Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMETAAN TUTUPAN LAHAN KAWASAN HUTAN GUNUNG TIMAU DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN OBSERVATORIUM NASIONAL DI KABUPATEN KUPANG Jehunias Leonidas Tanesib; Albert Zicko Johannes
Jurnal Fisika : Fisika Sains dan Aplikasinya Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Fisika : Fisika Sains dan Aplikasinya
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.558 KB)

Abstract

Abstrak Telah dilakukan penelitian berupa pemetaan tutupan lahan kawasan hutan di Gunung Timau, Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, Indonesia dengan membandingkan perubahan klasifikasi vegetasi tutupan lahan selama 12 tahun 2005-2016, 2010 dan 2011 data tidak ada). Metode klasifikasi yang digunakan adalah adalah metode klasifikasi kemiripan maksimum (Maximum Likelihood Classification/MLC) yaitu dengan dengan menggunakan data satelit penginderaan jauh LANDSAT. Dari hasil pemetaan kawasan hutan di gunung Timau, jumlah luasan hutan menunjukkan garis tren yang menurun dari tahun ke tahun. Hasil ini menunjukkan terjadinya pola perubahan vegetasi yang negatif yaitu menurunnya kerapatan vegetasi hutan dan berkurangnya luasan total hutan serta meningkatnya luasan padang rumput selama periode 12 tahun ini. Sebagai daerah yang masih natural maka dapat disimpulkan perubahan iklim global merupakan salah satu penyebab perubahan vegetasi ini sebagaimana beberapa tempat di dunia. Kata kunci: indeks vegetasi, NDVI, penginderaan jauh, pola perubahan vegetasi, perubahan iklim global. Abstract Studies have been conducted in the form of forest land cover mapping at Mountain Timau, Timor island, East Nusa Tenggara, Indonesia, by comparing changes in land cover classification vegetation for 12 years from 2005 to 2016 (2010 and 2011 data does not exist). Classification method used is Maximum Likelihood Classification / MLC using LANDSAT satellite remote sensing data. From the mapping of forest areas in the Mountain Timau, the amount of forest area showed declining trendline from year to year. These results indicate the occurrence of a negative pattern of vegetation change that is decreasing the density of the forest vegetation and reduction of the total area of ​​forest and pasture area increased over a period of 12 years. As the area is natural, it can be inferred global climate change is one of the causes of this vegetation change, same as some places in the world. Keywords: vegetation index, NDVI, remote sensing, vegetation change, global climate change.
PEMETAAN DISTRIBUSI KANDUNGAN RADIOISOTOP DI DAERAH PERKEBUNAN UBI KAYU DI NUABOSI ENDE FLORES Yohanes Jean Del Rosario Lake; Bartholomeus Pasangka; Jehunias Leonidas Tanesib
Jurnal Fisika : Fisika Sains dan Aplikasinya Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Fisika : Fisika Sains dan Aplikasinya
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1300.944 KB) | DOI: 10.35508/fisa.v4i2.975

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian di wilayah perkebunan ubi kayu Desa Ndetundora III Nuabosi Kecamatan Ende Kabupaten Ende mengenai pemetaan distribusi kandungan radioisotop. Tujuan penelitian ini menentukan interval cacah radiasi dan temperatur di daerah perkebunan, memetakan distribusi kandungan radiosotop di daerah perkebunan berdasarkan cacah radiasi dan temperatur serta mengestimasi luas daerah yang cacah radioisotopnya cukup tinggi. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari observasi, mapping, analisis dan interpretasi data. Data yang diperoleh dalam penelitian di lapangan adalah nilai cacah radiasi permenit (Cpm), temperatur tanah, elevasi dan data lintang bujur, data-data ini yang kemudian digunakan untuk membuat peta. Hasil penelitian diperoleh bahwa distribusi kandungan radioisotop di lokasi berkisar dari 11 cpm - 22 cpm dan temperatur berkisar dari 22oC - 31oC. Keseluruhan area penelitian memiliki kadar radiasi yang rendah. Kontaminasi radioisotop pada lingkungan masih tergolong rendah dan secara umum cacah radiasi dan temperatur masih berada pada batas toleransi. ABSTRACT [Title: Distribution Mapping Of Radioisotop Content In Wooden Sweet Plant Areas In Nuabosi Ende Flores] Research has been carried out in the cassava plantation area of ​​Ndetundora III Nuabosi Village, Ende Sub-district, Ende Regency about the distribution mapping of radioisotope content. The purposes of this study are; first, to determine the interval of radiation counts and temperatures in the plantation area: Second, to map the distribution of radioisotope content in the plantation area based on radiation counts and temperature; Third, to estimate the area with a high radioisotope count. The research method that used in this study consists of observation, mapping, analysis and interpretation of data. Data obtained in the field of research are the value of radiation counts per minute (Cpm), soil temperature, elevation and latitude longitude data, these data are then used to make maps. The results showed that the distribution of radioisotope content in the research sites based on radiation counts, ranged from 11 cpm - 22 cpm and temperatures ranged from 22oC - 31oC. The entire research area has low radiation levels. Radioisotope contamination in the environment is still classified as low contamination and generally the radiation count and temperature are still at the tolerance limit.
ANALISIS POLA DISTRIBUSI UNSUR-UNSUR CUACA DI LAPISAN ATAS ATMOSFER DI WILAYAH KOTA KUPANG Artini Waluwanja; Jehunias Leonidas Tanesib; Jonshon Tarigan; Abdul Wahid
Jurnal Fisika : Fisika Sains dan Aplikasinya Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Fisika : Fisika Sains dan Aplikasinya
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.516 KB) | DOI: 10.35508/fisa.v4i2.1831

Abstract

Abstrak Telah dilakukan analisis pola distribusi unsur-unsur cuaca di lapisan atas atmosfer di wilayah kota Kupang, menggunakan data radiosonde dengan rentang data selama 4 tahun (2015-2018) dari 4 titik pengambilan data yaitu di kota kupang, banjarmasin, surabaya, dan makassar yang meliputi data suhu, kelembapan dan angin yang kemudian dibuat menjadi peta distribusi dengan menggunakan aplikasi surfer 13. Hasil analisis menunjukan bahwa pada bulan April-September (musim kemarau), di lapisan 850 mb memiliki suhu di BBU yang lebih tinggi dari BBS, dan kelembapannya paling tinggi ada di wilayah banjarmasin dan paling rendah ada di wilayah kota Kupang. Pada lapisan 700 mb distribusi suhu tidak merata di berbagai wilayah. Kota kupang memiliki suhu paling tinggi tetapi kelembapan paling rendah. Pada lapisan 500 mb penyebaran suhu hampir merata. Angin yang bertiup pola sirkulasi monsun timur, Serta Aliran udara dari selatan yang berpusat di BBU yang membawa massa udara kering dan stabil yang menyebabkan musim kemarau. Pada bulan Oktober–Maret (musim hujan), peta pola distribusi menunjukan bahwa pada lapisan 850 mb suhu di BBS lebih tinggi dari BBU. Suhu tertinggi ada di kota kupang tetapi kelembapannya rendah, kelembapan tertinggi ada di Banjarmasin. Pada lapisan 700 mb, suhu tertinggi di Makassar dan kelembapan paling tinggi di Banjarmasin sedangkan kelembapan paling rendah di kota Kupang. Pada lapisan 500 mb, persebaran suhu hampir merata dengan suhu paling tinggi di kota Kupang dan Kelembapan paling tinggi ada di banjarmasin. Angin yang bertiup adalah pola sirkulasi monsun barat. Serta angin utara yang membawa massa udara yang lembab dan tidak stabil yang menyebabkan musim hujan. Kata kunci: radiosonde; distribusi cuaca; surfer13. Abstract [Analysis of the distribution patterns of weather elements in the upper atmosphere in the Kupang city area] The Analysis of the distribution patterns of weather elements in the upper atmosphere using radiosonde data with a range of data for 4 years (2015-2018) from 4 data collection points, namely in Kupang, Banjarmasin, Surabaya, and Makasar which included temperature, humidity and wind data which are then made into a distribution map using the surfer 13 application. The results of the analysis show that in April-September (dry season), the 850 mb layer has a temperature at BBU that is higher than BBS, and the highest humidity is in the area of ​​Banjarmasin and the lowest is in the city of Kupang. In the 700 mb layer the temperature distribution is uneven in various regions. Kupang city has the highest temperature but the lowest humidity. In the 500 mb layer the temperature is spread evenly. Winds that blow the circulation patterns of the east monsoon, as well as air flow from the south which is centered at the BBU which carries a dry and stable air mass that causes the dry season. In October - March (the rainy season), the distribution pattern map shows that at 850 mb layer the temperature at BBS higher than BBU. The highest temperature is in Kupang city but the humidity is low, the highest humidity is in Banjarmasin. In the 700 mb layer, the highest temperature in Makassar and the highest humidity in Banjarmasin while the lowest humidity in Kupang. In the 500 mb layer, the temperature distribution is almost evenly distributed with the highest temperature in Kupang city and the highest humidity is in Banjarmasin. The wind that blows is the circulation pattern of the western monsoon. As well as northern winds that bring masses of moist and unstable air which causes the rainy season. Keywords: radiosonde; weather distribution; surfer 13.