Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGEMBANGAN DESAIN KOTA HIJAU KAWASAN PERMUKIMAN DI DESA TAMBAKAGUNG, KECAMATAN KALIORI, KABUPATEN REMBANG Retno Widjajanti; Wakhidah Kurniawati; Retno Susanti; Nurini Nurini; Sugiono Soetomo
Jurnal Pasopati : Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan perancangan yang menjadi lokasi dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terletak di Desa Tambakagung yang merupakan Ibukota Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. Pada kawasan perancangan terdapat beberapa hunian yang terletak di bantaran sungai dan berkembang secara organik sehingga tidak mengikuti pola jaringan jalan yang ada dan hal ini menjadi permasalahan pada kawasan perancangan. Selain itu, belum terdapat jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman untuk digunakan masyarakat setempat. Pada kawasan perancangan juga belum tersedia sistem pengolahan sampah terpadu sehingga masyarakat masih menggunakan metode pembakaran sampah secara konvensional yang dapat menimbulkan residu berupa senyawa kimia yang bersifat polutan sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup. Adanya permasalahan-permasalahan tersebut, maka perlu diadakan redevelopment dengan penataan ulang kawasan yang berwawasan lingkungan dengan menerapkan konsep green city pada kawasan perancangan dan tetap menjaga fungsi sawah sebagai lahan produktif dan tidak dilakukan alihfungsi lahan.Kata kunci : redevelopment, green city, perancangan kawasan
OMAH KALANG OMAH TRADISI, DESA KALANG DESA TRADISI (Etnografi Tradisi Sub Etnis Jawa, Kalang) Prabani Setiohastorahmanto; Sugiono Soetomo; Agung Budi Sardjono
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1012.543 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i2.41

Abstract

Abstract: Dukuh Lumbu in the village is the village Lumansari (residential) sub ethnic Javanese which is known as the Kalang of Java, they were known as the Kalang people. Group Loop has different traditions with those of Java in General, even some of the traditions are considered strange by some Java. In this article will discuss one of the traditions that are still done i.e. the tradition of Ewuh and Obong.  Both of these traditions is the result of acculturation among the cultural community who had formerly lived on the island of Java, then came the Hindu culture which came from India. Until now, both of these traditions are still carried out by the Circuit as a form of respect for their ancestors. This tradition has a context with their settlement which they refer to as the village of Kalang, similarly to their occupancy is referred to as the House Has.  Javanese traditional House, a House has the traditional Javanese generally inhabited by communities who have the strata below the nobility or priyayi. The House Has this become part of the lives of Kalang Kalang tradition.  Then the munculah questions, namely: 1) How the tradition of the Loop is executed in the context of the House has the traditional context and the settlements?; 2) what is the meaning of Kalang traditions in everyday life people Kalang? Through the deductive paradigm and using the techniques of Ethnography, found the answer to that is: 1) Has traditional houses as a container that traditionally have a philosophy of life for people in the context of the settlement while the Circuit of the village is the village of Kalang The tradition; 3) Kalang Tradition as a form of Thanksgiving to ancestors and beg protection from ghosts of the ancestors are believed to still continues to maintain village life. Keyword: Loop, it has, Obong, Ewuh Abstrak: Dukuh Lumbu yang ada di Desa Lumansari merupakan desa (tempat hunian) sub etnis Jawa yang dikenal dengan nama Kalang, mereka merupakan orang Jawa yang dikenal dengan sebutan orang Kalang. Kelompok orang Kalang ini memiliki tradisi yang berbeda dengan orang Jawa secara umum, bahkan beberapa tradisi dianggap aneh oleh sebagian orang Jawa. Dalam tulisan ini akan membahas salah satu tradisi yang masih dilakukan yaitu tradisi Ewuh dan Obong.  Kedua tradisi ini merupakan hasil akulturasi antara budaya masyarakat yang telah dahulu hidup di Pulau Jawa kemudian datang kebudayaan Hindu yang berasal dari India. Hingga saat ini kedua tradisi ini masih dilaksanakan oleh orang Kalang sebagai bentuk penghargaan terhadap leluhur. Tradisi ini memiliki konteks dengan pemukiman mereka yang mereka sebut sebagai desa Kalang, demikian pula dengan hunian mereka yang disebut sebagai rumah Limasan.  Rumah tradisional Jawa Limasan, sebuah rumah tradisional Jawa yang umumnya dihuni oleh masyarakat yang memiliki strata dibawah bangsawan atau priyayi. Rumah Limasan ini menjadi bagian dari kehidupan orang Kalang dengan tradisi Kalang.  Maka munculah pertanyaan yaitu: 1) Bagaimana tradisi Kalang tersebut dilaksanakan dalam konteks rumah tradisional Limasan dan konteks permukiman?; 2) apa makna tradisi Kalang dalam kehidupan sehari-hari orang Kalang?  Melalui paradigma deduktif dan menggunakan teknik etnografi, ditemukan jawaban yaitu: 1) Rumah tradisional Limasan sebagai wadah yang secara tradisi memiliki filosofi kehidupan bagi orang Kalang sedangkan dalam konteks permukiman desa Kalang adalah desa Tradisi; 2) Tradisi Kalang sebagai  bentuk ucapan syukur kepada leluhur dan mohon perlindungan dari arwah leluhur yang diyakini masih terus menjaga kehidupan desa.Kata Kunci: Kalang, Limasan, Obong, Ewuh
THE SHIFTING OF ISLAMIC HERITAGE FROM EDUCATION CENTER TO WORSHIP TOMB (THE EFFECT OF THE POLITICAL POLICY) Indrawati Indrawati; N Nurhasan; Sugiono Soetomo
Journal of Islamic Architecture Vol 7, No 1 (2022): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jia.v7i1.15127

Abstract

Many Islamic heritages are not well maintained. This condition also occurs in the Ki Ageng Majasto cemetery, an Islamic heritage site near Surakarta City, Central Java. The function of the area has changed, from the education area in the early time into the Worship Tomb in the present. Therefore, it is important to investigate to find out: (1) Why there was a shift in the function of the area (from an educational area to a worship tomb); (2) what factors influenced it; and (3) What the impact on the regional constellation is. The systematic steps of the grounded research approach are used in this research. After the analysis carried out, it was discovered that the shifting function from the Education area to the Worship Tomb in Majasto Village occurred: (1) when KAM, which functions as the Islamic guardian, has died; (2)  The influence of political factors are dominated in the past (The Pajang I King) although the present governments are Sukoharjo Regency and Majasto Village Government; (3)  The changing of function has its implications for the development of the functions of area and agglomerations as well as regional constellations. This finding provides direction on the importance of documenting historical information in determining regional/urban planning policies.