Tanaman paku merupakan tanaman yang tumbuh subur dan liar di wilayah tropis, kehadirannya dalam dunia pertanian sebagai gulma, namun di sisi lain juga bermanfaat sebagai tanaman obat (hortikultur). Kehadiran tanaman paku sebagai obat diharapkan menjadi alternative bahan baru dalam pengobatan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perlindungan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Borneo Tarakan. Sampel yang digunakan yaitu ekstrak daun S. Palustris dan P. Caudatum dengan konsentrasi 2%, 1% dan 0,5%. kontrol positif pada penelitian ini yaitu chloramphenicol dan kontrol negatif etanol 40%. Variabel yang diamati adalah perhitungan faktor kelembaban, persentase rendemen dan persentase diameter daerah hambatan (DDH). Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak P. Caudatum 2,5% sedangkan S. Palustris 1.6%. Selain itu hasil DDH menampilkan bahwa ekstrak etanol daun S. palustris dan P. caudatum pada konsentrasi 0.5%, 1% dan 2% tidak mampu menghambat pertumbuhan R. Solanacearum, tetapi mampu menghambat S. sobrinus dengan diameter tertinggi yaitu 13.7 mm pada konsentrasi 2%. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pelarut bertingkat pada proses ekstraksi untuk mengetahui golongan polaritas senyawa yang berpengaruh terhadapa aktifitas penghambatan bakteri.