Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Gambaran Pemeriksaan Volume Darah 1 cc Dan 3 cc Dengan Konsentrasi Antikoagulan EDTA Terhadap Kadar Hemoglobin Di Klinik Dewi Sartika Atna Permana; Zuraida Zuraida; Siti Hadijah Sindarama
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 6, No 1 (2020): Anakes :Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v6i1.358

Abstract

Salah satu pemeriksaan laboratorium dalam mendiagnosis suatu penyakit adalah pemeriksaan hematologi (Dacie,J.V.;Lewis,S.M.,2001:12). Pemeriksaan hematologi rutin adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-se darah dan merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui gambaran hasil kadar hemoglobin pada volume darah  1 dan 3 cc dengan menggunakan antikoagulan EDTA.Metode Penelitian ini adalah observasi sederhana yang dilakukan   di Laboratorium Klinik. Metode pemeriksaan menggunakan hematology analyzer  metode flowcytometer. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir Prodi D3 Analis Kesehatan Universitas MH.Thamrin sejumlah 32 orang yang bersedia dijadikan responden. Hasil penelitian menunjukkan rata-ratakadar Hemoglobin (Hb) dengan spesimen darah EDTA 1 cc rata-rata 11,91 gr/dl  dengan kadar minimal 8,0 gr/dl dan  maksimal 14,9 gr/dl sedangkan spesimen darah EDTA 3 cc rata-rata12,52 gr/dl dengan kadar minimal 8,2 gr/dl dan kadar maksimal 15,3 gr/dl. Kesimpulan dalam penelitian ini selisih  kadar rata-rata darah EDTA 1 cc (11,91 gr/dl)  dengan darah EDTA 3 cc  ( 12,52gr/dl ) adalah 0,61 gr/dl, artinya ada perbedaan kadar hemoglobin (Hb) yang diperiksa  sebesar 0,61 dari nilai darah EDTA 1 cc dengan 3 cc.  Disarankan kepada petugas tenaga kesehatan agar menggunakan sesuai dengan yang ditetapkan dari pabrik. Kata kunci          : EDTA, Hemoglobin, volume darah 1 dan 3 cc
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Hasil Konsentrasi Sperma Berdasarkan Metode WHO 1993 dan WHO 2010 Di Rumah Sakit Hermina Jatinegara Ellis Susanti; Atna Permana; Suryantiningsih Suryantiningsih
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 5, No 2 (2019): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v5i2.340

Abstract

Perbedaan pengenceran dan perhitungan konsentrasi sperma pada WHO 1993 dan WHO 2010 dapat menyebabkan perbedaan hasil pemeriksaan, serta belum meratanya sosialisasi tentang prosedur pemeriksaan analisa sperma yang sesuai dengan WHO edisi kelima tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan konsentrasi sperma berdasarkan metode WHO 1993 dan WHO 2010 di Rumah Sakit Hermina Jatinegara Jakarta Timur.Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017 sampai dengan Juni 2018. Besar sampel yang digunakan adalah 50 orang pasien pria di Rumah Sakit Hermina Jatinegara sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui pencatatan data primer. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji paired-t Test dengan indeks kepercayaan 95%.Terdapat perbedaan bermakna pada hasil pemeriksaan konsentrasi sperma berdasarkan metode. Kata kunci          :           Konsentrasi Sperma ,WHO 1993, WHO 2010
Gambaran Kadar Hemoglobin(Hb) Dan Leukosit Pada Penderita Tb Paru Dengan Lamanya Terapi OAT (Obat Anti Tuberculosis) Di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Atna Permana
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 6, No 2 (2020): Anakes:Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v6i2.364

Abstract

Penderita TB Paru masih banyak di Indonesia termasuk di Ibu kota Jakarta. Efek yang timbul baik yang melaksanakan pengobatan maupun yang sementara pengobatan adalah anemia. Tujuan penelitian memperoleh gambaran kadar hemoglobin dan leukosit pada penderita TB Paru di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih. Penelitiang ini menggunakan metode deskriptif populasi dalam penelitian ini adalah penderita TB paru yang masih melakukan pengobatan.Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar hemoglobin penderita TB paru di RSIJ Cempaka Putih sebanyak 34 orang (31%) memiliki kadar hemoglobin yang normal dan sebanyak 75 orang (69%) memiliki kadar hemoglobin yang tidak normal, sedangkan nilai rata-rata leukosit sebanyak 70orang (64%) memiliki nilai leukosit yang normal dan 39 orang (36%) memiliki nilai leukosit yang tidak normal.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebanyak 75 orang (69%) memiliki kadar hemoglobin yang tidak normal dan 39 orang (36%) memiliki nilai leukosit yang tidak normal. Kata kunci       : Hemoglobin, Leukosit, Penderita TB, OAT
Perbandingan Kadar Hemoglobin Pra Dan Pasca Hemodialisa Pada Pasien Penderita Gagal Ginjal Kronik Di RSUD Karawang Atna Permana
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 5, No 1 (2019): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v5i1.326

Abstract

Gagal Ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal, dan dibagi menjadi dua kategori yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Gagal Ginjal Kronik adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) prevalensinya semakin meningkat setiap tahunnya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang diperkirakan ada sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun. Hemodialisa merupakan salah satu terapi yang rutin dilakukan pada pasien Gagal Ginjal Kronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal kronik pra dan pasca hemodialisa. Penelitian ini dilakukan terhadap 50 pasien penderita gagal ginjal kronik di RSUD Karawang periode Maret-Juni 2018. Data diperoleh dari bagian Rekam medik RSUD Karawang. Data diambil dan dicatat dari formulir rekam medis mengenai kadar Hb pada pasien Gagal Ginjal Kronik pra dan pasca hemodialisa. Data diuji statistik dengan uji Paired Sample T-Test.Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai rata-rata kadar hemoglobin pra hemodialisa adalah 8.4 g/dl, dengan kadar terendah 7.0 g/dl dan kadar tertinggi 10.3 g/dl. Sedangkan nilai rata-rata kadar hemoglobin pasca hemodialisa adalah 9.0 g/dl, dengan kadar terendah 7.3 g/dl dan kadar tertinggi 10.6 g/dl. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar hemoglobin pra hemodialisa dengan kadar hemoglobin pasca hemodialisa. Kata Kunci     : Gagal Ginjal Kronik, Hemodialisa, Hemoglobin
Gambaran Frekuensi Incompatible Auto Control Pada Penderita Talasemia Dengan Transfusi Berulang < 10 dan ≥ 10 Di Rumah Sakit Hermina Jatinegara Lenggo Geni; Atna Permana; Wiwin Widayanti
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 5, No 2 (2019): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v5i2.338

Abstract

Transfusi darah adalah suatu tindakan memindahkan komponen darah yang ditranfusikan ke tubuh resipien. Pada penderita Talasemia mempunyai kadar hemoglobin kurang dari normal, maka dibutuhkan transfusi berulang. Penatalaksanaan transfusi sangat penting untuk menghindari efek dari transfusi berulang, berupa reaksi segera sampai reaksi tunda, jenisnya  reaksi imun atau non imun. Hingga terbentuk antibodi pada sel darah merah menyebabkanIncompatible auto controlpada Uji Silang Serasi. Penelitian ini dilakukan di Bank Darah Rumah Sakit Hermina Jatinegara periode Januari 2018 – Mei 2018. Bertujuan melihat gambaran Uji Silang Serasi dengan hasil Incompatible Auto Controlyang menggunakan transfusi berulang pada 79 penderita Talasemia beta mayor. Teknis analisa data yang digunakan analisis persentase. Hasil penelitian menunjukan Gambaran frekuensiIncompatibel auto control pada penderita Talasemia beta mayor dengan transfusi berulang 10 kali memiliki hasil yang signifikan yaitu 8% lebih rendah dibandingkan dari transfusi berulang ≥10 yaitu 52 %. Disarankan mengunakan pendonor tetap untuk transfusi berulang pada penderita Talasemia untuk menurangi paparan antigen, mengurangi terbentuknya antibodi yang masuk kedalam tubuh dan  transfusi lebih aman. Kata kunci              :   Talasemia,Transfusi berulang
Gambaran Kadar Hemoglobin Sebelum Dan Sesudah Operasi Bypass Jantung Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Periode Januari Sampai Mei 2019 Atna Permana; Hadi Susanto; Yusuf Sugeng Tri Hariyadi
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 6, No 1 (2020): Anakes :Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v6i1.361

Abstract

Mesin cardiopulmonary bypass (CPB) adalah mesin yang berfungsi sementara mengambil alih fungsi jantung dan paru. Mesin ini menyederhanakan operasi jantung dengan mewakilkan fungsi jantung, sehingga jantung bisa berhenti berdetak dan kosong tanpa darah. Akan tetapi, penggunaan mesin ini tentu memiliki beberapa efek samping terhadap tubuh pasien, salah satunya adalah anemia dilusional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar Hb sebelum dan sesudah operasi bypass jantung di di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto periode Januari sampai Mei 2019. Penelitian ini bersifat deskriptif potong lintang (cross sectional) dengan pengambilan data sekunder yang berasal dari data status pasien atau medical record (MR) periode Bulan Januari sampai Mei 2019. Sampel penelitian ini berjumlah 52 data hasil pemeriksaan kadar Hb sebelum dan sesudah operasi bypassjantung. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara Hb pasien sebelum dan sesudah operasi bypass(p-value= 0,000). Peningkatan dilusi dari massa eritrosit sirkulasi saat menggunakan mesin pintas jantung (CPB) akan menurunkan Hb, hematokrit, dan CaO2secara eksponensial. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan cepat bila terdapat indikasi anemia akut pasca operasi bypass jantung dengan mesin CPB dengan pemberian cairan kristaloid  atau  koloid, terapi antikoagulan dan penambahan volume sel darah merah melalui transfusi.Evaluasi preoperatif yang menyeluruh juga dibutuhkan untuk mengetahui risiko perdarahan, memprediksi kebutuhan transfusi darah yang tepat, dan untuk mengevaluasi indikasi serta kesiapan pasien dalam menerima transfusi darah. Kata Kunci         :cardiopulmonary bypass (CPB), kadar Hb, anemia
Gambaran Netrofil Pada Pasien Covid-19 Di Rumah Sakit Siloam Bogor Atna Permana; Heru Purwanto Nugroho; Maharani Ratna Kusuma Dewi
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol 7, No 2 (2021): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v7i2.695

Abstract

SARS-CoV-2 adalah virus baru yang muncul pertama kali di Wuhan pada 31Desember 2019. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberi nama penyakit yang disebabkan virus tersebut, COVID-19. Virus ini menimbulkan wabah diberbagai negara termasuk Indonesia. Dilakukan pemeriksaan skrining untuk pasien COVID-19 salah satunya yaitu pemeriksaan kadar neutrofil pada darah. Neutrofil adalah sel darah putih pertama yang direkrut ke tempat peradangan akut. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui gambaran neutrofil pada pasien COVID-19. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juni 2021 di RS Siloam Bogor pada pasien dengan diagnosa COVID-19.Penelitian diambil dari data sekunder sebanyak 113 data yang diolah dan disusun dalam bentuk tabel. Hasil penelitian yang berasal dari 113 data didapatkanhasil pasien wanita lebih tinggi daripada laki-laki, hasil neutrofil cenderung meningkat pada wanita dan laki-laki. Pasien didominasi oleh wanita usia 41-50 tahun. Didapatkan hasil pasien COVID-19 di RS Siloam Bogor BulanOktober - Desember 2020 paling banyak adalah perempuan dengan rentang usia41-50 tahun dengan penyakit penyerta yang mengalami peningkatan nilai neutrofil, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai pemeriksaan neutrofil pada pasien COVID-19.Kata kunci         : Neutrofil, COVID-19, SARS-COV-2