Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Formal Design and Analysis of a Wastewater Treatment Control System Based on Petri Net Panjaitan, Seno D.; Sitorus, Berlian
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol 44, No 1 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.133 KB) | DOI: 10.5614/itbj.eng.sci.2012.44.1.1

Abstract

This paper proposes a new control design approach for industrial wastewater treatment where its logic control is verifiable. In this research, a treatment control design in a lab-scale was controlled by a microcontroller circuit. The developed system combined anaerobic digestion, aeration and filtration process. Its logic control algorithm was designed by using Signal Interpreted Petri Net. In the logic verification, six analysis properties were satisfied: conflict free (logical process had no conflict behavior), termination (the process could be terminated from any state), non-contradictory outputs, live (any process state could always be reached from other state), deadlock-free, and reversible (the process could always back to initial condition). In the design evaluation, the average value of transparency metrics was 0.984 close to 1 as the best value. The system performance was evaluated by pollutant removal efficiency. The highest removal efficiencies were obtained when each anaerobic and aeration treatment were performed for three days respectively and followed by filtration. Within this condition, the system obtained average removal efficiency 91.7% of Chemical Oxygen Demand and 95.4% of Total Suspended Solids. In terms of electricity consumption, the system needed only 1,857.6 Watt-hour for a batch treatment process.
Diversifikasi Sumber Energi Terbarukan melalui Penggunaan Air Buangan dalam Sel Elektrokimia Berbasis Mikroba Sitorus, Berlian
ELKHA : Jurnal Teknik Elektro Vol 2, No 1 (2010): Edisi Bulan Maret
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.971 KB) | DOI: 10.26418/elkha.v2i1.137

Abstract

Sel elektrokimia berbasis mikroba atau Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan pengembangan fuel cell yang umumnya berbahan bakar hidrogen murni. MFC menggunakan mikroorganisme sebagai katalis untuk mengoksidasi senyawa organik dalam metabolismenya dan melibatkan proses transfer elektron yang digunakan untuk memproduksi tegangan dan arus listrik. Arus listrik dapat dihasilkan bila terdapat senyawa mediator dalam kompartemen anoda yang akan melakukan penetrasi ke dalam membran plasma sel, kemudian mengambil elektron dari rantai transfer elektron mikroorganisme tersebut serta membawanya menuju ke permukaan elektroda. Penggunaan materi organik, misalnya air buangan organik, yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba sebagai sumber energi dapat mereduksi biaya selain menjadi alternatif solusi penanggulangan air buangan organik. Tiga jenis air buangan, yakni yang bersumber dari rumen sapi, industri tahu dan industri sawit dapat dimanfaatkan sebagai substrat dan agensia mikroba pada sistem MFC. Adapun beda potensial tertinggi didapat oleh rumen sedangkan potensial listrik yang paling rendah adalah air buangan tahu.
Sintesis Polimer Konduktif sebagai Bahan Baku untuk Perangkat Penyimpan Energi Listrik Sitorus, Berlian
ELKHA : Jurnal Teknik Elektro Vol 3, No 1 (2011): Edisi Bulan Maret
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.16 KB) | DOI: 10.26418/elkha.v3i1.138

Abstract

Abstract Penggunaan material anorganik menjadi sebuah masalah ketika baterai tidak dapat diolah secara alamiah, efisiensinya yang rendah dan biaya produksi yang tinggi. Solusi alternatif pembuatan baterai adalah dengan menggunakan material organik berupa polimer konduktif sebagai bahan baku. Polimer konduktif dapat secara luas diproduksi dengan biaya yang relatif lebih murah, dan bersifat organik. Akan tetapi polimer konduktif memiliki keterbatasan dalam hal konduktivitas yang relatif rendah sehingga perlu dilakukan proses doping untuk meningkatkan konduktivitasnya. Pada penelitian ini dilakukan sintesis untuk menghasilkan polimer konduktif yang merupakan perpaduan polianilina dan selulosa dengan dua metoda perlakuan yang berbeda yakni menggunakan sonik dan tanpa sonik. Dari hasil analisis terhadap frekuensi, hambatan maupun konduktifitas terhadap polimer yang dihasilkan dari kedua perlakuan disimpulkan bahwa polimer yang dihasilkan dengan menggunakan sonik akan menghasilkan polimer dengan sifat konduktifitas yang lebih baik yakni 1,02x10-4dibandingkan 1,79x10-5tanpa sonik. Nilai hambatan. Kata kunci- Polimer konduktif, konduktifitas, sonik
PENGARUH 3-AMINOPROPYLTRIETHOXYSILANE TERHADAP SIFAT DAN MORFOLOGI KOMPOSIT KARET ALAM-SELULOSA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Berlian Sitorus, Mariana Bara’allo Malino, Riska Oktaviana,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 4, No 4 (2015): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 3-APTES (3-aminopropyltriethoxysilane) terhadap sifat dan morfologi  komposit karet alam berpengisi selulosa dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Variasi volume 3-APTES yang ditambahkan yaitu 0%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Standar uji yang digunakan pada uji tarik komposit adalah ISO 37 tipe 2 serta  ISO 289-1 untuk uji viskositas mooney. Berdasarkan hasil uji tarik, komposit dengan penambahan 3-APTES cenderung mengalami peningkatan kekuatan tarik, modulus elastisitas dan perpanjangan putus pada volume 5% 3-APTES. Nilai kekuatan tarik, modulus elastisitas dan perpanjangan putus sebesar 26,25 105 N/m2; 6,14 105 N/m2 dan 328%. Nilai viskositas mooney pada komposit sebelum dan setelah penambahan 3-APTES belum memenuhi standar ISO 289 sebesar 60-70 ML(1+4)100OC. Morfologi komposit berdasarkan hasil SEM menunjukkan bahwa penambahan 3-APTES menunjukkan kecenderungan kompatibilitas yang semakin baik antara filler dan matriks seiring meningkatnya kadar 3-APTES.   Kata kunci: karet alam, komposit, selulosa TKKS, 3-APTES
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ADSORBEN GAS H2S DARI ZEOLIT ALAM Berlian Sitorus, Dian Rahayu Jati, Weni Mandasari,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 3, No 2 (2014): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Zeolit alam adalah suatu mineral yang tersusun dari senyawa silika-alumina yang berbentuk kristal. Zeolit memiliki beberapa karakteristik seperti ukuran pori yang seragam serta selektivitas terhadap gas, sehingga baik untuk dimanfaatkan sebagai adsorben. Pada penelitian ini zeolit digunakan sebagai adsorben gas H2S yang berbau seperti telur busuk dan beracun pada konsentrasi tertentu. Adsorpsi gas dilakukan dengan penambahan zeolit alam tanpa dan dengan aktivasi pada variasi ketebalan adsorben yaitu 1, 2 dan 3 cm. Hal ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan adsorpsi zeolit terhadap gas H2S. Zeolit dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction, X-Ray Fluorosence dan Gas Sorption Analyzer. Hasil XRD menunjukkan zeolit alam yang digunakan adalah jenis modernit dengan munculnya puncak khas pada daerah 2θ = 22,43°, 25,73° dan 26,80°. Hasil XRF menunjukkan nilai rasio Si/Al tanpa dan dengan aktivasi meningkat dari 5 menjadi 7. Kemudian hasil analisis GSA menunjukkan luas permukaan, volume total pori dan rerata jari pori meningkat dengan proses aktivasi. Kadar gas H2S diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan metode metilen biru. Berdasarkan penelitian ini diperoleh efisiensi penyerapan adsorben zeolit alam terhadap gas H2S terbaik adalah zeolit dengan aktivasi, pada variasi ketebalan adsorben 3 cm. Efisiensi penyerapan zeolit pada ketebalan 3 cm sebesar 91,22%. Hal ini dikarenakan zeolit teraktivasi memiliki nilai kapasitas adsorpsi dua kali lebih besar dari zeolit tanpa aktivasi. Kata Kunci : Efisiensi, gas H2S, kapasitas adsorpsi, metode metilen biru, zeolit alam
SINTESIS POLIANILINA PADA MATRIKS SELULOSA SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT PADA MODEL BATERAI SEDERHANA Mariana Bara’allo Malino, Ricco Andrean William, Berlian Sitorus,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 3, No 4 (2014): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sintesis polimer konduktif polianilina pada matriks selulosa menghasilkan komposit polianilina-selulosa (PANI-selulosa) sebagai elektrolit padat telah dilakukan. Selulosa yang digunakan berasal dari hasil isolasi tandan kosong kelapa sawit melalui proses pulping dan bleaching. Komposit PANI-selulosa disintesis dengan melakukan variasi terhadap jumlah anilina, yaitu 2 g dan 4 g. Komposit PANI-selulosa dibuat dengan penambahan dopan HCl 1 M dan inisiator (NH4)2S2O8 dengan perbandingan (NH4)2S2O8 terhadap anilina yaitu 3:4. Karakterisasi komposit PANI-selulosa dilakukan menggunakan metode X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil XRD menunjukkan adanya daerah kristal polianilina yang bersifat semikristalin dan daerah amorf selulosa pada nilai 2θ = 14,87o; 19,98o; dan 25,46o serta diketahui ukuran kristal polianilina sebesar 8,22 nm berdasarkan persamaan Scherrer. Hasil SEM menunjukkan citra polianilina nanokristal berbentuk granular yang terdispersi ke serat selulosa. Komposit PANI-selulosa kemudian diaplikasikan sebagai elektrolit padat pada model baterai sederhana. Komposit PANI-selulosa dengan massa anilina 2 g dan 4 g berturut-turut menghasilkan nilai konduktivitas 0,1259-0,1422 S/cm dan 0,2342-0,3644 S/cm. Pengujian baterai dengan elektrolit padat PANI-selulosa untuk massa anilina 2 g menghasilkan tegangan 0,875-0,876 V dan arus 9,5-10,5 mA. Sedangkan untuk baterai dengan massa anilina 4 g memperoleh tegangan 1,014-1,016 V dan arus 10,5-11,0 mA.   Kata Kunci : Komposit, polianilina (PANI), selulosa, elektrolit padat
SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT KARET ALAM – SELULOSA DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN VARIASI MASSA SELULOSA Berlian Sitorus, Mariana Bara’allo Malino, Septami Setiawati,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 4, No 3 (2015): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.476 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati sifat mekanik dan morfologi permukaan komposit karet alam-selulosa TKKS dengan variasi massa selulosa. Selulosa tersebut terlebih dahulu 3-APTES ((3-aminopropil)trietoksisilane) 2% kemudian dianalisis menggunakan FTIR dan XRD. Selulosa TKKS diekstraksi melalui beberapa tahapan: proses hidrolisis, delignifikasi dan bleaching. Komposit karet alam-selulosa dibuat dengan memvariasikan massa selulosa yakni 0, 5, 10, dan 15 phr. Selulosa dari TKKS menunjukkan puncak khas selulosa pada spektrum FTIR dan difraktogram XRD. Setelah dimodifikasi dengan 3-APTES 2%, tidak terjadi perubahan signifikan pada spektrum FTIR. Difraktogram menunjukkan peningkatan intensitas pada selulosa termodifikasi 3-APTES terjadi pada 2 = 26,4375o yang disertai dengan peningkatan indeks kristalinitas dari 52,42% menjadi 64,29% dan peningkatan ukuran kristalit dari 3,17 nm menjadi 57,56 nm. Selulosa termodifikasi dicampurkan dengan karet alam dan bahan aditif lainnya untuk membentuk komposit. Hasil SEM menunjukkan adanya sisa bahan aditif vulkanisasi pada komposit bahkan karet alam-selulosa 15 phr memiliki agregat dan celah yang cukup besar. Uji tarik komposit menunjukkan bahwa karet alam-selulosa 15 phr memiliki nilai tegangan dan modulus Young tertinggi masing-masing sebesar 15,2×107 N/m² dan 1,504×107 N/m². Namun, penambahan pengisi tidak mempengaruhi nilai regangan dan perpanjangan putus. Berdasarkan perbandingan dengan beberapa SNI dan SII, nilai perpanjangan putus dari komposit telah memenuhi standar untuk dijadikan beberapa produk seperti ban dalam sepeda dan sarung tangan. Kata Kunci :  komposit karet alam-selulosa, selulosa TKKS, variasi massa selulosa, 3-APTES
PENGARUH PENAMBAHAN CaO DAN EDTA (Ethylene Daiminetetraaceetat Acid) PADA LIMBAH CAIR SAWIT DALAM PEMBENAHAN KUALITAS TANAH TERKAIT KANDUNGAN LOGAM Cu DAN Zn Berlian Sitorus, Andi Hairil Alimuddin, Hani Fitria,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 4, No 4 (2015): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah cair sawit merupakan hasil sampingan dari produksi minyak kelapa sawit yang dapat mencemari lingkungan dalam batas ambang tertentu, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan limbah cair sawit dilakukan dengan penambahan senyawa CaO 1000 ppm dan EDTA dengan variasi konsentrasi 1%, 2% , 3%. Kemudian diberi perlakuan pengocokan dan sentrifugasi, setelah itu diaplikasikan ke tanah. Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk mempertahankan kandungan logam Cu dan Zn dalam tanah agar dapat dimanfaatkan oleh tanah sebagai unsur hara mikro. Penambahan CaO berfungsi sebagai senyawa yang mengubah bentuk logam Cu dan Zn pada limbah agar dapat dimanfaatkan saat ditambahkan ke tanah. Nilai tertinggi kandungan Cu pada tanah dengan perlakuan pengocokan adalah saat penambahan EDTA 2%  yaitu 69,18 ppm. Sedangkan dengan perlakuan sentrifugasi adalah saat penambahan EDTA 1% yaitu 75,72 ppm. Nilai kandungan Zn pada tanah dengan perlakuan pengocokan tertinggi adalah saat penambahan EDTA 2% yaitu 637,50 ppm. Sedangkan dengan perlakuan sentrifugasi adalah saat penambahan EDTA 2% yaitu 254,97 ppm. Penambahan EDTA dan CaO ini tidak terlalu berpengaruh pada perbaikan kualitas tanah terkair ketersediaan logam Cu dan Zn.   Kata Kunci: CaO , EDTA, limbah cair sawit, logam Cu, logam Zn, pengolahan
ENKAPSULASI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT TERONG UNGU Berlian Sitorus, Partahi Silitonga,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 3, No 1 (2014): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pigmen antosianin kulit terong ungu memiliki beberapa aktifitas biologis yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun  demikian pigmen ini dapat rusak dengan adanya pengaruh lingkungan luar selama penyimpanan. Pada penelitian ini telah dilakukan enkapsulasi pigmen antosianin dari kulit terong ungudengan metode koaservasi menggunakan bahan penyalut maltodekstrin.Enkapsulasi ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitasnya. Kondisi optimum enkapsulasi pigmen dilakukan dengan variasi penyalut maltodekstrin (40%, 50% dan 60%) dan dengan kecepatan pengadukan 600, 700 dan 800 rpm. Penentuan efisiensi proses enkapsulasi dilakukan dengan mengukur kadar pigmen dalam enkapsulat yang dihasilkan dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimumnya 432 nm. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi optimum enkapsulasi adalah pada konsentrasi maltodekstrin50% b/v dalam pelarut pembawa dan kecepatan pengadukan 600 rpm dengan efisiensi enkapsulasi tertinggi yaitu 63,85%. Enkapsulat kemudian diuji fotostabilitasnya dengan sumber radiasi UV-C dan polikromatis. Hasil uji menunjukan bahwalaju reaksi fotodegradasi (k) dan waktu paruh (t1/2) pigmen mengikuti hukum laju reaksi orde pertama dengan konstanta laju reaksi dengan sumber radiasi UV-C 6,25 kali lebih besar (0,025) dibandingkan dengan sumber radiasi polikromatik (0,004) dan waktu paruh (t1/2) berturut-turut 27,72 jam dan 173,25 jam.   Kata Kunci :Antosianin, Enkapsulasi, Koaservasi, Maltodekstrin, Terong Ungu
SINTESIS POLIMER KONDUKTIF KOMPOSIT POLIPIROL-SELULOSA DALAM LARUTAN FeCl3.6H2O Berlian Sitorus, Pulgentius Abus, Rudiyansyah,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 2, No 2 (2013): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sintesis polimer konduktif polipirol-selulosa dilakukan melalui polimerisasi pirol dalam matrik selulosa dengan variasi massa pirol 0,5 ; 1 ; 1,5 ; dan 2 gram dalam larutan FeCl3.6H2O. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara isolasi selulosa dari tanah gambut, mensintesis, mengkarakterisasi komposit polipirol-selulosa dan mengetahui nilai konduktifitas tertinggi dari proses swelling dan tanpa swelling. Hasil analisis FT-IR menunjukan pita serapan selulosa pada daerah panjang gelombang 3425,58 cm-1(-OH), 2924,09 cm-1 (C-H), 1033,85 cm-1 (C-O-C), 1373,32 cm-1 (C-OH). Sedangkan pita serapan polipirol berada pada daerah panjang gelombang 3425,58 cm-1 (N-H), 1543,05 cm-1 (C=C), 1272,72 cm-1 (C-C), 1442,75 cm-1 (C-N). Analisis XRD menunjukan adanya pergeseran nilai 2? pada komposit polipirol-selulosa dengan proses swelling dan tanpa proses swelling yaitu dari 22,64-22,71o dan 26,62-26,64o. Komposit polipirol-selulosa bersifat semikristalin dan semikonduktor. Hasil analisis EIS menunjukan nilai konduktifitas yang paling tinggi sebesar 7,14 Scm-1 yaitu komposit dengan proses swelling pada variasi 0,5 gram pirol. Kata kunci: swelling, matrik selulosa, komposit polipirol-selulosa