Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Tingkat Kritis Intensitas Cahaya Relatif Lima Genotip Kacang Hijau (Vigna radiatus L.) Titik Sundari; , Soemartono; , Tohari; W. Mangoendidjojo
Indonesian Journal of Agronomy Vol. 33 No. 3 (2005): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.267 KB) | DOI: 10.24831/jai.v33i3.1262

Abstract

The aim of this experiment was to determine the critical relative light intensities (RLI) level of mungbean. The critical level was determined by 50% decreasing of grain yield. The experiment was conducted at the ILETRI (Indonesian Legume and Tuber Crops Research Institute), Malang, from February to May 2004. Five genotypes of mungbean, i.e. VC2768B, Kenari, Local Wongsorejo, Nuri and MLG 431 were grown in  four relative light intensities (RLI) levels, respectively 100%, 75%, 50% and 25%, that were prepared before planting with artificial shading. The experimental design was a randomized complete block with three replicates. The results showed that reducing RLI increased specific leaf area, but decreased leaf number, leaf area, leaf, stem and root dry weight, as well as pod number, pod dry weight and grain yield per plant. Reducing RLI from 100% to 75%, 50% and 25% did result in 15%, 56% and 71% decreased grain yield of mungbean. The critical level of RLI on mungbean was 48% or was found at 52% shading.   Key words: Vigna radiatus L., genotype, critical level, relative light intensities, growth, yield
Anatomi Daun Kacang Hijau Genotipe Toleran dan Sensitif Naungan Titik Sundari; , Soemartono; , Tohari; W. Mangoendidjojo
Indonesian Journal of Agronomy Vol. 36 No. 3 (2008): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.014 KB) | DOI: 10.24831/jai.v36i3.1380

Abstract

The research to study the leaf anatomy of tolerant and sensitive mungbean genotypes to shading was conducted at Research Station of the Indonesian Legume and Tuber Crops Research Institute (ILETRI) from September to December 2004. Nine tolerant genotypes to shading including MMC 87 D-KP-2, MLG 369, MLG 310, MLG 424, MLG 336, MLG 428, MLG 237, MLG 429 and VC2768B and three sensitive genotypes including Nuri, MLG 460 and MLG 330 were tested in two shading levels, i.e., 0% (control) and 52% using randomized complete block design with three replications. The results showed that the leaves of tolerant genotypes have fewer thrichomes, thicker leaves, thinner epidermis cells, longer palisade tissues and greater number of stomata than those of sensitive genotypes when  planted under shading condition.   Key words: Mungbean, leaf anatomy, tolerant, sensitive, shading
Penilaian Parameter Genetik Beberapa Kultivar Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) dengan Persilangan Dialel , Sudjindro; , Soemartono; Wuryono M. D.
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6614

Abstract

Untuk menilai sifat-sifat dominan kultivar unggul kenaf dibuat persilangan dialel lengkap terhadap empat tetua Hc33, Hc48, Hc62, dan G4. Dalam percobaan ini digunakan rancangan percobaan acak kelompok lengkap dengan tiga ulangan. Metode Hayman (1954) seperti yang diuraikan oleh Singh dan Chaudhary (1979) digunakan untuk analisisnya. Percobaan ini dilaksanakan di kebun percobaan Balittas Muktiharjo, Pati, Jawa Tengah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa galur G4 mengandung gen dominan nisbi lebih banyak untuk sifat tinggi tanaman dan diameter batang, sedang Hc62 mengandung gen dominan nisbi lebih banyak untuk sifat umur berbunga, dan Hc33 memiliki nisbi lebih gen dominan yang mengendalikan sifat hasil serat. Sebaliknya Hc48 mengandung nisbi lebih banyak gen resesif untuk sifat-sifat lainnya. Taksiran nilai heritabilitas arti sempit untuk sifat umur berbunga dan hasil serat cukup besar, sedang heritabilitas arti sempit untuk sifat tinggi tanaman dan diameter batang bernilai sedang.
Kendali Genetik Ketahanan Kedelai terhadap Penyakit Virus Kerdil (Soybean Stunt Virus) , Asadi; , Soemartono; Woerjono M.; Jumanto H.
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6783

Abstract

Studi genetika ketahanan kedelai terhadap penyakit kerdil kedelai (SSV) dilakukan di kurungan kawat Balitbiogen, Bogor pada tahun 2001–2002. Genotipe kedelai B3570 dan Mlg2521 digunakan sebagai tetua tahan; Taichung sebagai tetua agak tahan, sedangkan Wilis dan Orba sebagai tetua rentan. Dari persilangan tetua tahan dengan rentan diperoleh 6 kombinasi persilangan. Pengaruh induk betina (maternal effect) dalam penurunan sifat ketahanan terhadap SSV diidentifikasi dengan melihat reaksi ketahanan pada tanaman F1 dan resiprokalnya melalui uji t. Benih tetua, F1, dan F2 dengan populasi berturut-turut 20 biji, 20 biji, dan 200 biji, masing-masing ditanam dalam pot berisi 4 kg tanah. Seminggu setelah tanam, seluruh tanaman uji diinokulasi dengan SSV strain J. Seminggu setelah inokulasi, setiap daun tanaman uji diambil untuk dideteksi dengan metode Dot Blot-ELISA. Skoring tingkat ketahanan diamati berdasarkan tampilan warna setiap sampel pada permukaan membrane nitroselulose dari hasil analisis Dot Blot- ELISA dengan skor 0–4. Berdasarkan angka skor ketahanan terhadap SSV pada populasi P1, P2, F1 dan F2 dapat diketahui, nilai heritabilitas, kesesuaian nisbah genetik, jumlah gen ketahanan, dan allelisme antar tetua tahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh tetua betina terhadap pewarisan sifat ketahanan terhadap SSV. Sifat ketahanan pada ketiga genotipe B3570, Mlg2521, dan Taichung dikendalikan oleh gen yang berbeda. Ketahanan pada B3570 bersifat dominant dan monogenic, dikendalikan oleh gen tunggal. Ketahanan pada Mlg2521 juga bersifat dominan, tetapi dikendalikan oleh dua gen yang terletak pada lokus berbeda dan berinteraksi duplikat resesif epistasi. Ketahanan Taichung bersifat resesif, dikontrol oleh dua gen yang terletak pada lokus berbeda dan berinteraksi duplikat resesif epistasi. Kemungkinan model genotipe pada tetua tahan B3570 adalah V1V1; pada Mlg2521 adalah V2V2V3V3, sedangkan pada Taichung adalah v4v4v5v5, Hasil penghitungan nilai heritabilitas mengindikasikan bahwa factor genetik lebih berperan dalam mpewarisan sifat ketahanan terhadap SSV.
Interaksi GXE, Adaptabilitas dan Stabilitas Galur-galur Kedelai dalam Uji Multilokasi Abd. Kadir Djaelani; , Nasrullah; , Soemartono
Zuriat Vol 12, No 1 (2001)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v12i1.6684

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi G × E, adaptabilitas dan stabilitas dari berbagai galur yang diuji pada berbagai lokasi. Bahan penelitian terdiri dari 43 galur kedelai hasil pemuliaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung dan varietas Wilis sebagai acuan. Pengujian dilakukan oleh kelompok peneliti Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dan penulis yang dilaksanakan pada musim tanam 1992/1993 di tujuh lokasi (lingkungan), dua kali musim tanam di Kabupaten Majalengka (l1) dan (l2), dan di Kabupaten Cirebon (l3) dan (l4), dan satu kali tanam di Kabupaten Sumedang (l5) dan Kabupaten Bandung (l6) serta di Kabupaten Kupang (l7). Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan di Kabupaten Kupang dan dua ulangan di Kabupaten lainya. Ukuranpetak percobaan 4 m × 2 m dengan jarak tanam 40 cm × 10 cm, tiap lubang tanam ditumbuhkan satu tanaman dan ketentuan kultur teknik lainnya disesuaikan dengan anjuran budidaya tanaman kedelai. Hasil pengamatan berat biji kering dikonversi untuk per satuan luas (t ha-1). Uji Barletts digunakan dalam menguji homogenitas varians galat dalam analisis gabungan dan hanya lokasi-lokasi yang mempunyai varians galat homogeny yang digunakan dalam analisis selanjutnya. Untuk menguji stabilitas menggunakan analisis regresi model Eberhart dan Russell (1966). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) mendasarkan pada pendekatan regresi dan simpangan regresi semua galur, kecuali galur 29 dan 37 berbeda nyata. Adapun koefisien regresi dari kedua galur tersebut tidak sama dengan satu. Berarti semua galur berinteraksi dengan lingkungan, dan (2) dengan mengesampingkan simpangan regresinya, galur 26 beradaptasi pada semua lingkungan, galur 21, 39, 10, 40, 20, 38, 16, 44, 34, 9, 11, dan galur 13 beradaptsi pada lingkungan yang menguntungkan (l3 dan l6,) selanjutnya galur 1, 3, 6, 14, 18, 22, 23 beradaptasi pada lingkungan yang marginal (l2) dan galur 35 pada lingkungan l5. Sedangkan galur 2, 4, 5, 7, 8, 12, 17, 19, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 37, 41, 42, dan 43 beradaptasi buruk di semua lingkungan.
Analisis Dialel Ketahanan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Penyakit Layu Bakteri Ralstonia solanacearum Novita N.; , Soemartono; W. Mangoendidjojo; M. Machmud
Zuriat Vol 18, No 1 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i1.6738

Abstract

Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum merupakan penyakit penting di sebagian besar areal tanam kacang tanah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari genetika ketahanan terhadap R. solanacearum yang terdapat pada hasil silang dialel lengkap tiga genotip kacang tanah tahan (Turangga, lokal Pati, ICGV 93370) dan satu genotip kacang tanah rentan (Chico). Penelitian dilaksanakan di rumah kaca di Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian pada tahun 2004−2005. Enam belas genotip (empat tetua dan enam F1, dan enam F1r) ditata dalam rancangan acak-acak kelompok yang diulang tiga kali. Setiap genotip ditanam 30 pot, dua tanaman per pot. Tanah yang digunakan sebagaimedia tumbuh disterilisasi secara kimiawi dengan fumigant Dazomet. Inokulum diberikan pada tanah yang telah disterilisasi, kemudian diinkubasi selama tiga hari. Bakteri R. solanacearum yang digunakan adalah hasil isolasi dari tanaman kacang tanah terinfeksi asal daerah Pati, Jawa Tengah. Respon ketahanan diamati pada umur 21 hari menggunakan skor dalam skala 0−5 (0=tidak ada gejala layu, 5 ³ 90% daun layu). Data generasi F1 dan tetua dianalisis menurut metode Griffing (1956) dan Jinks-Hayman (1954). Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pengaruh resiprok maupun daya gabung khusus. Ketahanan pada generasi F1 ditentukan oleh daya gabung umum (DGU) tetua yang digunakan dalam silang dialel ini. Turangga mempunyai daya gabung umum terbaik karena mempunyai nilai pengaruh DGU negatif terbesar diantara tetua yang digunakan. Analisis grafis varians-peragam (Wr-Vr) menunjukkan bahwa gen ketahanan terhadap R. solanacearum bersifat aditif dan dominan tidak lengkap. Heritabilitas arti sempit maupun arti luas tergolong tinggi, masing-masing 91.0% dan 93.7%. Aksi gen aditif dan heritabilitas yang tinggi memberikan peluang keberhasilan untuk isolasi galur tahan bakteri layu di dalam populasi yang digunakan dalam penelitian ini melalui seleksi pedigri.