Ismy, Jufriady
Department Of Surgery, Zainoel Abidin Hospital, Faculty Of Medicine, Universitas Syiah Kuala

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmu Bedah Indonesia

Pengaruh Vitamin E terhadap Kadar Malondialdehide Jaringan Testis Tikus (Rattus novergicus) Strain Wistar dengan Diabetes Mellitus Tipe I Y, Bangun I; Ismy, Jufriady; Dasrul, Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol 47 No 2 (2019): Artikel Penelitian
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.46

Abstract

Latar belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan endokrin yang menyebabkan kerusakan sistemik dan memicu stres oksidatif di tingkat seluler. Malondialdehide (MDA) adalah produk stres oksidatif berupa lipid peroksidase yang berhubungan dengan kondisi anomali dan asthenozoospermia. Upaya menekan stres oksidatif adalah dengan vitamin E yang telah lama menjadi antioksidan melawan stres oksidatif. Tujuan Penelitian. Mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar malondialdehide (MDA) serta pengaruh pemberian vitamin E dengan berbagai dosis terhadap kadar MDA. Metode penelitian. Penelitian eksperimental menggunakan 30 ekor tikus putih strain Wistar jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok tikus tidak DM (KN), kelompok tikus DM (KP), kelompok tikus DM yang mendapat terapi vitamin E dosis 50 iu/kgbb/hr (KP1), dosis 100 iu/kgbb/hr (KP2) dan dosis 150 iu/kgbb/hr (KP3). Pasca perlakuan dilakukan pengambilan organ testis pada semua kelompok dan dianalisis kadar MDA jaringan testis dengan metode Thiobarbituric Acid Reactive Subtances (TBARS). Analisis data kadar MDA jaringan testis menggunakan one way ANOVA α=0,05 dengan uji lanjutan LSD. Hasil penelitian. Pemberian vitamin E dapat menurunkan secara bermakna (P<0,05) kadar MDA jaringan testis tikus putih DM. Pemberian vitamin E dosis 150 iu/kgbb/hr tidak berbeda secara nyata (P>0,05) dibandingkan dengan dosis 100 iu/kgbb/hr, namun keduanya berbeda secara nyata (P<0,05) dibandingkan dosis 50 iu/kgbb/hr. Kesimpulan. Pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar MDA testis tikus dengan kondisi diabetes mellitus tipe 1. Pemberian vitamin E dosis 150 iu/kgbb/hr lebih baik dibandingkan dengan dosis 100 iu/kgbb/hr dan 50 iu/kgbb/hari. Kata kunci: vitamin E, diabetes mellitus, malondialdehide
Pengaruh Pemberian Vitamin E terhadap Morfologi Testis Tikus Strain Wistar (Rattus novergicus) dengan Diabetes Melitus Tipe I Ronasky, T; Ismy, Jufriady; Dasrul, Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol 47 No 2 (2019): Artikel Penelitian
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.47

Abstract

Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Penyakit ini dilaporkan terjadi pada 9% laki-laki dan 7,9% wanita. Laporan Center of disease control (CDC) menyebutkan tahun 2014 terdapat 8,1 juta orang tidak terdiagnosa DM dan 29,1 juta mengalami penyakit ini di Amerika Serikat. Pada penderita diabetes dapat terjadi kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan organ yang berbeda, terutama mata (diabetes retinopathy), ginjal (nefropati diabetik), saraf (neuropati diabetes), jantung (infark miokard) dan pembuluh darah (aterosklerosis) dan infertilitas. Laporan insiden infertilitas terkait DM terjadi pada 9% orang dewasa berusia >18 tahun mengalami akibat difungsi endokrin spermatogenesis. Vitamin E berperan sebagai antioksidan eksogen (non-enzimatis) yang dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Metode. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post-test only control group design secara laboratorium eksperimental. Rancangan penelitian ini dipilih berdasarkan konsep bahwa setiap unit dari populasi adalah homogen dan memiliki karakteristik yang sama. Pembagian sampel dilakukan secaraacak (random assignment). Pada kelompok eksperimen perlakuanlangsung diberikan stimulus dan pengamatan akhir sementara pada kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding dari kelompok perlakuan. Hasil. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan angka yang bervariasi. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada perlakuan kontrol negatif (KN) adalah 261,57± 5,72 μm, kemudian mengalami penurunan menjadi 241,18 ± 18,53 μm, pada perlakuan tikus DM yang diinduksi aloksan (KP), dan mengalami peningkatan kembali pada perlakuan tikus DM yang dinduksi aloksan dan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgbb/hari (P1), dan 200 mg/kgbb/hari (P2), secara berturut-turut adalah 265,92 ± 15,97 μm dan 271,41 ± 24,79 μm. Kesimpulan. Berdasarkan uji statistik Analysis of variance (ANOVA) one way didapatkan nilai signifikannya p 0,039 <0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan pemberian vitamin E (P1 dan P2) berpengaruh secara signifikan terhadap diameter tubulus seminiferus testis tikus putih diabetes. Kata Kunci : Vitamin E, Histomorfometri Testis Tikus Putih (strain wistar), Dm Tipe 1.
Hubungan Kadar Malondialdehide (MDA) Testis dengan Kualitas Spermatozoa pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus novergicus) Diabetes Tipe I Deslo, Jauhari; Ismy, Jufriady; Dasrul, Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol 47 No 2 (2019): Artikel Penelitian
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.49

Abstract

Latar Belakang. Hyperglikemia pada diabetes melitus tipe 1 diduga berperan dalam peningkatan radikal bebas (oksidan) dan penurunan antioksidan darah. Peningkatan senyawa radikal bebas memicu peroksidasi lipid pada darah dan testis yang ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA) testis dan penurunan kualitas spermatozoa. Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar MDA testis dengan kualitas spermatozoa tikus putih diabetes mellitus tipe 1. Metode Penelitian. Desain penelitian ini adalah static comparison group dan menggunakan uji analitik observasional. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ekor tikus putih normal dan 16 ekor tikus putih dengan diabetes mellitus tipe 1 yang diinduksi aloksan. Kadar MDA spermatozoa diukur dengan menggunakan uji TBA dan spektrofotometer. Penilaian kualitas spermatozoa (jumlah, persentase motilitas dan morfologi normal spermatozoa) dilakukan dengan menggunakan standar WHO. Data kadar MDA testis dan kualitas spermatozoa (jumlah, motilitas dan morfologi spermatozoa) dianalisis dengan uji-t independent, sedangkan hubungan antara kadar MDA dengan kualitas spermatozoa dianalisis dengan korelasi pearson menggunakan spss 21.0. Hasil Penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar MDA testis tikus normal berbeda secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan tikus putih DM. Jumlah, motilitas dan morfologi normal spermatozoa tikus putih normal berbeda secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan pada tikus putih DM. Terdapat hubungan yang kuat antara kadar MDA testis dengan jumlah, motilitas dan morfologi normal spermatozoa dengan arah negatif (R= - 0,877; - 0,804 dan - 0,795). Kesimpulan. Kadar MDA testis berhubungan secara kuat dengan kualitas (jumlah, motilitas dan morfologi normal) spermatozoa dengan arah negatif. Kata kunci: Diabetes mellitus, malondialdehida testis, kualitas spermatozoa
Pengaruh Vitamin E terhadap Kadar Malondialdehide Jaringan Testis Tikus (Rattus novergicus) Strain Wistar dengan Diabetes Mellitus Tipe I Bangun I Y; Jufriady Ismy; Dasrul Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 47 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.46

Abstract

Latar belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan endokrin yang menyebabkan kerusakan sistemik dan memicu stres oksidatif di tingkat seluler. Malondialdehide (MDA) adalah produk stres oksidatif berupa lipid peroksidase yang berhubungan dengan kondisi anomali dan asthenozoospermia. Upaya menekan stres oksidatif adalah dengan vitamin E yang telah lama menjadi antioksidan melawan stres oksidatif. Tujuan Penelitian. Mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar malondialdehide (MDA) serta pengaruh pemberian vitamin E dengan berbagai dosis terhadap kadar MDA. Metode penelitian. Penelitian eksperimental menggunakan 30 ekor tikus putih strain Wistar jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok tikus tidak DM (KN), kelompok tikus DM (KP), kelompok tikus DM yang mendapat terapi vitamin E dosis 50 iu/kgbb/hr (KP1), dosis 100 iu/kgbb/hr (KP2) dan dosis 150 iu/kgbb/hr (KP3). Pasca perlakuan dilakukan pengambilan organ testis pada semua kelompok dan dianalisis kadar MDA jaringan testis dengan metode Thiobarbituric Acid Reactive Subtances (TBARS). Analisis data kadar MDA jaringan testis menggunakan one way ANOVA ?=0,05 dengan uji lanjutan LSD. Hasil penelitian. Pemberian vitamin E dapat menurunkan secara bermakna (P<0,05) kadar MDA jaringan testis tikus putih DM. Pemberian vitamin E dosis 150 iu/kgbb/hr tidak berbeda secara nyata (P>0,05) dibandingkan dengan dosis 100 iu/kgbb/hr, namun keduanya berbeda secara nyata (P<0,05) dibandingkan dosis 50 iu/kgbb/hr. Kesimpulan. Pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar MDA testis tikus dengan kondisi diabetes mellitus tipe 1. Pemberian vitamin E dosis 150 iu/kgbb/hr lebih baik dibandingkan dengan dosis 100 iu/kgbb/hr dan 50 iu/kgbb/hari. Kata kunci: vitamin E, diabetes mellitus, malondialdehide
Pengaruh Pemberian Vitamin E terhadap Morfologi Testis Tikus Strain Wistar (Rattus novergicus) dengan Diabetes Melitus Tipe I T Ronasky; Jufriady Ismy; Dasrul Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 47 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.47

Abstract

Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Penyakit ini dilaporkan terjadi pada 9% laki-laki dan 7,9% wanita. Laporan Center of disease control (CDC) menyebutkan tahun 2014 terdapat 8,1 juta orang tidak terdiagnosa DM dan 29,1 juta mengalami penyakit ini di Amerika Serikat. Pada penderita diabetes dapat terjadi kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan organ yang berbeda, terutama mata (diabetes retinopathy), ginjal (nefropati diabetik), saraf (neuropati diabetes), jantung (infark miokard) dan pembuluh darah (aterosklerosis) dan infertilitas. Laporan insiden infertilitas terkait DM terjadi pada 9% orang dewasa berusia >18 tahun mengalami akibat difungsi endokrin spermatogenesis. Vitamin E berperan sebagai antioksidan eksogen (non-enzimatis) yang dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Metode. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post-test only control group design secara laboratorium eksperimental. Rancangan penelitian ini dipilih berdasarkan konsep bahwa setiap unit dari populasi adalah homogen dan memiliki karakteristik yang sama. Pembagian sampel dilakukan secaraacak (random assignment). Pada kelompok eksperimen perlakuanlangsung diberikan stimulus dan pengamatan akhir sementara pada kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding dari kelompok perlakuan. Hasil. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan angka yang bervariasi. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada perlakuan kontrol negatif (KN) adalah 261,57± 5,72 ?m, kemudian mengalami penurunan menjadi 241,18 ± 18,53 ?m, pada perlakuan tikus DM yang diinduksi aloksan (KP), dan mengalami peningkatan kembali pada perlakuan tikus DM yang dinduksi aloksan dan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgbb/hari (P1), dan 200 mg/kgbb/hari (P2), secara berturut-turut adalah 265,92 ± 15,97 ?m dan 271,41 ± 24,79 ?m. Kesimpulan. Berdasarkan uji statistik Analysis of variance (ANOVA) one way didapatkan nilai signifikannya p 0,039 <0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan pemberian vitamin E (P1 dan P2) berpengaruh secara signifikan terhadap diameter tubulus seminiferus testis tikus putih diabetes. Kata Kunci : Vitamin E, Histomorfometri Testis Tikus Putih (strain wistar), Dm Tipe 1.
Hubungan Kadar Malondialdehide (MDA) Testis dengan Kualitas Spermatozoa pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus novergicus) Diabetes Tipe I Jauhari Deslo; Jufriady Ismy; Dasrul Dasrul
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 47 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i2.49

Abstract

Latar Belakang. Hyperglikemia pada diabetes melitus tipe 1 diduga berperan dalam peningkatan radikal bebas (oksidan) dan penurunan antioksidan darah. Peningkatan senyawa radikal bebas memicu peroksidasi lipid pada darah dan testis yang ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA) testis dan penurunan kualitas spermatozoa. Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar MDA testis dengan kualitas spermatozoa tikus putih diabetes mellitus tipe 1. Metode Penelitian. Desain penelitian ini adalah static comparison group dan menggunakan uji analitik observasional. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ekor tikus putih normal dan 16 ekor tikus putih dengan diabetes mellitus tipe 1 yang diinduksi aloksan. Kadar MDA spermatozoa diukur dengan menggunakan uji TBA dan spektrofotometer. Penilaian kualitas spermatozoa (jumlah, persentase motilitas dan morfologi normal spermatozoa) dilakukan dengan menggunakan standar WHO. Data kadar MDA testis dan kualitas spermatozoa (jumlah, motilitas dan morfologi spermatozoa) dianalisis dengan uji-t independent, sedangkan hubungan antara kadar MDA dengan kualitas spermatozoa dianalisis dengan korelasi pearson menggunakan spss 21.0. Hasil Penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar MDA testis tikus normal berbeda secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan tikus putih DM. Jumlah, motilitas dan morfologi normal spermatozoa tikus putih normal berbeda secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan pada tikus putih DM. Terdapat hubungan yang kuat antara kadar MDA testis dengan jumlah, motilitas dan morfologi normal spermatozoa dengan arah negatif (R= - 0,877; - 0,804 dan - 0,795). Kesimpulan. Kadar MDA testis berhubungan secara kuat dengan kualitas (jumlah, motilitas dan morfologi normal) spermatozoa dengan arah negatif. Kata kunci: Diabetes mellitus, malondialdehida testis, kualitas spermatozoa
Perbandingan Efektivitas Pemberian Erythromycin dan Metoclopramide sebagai Prokinetik Pasca Operasi Laparotomi Digestif di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Syahmardani Ibnu; Ferry Erdani; Jufriady Ismy
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 48 No. 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v48i2.62

Abstract

Latar Belakang. Gastroparesis atau ileus pasca operasi (IPO) merupakan kondisi yang normal, bersifat sementara, dan merupakan respon fisiologis pasca prosedur operasi abdominal. Jika berkepanjangan, IPO dapat meningkatkan morbiditas dan beban biaya kesehatan. Beberapa obat yang berperan sebagai prokinetik, seperti diantaranya metoclopramid dan erythromycin. Penggunaan kedua obat tersebut masih sangat minim khususnya di Indonesia dalam konteks mencegah terjadinya IPO. Tujuan. Menilai efektifitas erythromycin dan metocloprtamide sebagai prokinetik pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan laparotomi. Metode. Penelitian uji klinis ketersamaran ganda dengan desain paralel. Subjek dibedakan menjadi dua kelompok perlakuan yaitu dengan pemberian erythromycin 250 mg dan metoclopramide 10 mg secara oral 60 menit sebelum operasi. Independent t test digunakan sebagai analisa utama dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil. 38 subjek terlibat dalam penelitian ini yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan rerata usia 45,11 ± 15,38 dan 53,84 ± 10,73 pada kelompok erythromycin dan metoclopramide secara berurutan. Rerata residu volume cairan lambung kelompok erythromycin (33,26 ± 15,33 ml/24 jam) lebih minimal dibandingkan kelompok metoclopramide (49,95 ± 17,71 ml/24 jam) dengan nilai signifikansi p=0,004. Kesimpulan. Pemberian erythromycin lebih efektif dibandingkan metoclopramide sebagai agen prokinetik pasca pembedahan digestif.