Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Konsep Lokalitas Terhadap Nilai Berbelanja Konsumen di Kota Bandung Tri Widianti Natalia
Waca Cipta Ruang Vol 6 No 1 (2020): Vol 6 no.1 (2020) : Waca Cipta Ruang
Publisher : Program Studi Desain Interior Unikom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/wcr.v6i1.4195

Abstract

Pertumbuhan ritel di Indonesia semakin modern, didukung oleh daya beli konsumen yang lebih kuat, membuat konsumen bersedia membayar lebih untuk produk-produk berkualitas tinggi dan suasana yang nyaman. Hal tersebut membuat pengembang Mall di Bandung bersaing untuk mendirikan pusat perbelanjaan. Namun tidak sedikit kegagalan terjadi di pusat perbelanjaan yang memiliki konsep modern pada atribut Mall. Cihampelas Walk dan Paris Van Java menawarkan konsep yang berbeda dengan membawa konsep lokalitas ke mal, tentu akan mempengaruhi nilai belanja konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh konsep lokalitas di pusat perbelanjaan Cihampelas Walk dan Paris Van Java pada nilai konsumen belanja hedonis dan utilitarian di Bandung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui observasi dan wawancara dalam mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep lokalitas di Cihampelas Walk Shopping Mall dan Paris Van Java akan mempengaruhi nilai belanja hedonis dan menjadikannya pilihan belanja utama konsumen, karena memiliki identitas lokal dari Bandung. Konsep lokalitas di CiWalk dan Paris Van Java telah menjadi konsep keberlanjutan pusat perbelanjaan di Bandung.
PROSES DAN ALASAN TERJADINYA TRANSFORMASI MASJID RAYA BANDUNG Tri Widianti Natalia; Heru Wibowo
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 3 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.869 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i3.49

Abstract

Abstract:. Masjid Raya Bandung is the oldest mosque in the city of Bandung which has a very important role in the city structure and the neighborhood of town square. The Masjid Raya Bandung and the square have undergone a transformation many times, until the original building is almost gone. Transformation of the form Masjid Raya Bandung will affect the structure and the face of downtown Bandung. Therefore the purpose of this study is to see how the transformation process that occurs in the building of Masjid Raya Bandung is seen from the reason for the transformation. And see how the impact on the structure of the downtown Bandung and its influence on the quality of its functions and architecture. The method used is qualitative analysis by examining several similar studies. The results of the study reveal that every process of change that occurs in the building of Masjid Raya Bandung is always influenced by agents of control, namely the government as the control holder and the actor namely the architect as the designer. Changes in the form of Masjid Raya Bandung have changed the live configuration of the structure and the face of downtown area of Bandung. Keyword: Transformation, Masjid Raya Bandung, live configuration, city structure Abstrak: Masjid Raya Bandung menjadi salah satu masjid tertua di kota Bandung yang memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kota dan lingkungan Alun-alun Badung. Masjid Raya Bandung dan alun-alun telah mengalami transformasi berkali kali, hingga bangunan asli hampir sudah tidak ada. Perubahan bentuk  Masjid Raya Bandung akan mempengaruhi struktur dan wajah pusat Kota Bandung. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana proses transformasi yang terjadi pada bangunan Masjid Raya Bandung dilihat dari alasan terjadinya transformasi.  Serta melihat bagaimana dampaknya terhadap struktur wajah pusat Kota Bandung dan pengaruhnya terhadap kualitas fungsi dan arsitekturnya. Metode yang digunakan yaitu analisis kualitatif adalah dengan mengkaji beberapa penelitian sejenis. Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa setiap proses perubahan yang terjadi pada bangunan Masjid Raya Bandung selalu dipengaruhi oleh agen konrtrol yakni pemerintah sebagai pemegang kontrol dan aktor yakni arsitek sebagai perancang. Perubahan bentuk Masjid Raya Bandung telah mengubah live configuration struktur dan wajah kawasan pusat kota Bandung.Kata Kunci: Transformasi, Masjid Raya Bandung, Struktur Wajah Kota
TERITORI RUANG BERMAIN ANAK PADA FASILITAS PRASEKOLAH DI KOTA BANDUNG Lisda Triantini Nurazizah; Dhini Dewiyanti; Tri Widianti Natalia; Nova Chandra Aditya
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.001

Abstract

Teritori merupakan perwujudan dari bentuk rasa aman yang dimiliki oleh seseorang, sehingga dengan perasaan aman yang dimilikinya, maka kepercayaan dirinya untuk melakukan sesuatu menjadi lebih nyaman.  Anak dalam kategori usia tertentu, masih memiliki kecenderungan untuk selalu berada dalam lingkungan dengan orang-orang yang dikenal secara dekat agar dirinya merasa aman. Ketika masuk usia preschool sebagai awal perkenalan dirinya dengan dunia luar, anak harus belajar untuk mampu beraktivitas secara mandiri. Memahami aspek teritorialitas pada anak usia preschool diyakini sebagai sebuah upaya untuk memahami anak dengan hubungannya terhadap ruang yang dianggap sebagai tempat aman. Ruang yang dianggap aman oleh anak, mampu memberikan stimulus sehingga mampu untuk melakukan kegiatan secara mandiri maupun berkelompok. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi teritori ruang bermain anak pada kegiatan preschool di Growing Tree Kota Bandung, sebagai upaya untuk memahami ruang yang dianggap aman oleh anak. Penelitian ini digali melalui pengamatan dan pemetaan terhadap perilaku pengguna ruang yang dilakukan selama 1 bulan pada Mei 2022. Hasil dari penelitian mengungkapkan teritori dapat berbeda berdasarkan: 1). Gender; 2). Aktivitas; 3). Fasilitas; 4). Usia. Teritori yang dibentuk dan dianggap aman oleh anak berdasarkan penelitian diantaranya: 1). Teritori berkelompok melalui perilaku bermain dan lokasi dengan kegiatan tematik yang ditentukan pendamping dan kegiatan bermain bebas selama 30 menit. 2). Anak laki-laki cenderung membentuk sebuah teritori dengan segala jenis permainan khususnya permainan yang lebih menantang selain itu juga dapat membentuk teritori bersama anak perempuan. Sedangkan anak perempuan akan cenderung membentuk sebuah teritori jika permainan yang dianggapnya aman baik itu sesama perempuan atau bersama laki-laki. 3). Teritori pada ruang bermain menjadi fasilitas favorit anak dikarenakan anak usia dini pada dasarnya hal yang dilakukannya adalah bermain sehingga ruang tersebut dianggap aman oleh anak. Territory is an embodiment of a person's sense of security, so that with the feeling of security they have, their confidence to do something becomes more comfortable. Children in a certain age category still have a tendency to always be in an environment with people they know closely so that they feel safe. When entering preschool age as an initial introduction to the outside world, children must learn to be able to move independently. Understanding aspects of territoriality in preschool age children is believed to be an effort to understand children and their relationship to space that is considered a safe place. The space that is considered safe by children, is able to provide a stimulus so that they are able to carry out activities independently or in groups. The purpose of the study was to identify the territory of the children's playroom in preschool activities at Growing Tree Bandung, as an effort to understand the space that is considered safe by children. This research was explored through observations and mapping of the behavior of space users which was carried out for 1 month in May 2022. The results of the study revealed that territories could differ based on: 1). Gender; 2). Activity; 3). Facility; 4). Age. Territories that are formed and considered safe by children based on research include: 1). Group territory through play behavior and location with thematic activities determined by the companion and free play activities for 30 minutes. 2). Boys tend to form a territory with all kinds of games, especially games that are more challenging and can also form territory with girls. Meanwhile, girls will tend to form a territory if the game they think is safe is either with women or with men. 3). The territory in the playroom is a favorite facility for children because early childhood basically does what they do, so that the space is considered safe by children.
Identifikasi Pilihan Tempat Bermain Anak pada Lingkungan Permukiman Terencana dan Tidak Terencana Dhini Dewiyanti; Tri Widianti Natalia; Dianna Hertoety
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 11 No. 4 (2022): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.v11i4.61

Abstract

Lingkungan permukiman yang baik, biasanya akan menyediakan ruang yang dapat digunakan anak untuk bermain, baik berupa ruang yang direncanakan (seperti playground) maupun yang tidak sengaja terbentuk. Pada beberapa kasus, banyak permukiman yang tidak menyediakan ruang untuk dapat digunakan oleh anak, sehingga anak harus melakukan penjelajahan ruang bermain ke permukiman lain di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi ruang bermain eksploratif yang dipilih oleh anak. Penelitian kualitatif dipilih dengan melakukan pengamatan secara intensif dengan metode partisipatif selama dua tahun pada permukiman berdampingan antara permukiman terencana dan tidak terencana. Lokasi pengamatan berada di kawasan permukiman Kampung Padi, Kompleks Dosen UNPAD Cigadung 1, dan PERUMNAS Sadang Serang, Bandung. Hasil analisis ditemukan adanya ruang yang dipilih anak pada permukiman terencana dan ruang-ruang tidak terduga serta klasifikasi jenis permainan yang dilakukan pada anak. Kesimpulan memperlihatkan bahwa anak-anak lebih menyukai ruang-ruang yang tidak sengaja terbentuk sebagai akibat tidak adanya ruang pada permukiman.