Febriana Febriana
Program Studi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EKSPLORASI MIXED-PROGRAM (PASAR BUNGA, KULINER, DAN TAMAN KOTA) DALAM MERANCANG 3 FLORE KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN Febriana Febriana; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8641

Abstract

Third Place is an informal public place to socialize, example: Green Open Space which is a mandatory demand for an urban society. The largest green open space on DKI Jakarta located in the South Jakarta, sub-district of Kebayoran Lama, North Kebayoran Lama. However, after analyzing the largest percentage for cemeteries. So, the target to reach minimum green open space level for the city is still far away. There is a difference in contrast between upper intermediate district and lower intermediate district proves social standards were never been equal. Therefore the “Third Place” on  Jalan Raya Kebayoran Lama  leads “Urban Park” as the theme to ressurrect proper green space. This project want to exhibit the variety of social-class, solve the green open space issues, and make the diversity being accepted. This diversity being interpreted as a flowers bouquet, by pointing this project as a “Main Atrractor” which linked the Kebayoran Lama Station, upper intermediate district, Gandaria City, Tanah Kusir cemetery and the lower intermediate district that reflects North Kebayoran Lama. There are three main program as the vision to-offer which: flower market, culinary, and urban park with the rental land system every weekend with family or friends on the rooftop garden, as well as making a gardening event in accordance with the blooming flower season at a certain time. The intention of this project is to be public entertainment from the the city  routines; along with an experience on urban park in the main of the city; including a convocation area and community. Keywords: culinary; flower; market; park; urbanAbstrakThird Place merupakan tempat publik yang informal untuk bersosialisasi. Salah satunya adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH merupakan sebuah kebutuhan dasar yang dibutuhkan masyarakat perkotaan. RTH paling besar DKI Jakarta berada di kota Jakarta Selatan, kecamatan Kebayoran Lama, kelurahan Kebayoran Lama Utara. Tetapi, setelah dianalisa RTH paling besar persentasenya untuk pemakaman. Padahal, target untuk mencapai tingkat RTH minimal kota masih jauh. Selain itu, terjadi perbedaan kontras antara kawasan menengah ke atas dan menengah ke bawah sehingga terlihat tidak setara karena adanya standar sosial tertentu. Oleh karena itu, proyek Third Place yang berada di Jalan Raya Kebayoran Lama ini menggunakan tema “Urban Park” untuk menghidupkan kembali RTH. Proyek ini ingin menunjukkan dan menyatukan perbedaan sosial, serta permasalahan RTH dari isu yang dihadapi sehingga keberagaman tersebut dapat diterima dan diterapkan sehingga masyarakat lebih berekspresif. Perbedaan yang dihadapi ini dianalogikan seperti buket bunga, dengan menjadikan projek ini “Main Attractor”, menghubungkan stasiun Kebayoran Lama, kawasan menengah ke atas, Gandaria City, pemakaman Tanah Kusir, dan kawasan menengah ke bawah untuk mencerminkan kawasan Kebayoran Lama Utara dengan menghadirkan tiga program utama untuk mewujudkan visi, yaitu: pasar bunga, kuliner, dan taman yang menggunakan sistem lahan sewa setiap akhir pekan yang dapat dilakukan bersama keluarga ataupun teman di rooftop garden, serta membuat acara berkebun sesuai dengan musim bunga yang bermekaran pada waktu tertentu. Tujuan dari proyek ini agar sebagai sarana hiburan masyarakat dari rutinitas kota; merasakan pengalaman berada di taman di tengah kota; serta sebagai tempat pertemuan dan berkumpul masyarakat.
PASAR BERKONSEP “TOUCH AND GO” DI TEPI SUNGAI CISADANE Febriana Febriana; Agustinus Sutanto
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4417

Abstract

Millennials determine Indonesia's face in the future. According to data from the National Development Planning Agency (Bappenas) there are 63 million millennials or people aged 20 - 35 years. They are in productive age. What needs to be considered is the need to encourage them to become the driving force of the Indonesian economy.The Old City of Tangerang is the name for a Chinatown which is the forerunner of the development of the City of Tangerang. But because of the intense development in this region and its surroundings, this region has lost its historical side. Tangerang City Government is trying to establish this area as a cultural tourism area. The existence of traditional markets in this region is not solely for economic affairs, but includes the contents of space and social relations, heritage and culture. The current condition of the Traditional Market Kisamaun is very concerning in terms of cleanliness and comfort, as well as facilities and infrastructure that are already very improper, and take areas that are not supposed to (in front of buildings that should be protected). Nevertheless, the interest of the surrounding community still does not diminish even though the market situation is not possible to visit. The price of cheap and competitive goods offered in the traditional market environment is the choice of some people. Because the existence of the Kisamaun Traditional Market is very important in the economic development of this city and historical region, it is necessary to do this Kisamaun Traditional Market Redesign. By not eliminating the parts that characterize this Chinatown, with the theme Vernacular Architecture of China. The vernacular approach of Chinatown is used in the design of this tourist market, with the aim of exploring the exoticism of cultural locality combined with contemporary contemporary tastes, so that this market can become a tourist destination. Abstrak Milenial menentukan wajah Indonesia ke depan. Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) ada 63 juta milenial atau penduduk usia 20 – 35 tahun. Mereka ada di usia produktif. Yang perlu diperhatikan adalah perlunya mendorong mereka agar menjadi roda penggerak ekonomi Indonesia. Kota Lama Tangerang adalah sebutan untuk sebuah kawasan pecinan yang merupakan cikal bakal berkembangnya Kota Tangerang. Namun karena gencarnya pembangunan di kawasan ini dan sekitarnya membuat kawasan ini kehilangan sisi historisnya. Pemkot Tangerang sedang berusaha menetapkan kawasan ini menjadi kawasan wisata budaya. Keberadaan pasar tradisional di kawasan ini bukan semata untuk urusan ekonomi, namun mencakup isi ruang dan relasi sosial, warisan dan budaya. Kondisi Pasar Tradisional Kisamaun saat ini sangat memprihatinkan dalam hal kebersihan dan kenyamanan, serta sarana dan prasarana yang sudah sangat tidak layak, dan mengambil kawasan yang tidak seharusnya (didepan bangunan yang seharusnya dilindungi). Walaupun demikian, minat masyarakat sekitar tetap tidak berkurang meskipun keadaan pasar sudah tidak memungkinkan untuk dikunjungi. Harga barang yang murah dan bersaing yang ditawarkan dalam lingkup pasar tradisional menjadi pilihan dari sebagian masyarakat. Oleh karena keberadaan Pasar Tradisional Kisamaun ini sangat penting dalam perkembangan perekonomian kota dan kawasan historis ini, maka perlu dilakukan Redesain Pasar Tradisional Kisamaun ini. Dengan tidak menghilangkan bagian – bagian yang menjadi ciri khas daerah pecinan ini, dengan tema Arsitektur Vernakular China. Pendekatan vernakular pecinan digunakan dalam desain pasar wisata ini, dengan tujuan menggali eksotisme lokalitas budaya yang digabung dengan selera kontemporer masa kini, sehingga pasar ini dapat menjadi destinasi wisata.