.002.01.8

Abstract

The coastal waters around the Mangrove Center Tuban, East Java is a potential habitat for the green mussel (Perna viridis L.). Therefore, the water quality of this area need to be assessment. The study was aimed to determine the feasibility of water quality in coastal water f Mangrove Center Tuban for application collecting gear of green mussels. The sampling was conducted by set up three stations randomly in studied area. Parameters was measured including temperature, pH, salinity, DO, depth, turbidity, BOD and TSS. The results showed that the coastal waters around the Mangrove Center Tuban, owned temperature that ranged from 29.10 to 30.67 0C, the pH ranged from 8.23 to 8.37, salinity ranged from 26.87 to 30.30 ‰, DO fall in the range of 6,63- 6.87 mg / L, the water depth at the time of measurement ranges from 40-85 cm. TSS ranged from 206.2 mg / L to 353.7 mg / L, BOD value between 4.05 to 12.2 mg / L, while the turbidity ranged from 134 to 400 NTU. Parameters that below the standard namely temperature, pH, DO, salinity and BOD, while TSS and turbidity were exceed the threshold quality standards set by the government.
IbM PORTABLE INSULATED FISH STORAGE BOX UNTUK NELAYAN DESA SUMBERBENING KABUPATEN MALANG Syarifah Hikmah Julinda Sari; Hartati Kartikaningsih; Defri Yona
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 2 (2017): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v2i2.488

Abstract

Desa Sumberbening terletak di Pesisir Pantai Kondangmerak dan berpenduduk mayoritas adalah nelayan yang menggunakan perahu yang berukuran sedang untuk menangkap ikan dan menyimpan hasil tangkapannya sebelum di labuhkan ke pelabuhan terdekat untuk dipasarkan. Permasalahan  yang  dialami  oleh  Mitra IbM  yaitu  pada  kondisi tempat penyimpanan sehingga es mudah mencair dan menurunkan kualitas ikan tangkapan. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan memberikan bantuan alat  portable insulated  fish storage  box  pada mitra  IbM yaitu sebuah kotak berinsulasi, yang akan mempertahankan kondisi dingin lebih lama karena es tidak   mudah   mencair. Selain   itu,   alat   tersebut   bisa   dipindah-pindah   sehingga memudahkan penanganan ikan untuk dipasarkan dan dipindahkan apabila kapal/perahu tidak beroperasi sehingga keamanan alat tersebut bisa terjaga. Kurangnya keterampilan fish handling dan sanitasi pada mitra akan diatasi dengan pelatihan penanganan ikan sehingga mutu ikan yang dijual akan baik dan pada akhirnya akan membantu menaikkan kesejahteraan nelayan Desa Sumberbening.
PROGRAM DOKTOR MENGABDI DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN BERBASIS MANGROVE DI DESA BANYUURIP KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK JAWATIMUR Muhammad Arif Rahman; Defri Yona; Nurin Hidayati; Syarifah Hikmah Julinda Sari; Iis Nur Rodliyah
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 2 (2019): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v4i2.1109

Abstract

Sejak tahun 2013, Pemerintah Desa Banyuurip bersama dengan Kelompok Pelestari Mangrove dan Lingkungan Banyuurip mendirikan Kawasan Ekowisata dan Konservasi Mangrove yang dikenal dengan nama Banyuurip Mangrove Center (BMC). Selain sebagai tempat pembibitan dan pelestarian mangrove, kawasan ekowisata yang mulai dibuka pada tahun 2015 ini memiliki berbagai jenis mangrove dengan jenis yang mendominasi adalah Avicennia sp. dan Rhizophora. Saat buah mangrove melimpah, penduduk sekitar BMC kadang memanfaatkannya sebagai olahan seperti sirup dan jenang untuk dikonsumsi sendiri. Berangkat dari permasalahan ini, Program Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya Tahun 2018 dilakukan untuk membantu para pengelola ekowisata mangrove dalam memanfaatkan dan mengelola produk-produk mangrove untuk mengembangkan ekowisata mangrove yang telah berjalan. Kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengadakan pelatihan pengolahan produk mangrove oleh praktisi dari Lamongan yang telah sukses mengolah kopi mangrove serta tim dari KeSEMaT, Semarang yang telah memiliki banyak desa binaan dengan berbagai macam produk seperti stik mangrove, krupuk mangrove, cendol mangrove serta batik mangrove. Dengan adanya pemanfaatan dan pengelolaan produk mangrove, maka BMC diharapkan dapat menjadi satu paket tempat wisata yang lengkap, yakni wisata alam, wisata pendidikan, dan juga wisata ekonomi.Kata kunci: BMC, Mangrove Jawa Timur, Produk Mangrove
Struktur komunitas fitoplankton dan kaitannya dengan ketersediaan zat hara dan parameter kualitas air lainnya di perairan Timur Surabaya Setya Indra Padma Putri; Syarifah Hikmah Julinda Sari
Depik Vol 4, No 2 (2015): AUGUST 2015
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.979 KB) | DOI: 10.13170/depik.4.2.2455

Abstract

Abstract. The objetives of the present research were to determine relationship of phytoplankton abundance and community structure with environmental factors.The research was conducted in twelve stations along East Surabaya’s Coastal Waters. The samplings were represented early dry season (May-July 2013). Regression Correlation Analisis and Principle Component Analysis were involved to determine the relationship between community structure of phytoplankton and nutrient availability as well as other environmental parameters. The results showed that the concentration of Nitrate (NO3-N) was ranged from 1.80mg/L to 7.31 mg/L while Phosphate (PO4-P) was 0.20 – 4.75 mg/L. The phytoplankton abundance was varied between 3300 cell/L to 47000 cell/L. The highest phytoplankton abundance was found in the estuary and deacreased toward the sea areas. The dDiversity and evennes indices were low category, while dominance index was found to be relatively high, where Skeletonema sp. was predominant. Diversity index was not correlated significantly with nutrient availability, while there were a significant correlation between phytoplankton abundance and environment parameters namely salinity, DO and brighnessKeywords : phytoplankton abundance; oseanography factor; spatial analysis; coastal watersAbstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara kelimpahann dan struktur komunitas fitoplankton dengan faktor lingkungan di perairan pesisir. Penelitian dilakukan pada 12 stasiun berbeda di Perairan Timur Surabaya. Sampling plankton dan kualitas air mewakili awal musim kemarau (Mei – Juli 2013). Analisis regresi korelasi dan analisis komponen utama dilakukan untuk melihat keterkaitan struktur komunitas dan ketersedian zat hara dan parameter lingkungan lainnya di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan kandungan zat hara yang relatif tinggi: Nitrat (NO3-N) antara 1,80 – 7,31 mg/L dan Fosfat (PO4-P) antara 0,20 – 4,75 mg/L. Distribusi fitoplankton bervariasi antara 3,3 – 4,7.103sel/L. Kelimpahan plankton paling tinggi didapat pada stasiun muara sungai dengan indikasi penurunan ke arah laut. Indeks keragaman jenis (H’) dan indeks keseragaman jenis (E) relatif rendah; sebaliknya indeks dominasi tinggi (D0,5) dengan didominasi oleh Skeletonema sp.. Indeks diversitas menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan zat hara. Namun, kelimpahan fitoplankton berkorelasi secara signifikan dengan parameter salinitas, DO dan kecerahan.Kata kunci :kelimpahan fitoplankton; faktor oseanografi; analisis spasial; perairan pesisir
Struktur komunitas fitoplankton dan kaitannya dengan ketersediaan zat hara dan parameter kualitas air lainnya di perairan Timur Surabaya Setya Indra Padma Putri; Syarifah Hikmah Julinda Sari
Depik Vol 4, No 2 (2015): AUGUST 2015
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.4.2.2455

Abstract

Abstract. The objetives of the present research were to determine relationship of phytoplankton abundance and community structure with environmental factors.The research was conducted in twelve stations along East Surabaya’s Coastal Waters. The samplings were represented early dry season (May-July 2013). Regression Correlation Analisis and Principle Component Analysis were involved to determine the relationship between community structure of phytoplankton and nutrient availability as well as other environmental parameters. The results showed that the concentration of Nitrate (NO3-N) was ranged from 1.80mg/L to 7.31 mg/L while Phosphate (PO4-P) was 0.20 – 4.75 mg/L. The phytoplankton abundance was varied between 3300 cell/L to 47000 cell/L. The highest phytoplankton abundance was found in the estuary and deacreased toward the sea areas. The dDiversity and evennes indices were low category, while dominance index was found to be relatively high, where Skeletonema sp. was predominant. Diversity index was not correlated significantly with nutrient availability, while there were a significant correlation between phytoplankton abundance and environment parameters namely salinity, DO and brighnessKeywords : phytoplankton abundance; oseanography factor; spatial analysis; coastal watersAbstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara kelimpahann dan struktur komunitas fitoplankton dengan faktor lingkungan di perairan pesisir. Penelitian dilakukan pada 12 stasiun berbeda di Perairan Timur Surabaya. Sampling plankton dan kualitas air mewakili awal musim kemarau (Mei – Juli 2013). Analisis regresi korelasi dan analisis komponen utama dilakukan untuk melihat keterkaitan struktur komunitas dan ketersedian zat hara dan parameter lingkungan lainnya di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan kandungan zat hara yang relatif tinggi: Nitrat (NO3-N) antara 1,80 – 7,31 mg/L dan Fosfat (PO4-P) antara 0,20 – 4,75 mg/L. Distribusi fitoplankton bervariasi antara 3,3 – 4,7.103sel/L. Kelimpahan plankton paling tinggi didapat pada stasiun muara sungai dengan indikasi penurunan ke arah laut. Indeks keragaman jenis (H’) dan indeks keseragaman jenis (E) relatif rendah; sebaliknya indeks dominasi tinggi (D0,5) dengan didominasi oleh Skeletonema sp.. Indeks diversitas menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan zat hara. Namun, kelimpahan fitoplankton berkorelasi secara signifikan dengan parameter salinitas, DO dan kecerahan.Kata kunci :kelimpahan fitoplankton; faktor oseanografi; analisis spasial; perairan pesisir