Ismy, Jufriady
Department Of Surgery, Zainoel Abidin Hospital, Faculty Of Medicine, Universitas Syiah Kuala

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh Vitamin E terhadap Kadar Malondialdehide Jaringan Testis Tikus (Rattus novergicus) Strain Wistar dengan Diabetes Mellitus Tipe I Y, Bangun I; Ismy, Jufriady; Dasrul, Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol 47 No 2 (2019): Artikel Penelitian
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.46

Abstract

Latar belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan endokrin yang menyebabkan kerusakan sistemik dan memicu stres oksidatif di tingkat seluler. Malondialdehide (MDA) adalah produk stres oksidatif berupa lipid peroksidase yang berhubungan dengan kondisi anomali dan asthenozoospermia. Upaya menekan stres oksidatif adalah dengan vitamin E yang telah lama menjadi antioksidan melawan stres oksidatif. Tujuan Penelitian. Mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar malondialdehide (MDA) serta pengaruh pemberian vitamin E dengan berbagai dosis terhadap kadar MDA. Metode penelitian. Penelitian eksperimental menggunakan 30 ekor tikus putih strain Wistar jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok tikus tidak DM (KN), kelompok tikus DM (KP), kelompok tikus DM yang mendapat terapi vitamin E dosis 50 iu/kgbb/hr (KP1), dosis 100 iu/kgbb/hr (KP2) dan dosis 150 iu/kgbb/hr (KP3). Pasca perlakuan dilakukan pengambilan organ testis pada semua kelompok dan dianalisis kadar MDA jaringan testis dengan metode Thiobarbituric Acid Reactive Subtances (TBARS). Analisis data kadar MDA jaringan testis menggunakan one way ANOVA α=0,05 dengan uji lanjutan LSD. Hasil penelitian. Pemberian vitamin E dapat menurunkan secara bermakna (P<0,05) kadar MDA jaringan testis tikus putih DM. Pemberian vitamin E dosis 150 iu/kgbb/hr tidak berbeda secara nyata (P>0,05) dibandingkan dengan dosis 100 iu/kgbb/hr, namun keduanya berbeda secara nyata (P<0,05) dibandingkan dosis 50 iu/kgbb/hr. Kesimpulan. Pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar MDA testis tikus dengan kondisi diabetes mellitus tipe 1. Pemberian vitamin E dosis 150 iu/kgbb/hr lebih baik dibandingkan dengan dosis 100 iu/kgbb/hr dan 50 iu/kgbb/hari. Kata kunci: vitamin E, diabetes mellitus, malondialdehide
Pengaruh Pemberian Vitamin E terhadap Morfologi Testis Tikus Strain Wistar (Rattus novergicus) dengan Diabetes Melitus Tipe I Ronasky, T; Ismy, Jufriady; Dasrul, Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol 47 No 2 (2019): Artikel Penelitian
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.47

Abstract

Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Penyakit ini dilaporkan terjadi pada 9% laki-laki dan 7,9% wanita. Laporan Center of disease control (CDC) menyebutkan tahun 2014 terdapat 8,1 juta orang tidak terdiagnosa DM dan 29,1 juta mengalami penyakit ini di Amerika Serikat. Pada penderita diabetes dapat terjadi kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan organ yang berbeda, terutama mata (diabetes retinopathy), ginjal (nefropati diabetik), saraf (neuropati diabetes), jantung (infark miokard) dan pembuluh darah (aterosklerosis) dan infertilitas. Laporan insiden infertilitas terkait DM terjadi pada 9% orang dewasa berusia >18 tahun mengalami akibat difungsi endokrin spermatogenesis. Vitamin E berperan sebagai antioksidan eksogen (non-enzimatis) yang dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Metode. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post-test only control group design secara laboratorium eksperimental. Rancangan penelitian ini dipilih berdasarkan konsep bahwa setiap unit dari populasi adalah homogen dan memiliki karakteristik yang sama. Pembagian sampel dilakukan secaraacak (random assignment). Pada kelompok eksperimen perlakuanlangsung diberikan stimulus dan pengamatan akhir sementara pada kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding dari kelompok perlakuan. Hasil. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan angka yang bervariasi. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada perlakuan kontrol negatif (KN) adalah 261,57± 5,72 μm, kemudian mengalami penurunan menjadi 241,18 ± 18,53 μm, pada perlakuan tikus DM yang diinduksi aloksan (KP), dan mengalami peningkatan kembali pada perlakuan tikus DM yang dinduksi aloksan dan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgbb/hari (P1), dan 200 mg/kgbb/hari (P2), secara berturut-turut adalah 265,92 ± 15,97 μm dan 271,41 ± 24,79 μm. Kesimpulan. Berdasarkan uji statistik Analysis of variance (ANOVA) one way didapatkan nilai signifikannya p 0,039 <0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan pemberian vitamin E (P1 dan P2) berpengaruh secara signifikan terhadap diameter tubulus seminiferus testis tikus putih diabetes. Kata Kunci : Vitamin E, Histomorfometri Testis Tikus Putih (strain wistar), Dm Tipe 1.
Hubungan Kadar Malondialdehide (MDA) Testis dengan Kualitas Spermatozoa pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus novergicus) Diabetes Tipe I Deslo, Jauhari; Ismy, Jufriady; Dasrul, Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol 47 No 2 (2019): Artikel Penelitian
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.49

Abstract

Latar Belakang. Hyperglikemia pada diabetes melitus tipe 1 diduga berperan dalam peningkatan radikal bebas (oksidan) dan penurunan antioksidan darah. Peningkatan senyawa radikal bebas memicu peroksidasi lipid pada darah dan testis yang ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA) testis dan penurunan kualitas spermatozoa. Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar MDA testis dengan kualitas spermatozoa tikus putih diabetes mellitus tipe 1. Metode Penelitian. Desain penelitian ini adalah static comparison group dan menggunakan uji analitik observasional. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ekor tikus putih normal dan 16 ekor tikus putih dengan diabetes mellitus tipe 1 yang diinduksi aloksan. Kadar MDA spermatozoa diukur dengan menggunakan uji TBA dan spektrofotometer. Penilaian kualitas spermatozoa (jumlah, persentase motilitas dan morfologi normal spermatozoa) dilakukan dengan menggunakan standar WHO. Data kadar MDA testis dan kualitas spermatozoa (jumlah, motilitas dan morfologi spermatozoa) dianalisis dengan uji-t independent, sedangkan hubungan antara kadar MDA dengan kualitas spermatozoa dianalisis dengan korelasi pearson menggunakan spss 21.0. Hasil Penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar MDA testis tikus normal berbeda secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan tikus putih DM. Jumlah, motilitas dan morfologi normal spermatozoa tikus putih normal berbeda secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan pada tikus putih DM. Terdapat hubungan yang kuat antara kadar MDA testis dengan jumlah, motilitas dan morfologi normal spermatozoa dengan arah negatif (R= - 0,877; - 0,804 dan - 0,795). Kesimpulan. Kadar MDA testis berhubungan secara kuat dengan kualitas (jumlah, motilitas dan morfologi normal) spermatozoa dengan arah negatif. Kata kunci: Diabetes mellitus, malondialdehida testis, kualitas spermatozoa
MATURE TESTICULAR TERATOMA IN PEDIATRIC PATIENT: A CASE REPORT Indra Firdaus, Gugum; Ismy, Jufriady
Indonesian Journal of Urology Vol 29 No 1 (2022)
Publisher : Indonesian Urological Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32421/juri.v29i1.738

Abstract

Objective: To report our experience on management of testicular teratoma in pediatric patient. Case(s) presentation: A 2-years-old boy presented with progressive mass in his left testis. The mass was found 3 months ago but became larger in a few days. The patient had no other genitourinary complaint. Vital signs were within normal limits. A hard and tender mass in the left scrotum sized 5x4x2.5 cm was palpated from the physical examination. An imaging study with Computed Tomography (CT) Scan revealed an enhancement in the left scrotum mass area. There was no ring enhancement in pelvic and paraaortic lymph nodes. The laboratory examination within normal limit. Inguinal radical orchiectomy was performed, and histopathological examination revealed a mature testicular teratoma of the left testis. Discussion: Testicular teratoma in children is usually benign. Testicular germ cell tumors generally have a good prognosis with current therapy. Post-orchiectomy management depends on the histology type, staging, and tumor markers. Conclusion: Testicular teratoma is a rare case and can cause minimal symptoms until it grows significantly. Testicular teratoma should be considered in the differential diagnosis of non-traumatic painless progressive scrotal mass. Inguinal radical orchiectomy may be considered as the primary management.
Superoxide Dismutase Reduces Creatinine and NGAL by Restoring Oxidative Balance during Sepsis Jufitriani Ismy; Maimun Syukri; Dessy R. Emril; Nanan Sekarwana; Jufriady Ismy
Emerging Science Journal Vol 6, No 2 (2022): April
Publisher : Ital Publication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28991/ESJ-2022-06-02-06

Abstract

Sepsis-associated overproduction of reactive oxygen species (ROS) and nitric oxide (NO) during pathogen infection leads to overwhelming oxidative stress, which has been recognized as a primary contributor to acute kidney injury (AKI). Hence, antioxidant therapy has been widely explored in order to find an effective treatment for sepsis-related AKI, in particular by using endogenous antioxidant – superoxide dismutase (SOD). We assessed the effect of oral SOD on the alteration of AKI biomarkers (creatinine and Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin – NGAL) in endotoxin-induced septic murine. The animals were assigned as a healthy control, a septic control, and three treatment groups (250, 500, and 1000 IU oral SOD). Treatment of SOD was carried out by force-feeding for 16 weeks prior to intraperitoneal injection of lipopolysaccharide (LPS). The sepsis was assessed using the murine sepsis score (MSS) after 12 hours post-LPS injection, where the changes in plasma SOD, ROS, NO, creatinine, and NGAL were measured by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). During sepsis, SOD was significantly decreased from its baseline level while other biomarkers were significantly increased (p<0.05) – except for NGAL. MSS exhibited a declining trend in SOD dosage-dependent manner, and was significantly different with that of septic control group at SOD dosage of 1000 IU (p<0.05). SOD treatment with a dosage as low as 250 IU could prevent the abnormal expression of the tested biomarkers during sepsis. There were significant reduction of plasma ROS, NO, creatine and NGAL in rats treated with 1000 IU SOD. Our study suggests the protective effect of SOD against sepsis-induced AKI by scavenging ROS and NO. Doi: 10.28991/ESJ-2022-06-02-06 Full Text: PDF
Pengaruh Vitamin E terhadap Kadar Malondialdehide Jaringan Testis Tikus (Rattus novergicus) Strain Wistar dengan Diabetes Mellitus Tipe I Bangun I Y; Jufriady Ismy; Dasrul Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 47 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.46

Abstract

Latar belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan endokrin yang menyebabkan kerusakan sistemik dan memicu stres oksidatif di tingkat seluler. Malondialdehide (MDA) adalah produk stres oksidatif berupa lipid peroksidase yang berhubungan dengan kondisi anomali dan asthenozoospermia. Upaya menekan stres oksidatif adalah dengan vitamin E yang telah lama menjadi antioksidan melawan stres oksidatif. Tujuan Penelitian. Mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar malondialdehide (MDA) serta pengaruh pemberian vitamin E dengan berbagai dosis terhadap kadar MDA. Metode penelitian. Penelitian eksperimental menggunakan 30 ekor tikus putih strain Wistar jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok tikus tidak DM (KN), kelompok tikus DM (KP), kelompok tikus DM yang mendapat terapi vitamin E dosis 50 iu/kgbb/hr (KP1), dosis 100 iu/kgbb/hr (KP2) dan dosis 150 iu/kgbb/hr (KP3). Pasca perlakuan dilakukan pengambilan organ testis pada semua kelompok dan dianalisis kadar MDA jaringan testis dengan metode Thiobarbituric Acid Reactive Subtances (TBARS). Analisis data kadar MDA jaringan testis menggunakan one way ANOVA ?=0,05 dengan uji lanjutan LSD. Hasil penelitian. Pemberian vitamin E dapat menurunkan secara bermakna (P<0,05) kadar MDA jaringan testis tikus putih DM. Pemberian vitamin E dosis 150 iu/kgbb/hr tidak berbeda secara nyata (P>0,05) dibandingkan dengan dosis 100 iu/kgbb/hr, namun keduanya berbeda secara nyata (P<0,05) dibandingkan dosis 50 iu/kgbb/hr. Kesimpulan. Pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar MDA testis tikus dengan kondisi diabetes mellitus tipe 1. Pemberian vitamin E dosis 150 iu/kgbb/hr lebih baik dibandingkan dengan dosis 100 iu/kgbb/hr dan 50 iu/kgbb/hari. Kata kunci: vitamin E, diabetes mellitus, malondialdehide
Pengaruh Pemberian Vitamin E terhadap Morfologi Testis Tikus Strain Wistar (Rattus novergicus) dengan Diabetes Melitus Tipe I T Ronasky; Jufriady Ismy; Dasrul Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 47 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.47

Abstract

Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Penyakit ini dilaporkan terjadi pada 9% laki-laki dan 7,9% wanita. Laporan Center of disease control (CDC) menyebutkan tahun 2014 terdapat 8,1 juta orang tidak terdiagnosa DM dan 29,1 juta mengalami penyakit ini di Amerika Serikat. Pada penderita diabetes dapat terjadi kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan organ yang berbeda, terutama mata (diabetes retinopathy), ginjal (nefropati diabetik), saraf (neuropati diabetes), jantung (infark miokard) dan pembuluh darah (aterosklerosis) dan infertilitas. Laporan insiden infertilitas terkait DM terjadi pada 9% orang dewasa berusia >18 tahun mengalami akibat difungsi endokrin spermatogenesis. Vitamin E berperan sebagai antioksidan eksogen (non-enzimatis) yang dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Metode. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post-test only control group design secara laboratorium eksperimental. Rancangan penelitian ini dipilih berdasarkan konsep bahwa setiap unit dari populasi adalah homogen dan memiliki karakteristik yang sama. Pembagian sampel dilakukan secaraacak (random assignment). Pada kelompok eksperimen perlakuanlangsung diberikan stimulus dan pengamatan akhir sementara pada kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding dari kelompok perlakuan. Hasil. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan angka yang bervariasi. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada perlakuan kontrol negatif (KN) adalah 261,57± 5,72 ?m, kemudian mengalami penurunan menjadi 241,18 ± 18,53 ?m, pada perlakuan tikus DM yang diinduksi aloksan (KP), dan mengalami peningkatan kembali pada perlakuan tikus DM yang dinduksi aloksan dan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgbb/hari (P1), dan 200 mg/kgbb/hari (P2), secara berturut-turut adalah 265,92 ± 15,97 ?m dan 271,41 ± 24,79 ?m. Kesimpulan. Berdasarkan uji statistik Analysis of variance (ANOVA) one way didapatkan nilai signifikannya p 0,039 <0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan pemberian vitamin E (P1 dan P2) berpengaruh secara signifikan terhadap diameter tubulus seminiferus testis tikus putih diabetes. Kata Kunci : Vitamin E, Histomorfometri Testis Tikus Putih (strain wistar), Dm Tipe 1.
Hubungan Kadar Malondialdehide (MDA) Testis dengan Kualitas Spermatozoa pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus novergicus) Diabetes Tipe I Jauhari Deslo; Jufriady Ismy; Dasrul Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 47 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.49

Abstract

Latar Belakang. Hyperglikemia pada diabetes melitus tipe 1 diduga berperan dalam peningkatan radikal bebas (oksidan) dan penurunan antioksidan darah. Peningkatan senyawa radikal bebas memicu peroksidasi lipid pada darah dan testis yang ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA) testis dan penurunan kualitas spermatozoa. Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar MDA testis dengan kualitas spermatozoa tikus putih diabetes mellitus tipe 1. Metode Penelitian. Desain penelitian ini adalah static comparison group dan menggunakan uji analitik observasional. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ekor tikus putih normal dan 16 ekor tikus putih dengan diabetes mellitus tipe 1 yang diinduksi aloksan. Kadar MDA spermatozoa diukur dengan menggunakan uji TBA dan spektrofotometer. Penilaian kualitas spermatozoa (jumlah, persentase motilitas dan morfologi normal spermatozoa) dilakukan dengan menggunakan standar WHO. Data kadar MDA testis dan kualitas spermatozoa (jumlah, motilitas dan morfologi spermatozoa) dianalisis dengan uji-t independent, sedangkan hubungan antara kadar MDA dengan kualitas spermatozoa dianalisis dengan korelasi pearson menggunakan spss 21.0. Hasil Penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar MDA testis tikus normal berbeda secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan tikus putih DM. Jumlah, motilitas dan morfologi normal spermatozoa tikus putih normal berbeda secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan pada tikus putih DM. Terdapat hubungan yang kuat antara kadar MDA testis dengan jumlah, motilitas dan morfologi normal spermatozoa dengan arah negatif (R= - 0,877; - 0,804 dan - 0,795). Kesimpulan. Kadar MDA testis berhubungan secara kuat dengan kualitas (jumlah, motilitas dan morfologi normal) spermatozoa dengan arah negatif. Kata kunci: Diabetes mellitus, malondialdehida testis, kualitas spermatozoa
Perbandingan Efektivitas Pemberian Erythromycin dan Metoclopramide sebagai Prokinetik Pasca Operasi Laparotomi Digestif di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Syahmardani Ibnu; Ferry Erdani; Jufriady Ismy
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 48 No. 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v48i2.62

Abstract

Latar Belakang. Gastroparesis atau ileus pasca operasi (IPO) merupakan kondisi yang normal, bersifat sementara, dan merupakan respon fisiologis pasca prosedur operasi abdominal. Jika berkepanjangan, IPO dapat meningkatkan morbiditas dan beban biaya kesehatan. Beberapa obat yang berperan sebagai prokinetik, seperti diantaranya metoclopramid dan erythromycin. Penggunaan kedua obat tersebut masih sangat minim khususnya di Indonesia dalam konteks mencegah terjadinya IPO. Tujuan. Menilai efektifitas erythromycin dan metocloprtamide sebagai prokinetik pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan laparotomi. Metode. Penelitian uji klinis ketersamaran ganda dengan desain paralel. Subjek dibedakan menjadi dua kelompok perlakuan yaitu dengan pemberian erythromycin 250 mg dan metoclopramide 10 mg secara oral 60 menit sebelum operasi. Independent t test digunakan sebagai analisa utama dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil. 38 subjek terlibat dalam penelitian ini yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan rerata usia 45,11 ± 15,38 dan 53,84 ± 10,73 pada kelompok erythromycin dan metoclopramide secara berurutan. Rerata residu volume cairan lambung kelompok erythromycin (33,26 ± 15,33 ml/24 jam) lebih minimal dibandingkan kelompok metoclopramide (49,95 ± 17,71 ml/24 jam) dengan nilai signifikansi p=0,004. Kesimpulan. Pemberian erythromycin lebih efektif dibandingkan metoclopramide sebagai agen prokinetik pasca pembedahan digestif.
Pengaruh Pemberian Ketoprofen Supposituria terhadap Penurunan Intensitas Nyeri saat Pelepasan Kateter Uretra Menetap Jufriady Ismy; Andreas; Yudhi Aulia
Journal of Medical Science Vol 3 No 1 (2022): Journal of Medical Science
Publisher : LITBANG RSUDZA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.37 KB) | DOI: 10.55572/jms.v3i1.54

Abstract

Kateter urin adalah selang yang dimasukkan ke dalam kandung kemih untuk mengalirkan urine. Kateter ini biasanya dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih. Pemberian ketoprofen digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri pada saat pelepasan kateter. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian Ketoprofen pada pasien saat pelepasan kateter urin. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah mendapatkan suatu metode intervensi pendukung manajemen nyeri yang dapat dilakukan oleh perawat di ruang rawat bedah sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis (clinical trials) desain paralel. Uji klinis adalah penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada manusia. Peneliti pada penelitian uji klinis akan memberikan perlakuan atau intervensi pada 60 peserta atau subjek penelitian. Terdapat 2 kelompok penelitian yang akan dinilai. Terdapat 30 sampel akan diberikan perlakuan ketoprofen supposituria, dan 30 sampel sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dengan kriteria inklusi: 1) Pasien diruang rawat bedah dan memakai kateter; 2) masa pemasangan kateter tidak lebih dari 3 hari; 3) pasien diatas 18 tahun; 4) pasien tidak menjalani operasi pada uretra vesica urinaria. Hasil penelitian menggunakan normalitas data menggunakan uji kolmogorov-smirnov menunjukkan bahwa nilai p-value < 0.05 pada masing-masing kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Dari analisis uji Mann Whitney ditemukan pengaruh yang signifikan pada pemberian ketoprofen terhadap penurunan skala nyeri (p <0.05). Kami akan mensosialisasikan kepada devisi Bagian Urologi/ KSM Ilmu Bedah RSUDZA/FKUSK untuk menjadikan hasil penelitian ini menjadi standar operasional prosedur (SOP) yang harus di jalankan pada pasien-pasien yang dilakukan pelepasan kateter.