Anak Agung Istri Wulan Krisnandari D
Fakultas Kesehatan Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali.

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

THE READINESS OF NURSES IN PROVIDING PALLIATIVE CARE IN BALI Anak Agung Istri Wulan Krisnandari D; Ni Made Sri Rahyanti
Journal of Islamic Nursing Vol 6 No 1 (2021): Journal Of Islamic Nursing
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/join.v6i1.21990

Abstract

The number of palliative care increases over time. Nurses have the biggest regulations in providing palliative care, because of that the readiness of nurses is an important thing in a palliative care setting. This study aimed  to determine the readiness of nurses in providing palliative care. This research design was descriptive with cross sectional approach. There were four variables measured in this study such as knowledge, capability, willingness, and resilience of nurses in providing  palliative care. The questionnaires were used in data collection. The number of samples in this study were 375 nurses. Tthe results showed that nurses still had less and varied knowledge about palliative care (median 9; variant 6.4). In this study, it was also found that nurses had the capability (median 6; variant 5.5), willingness (median 5; variant 0.8) and resilience (median 3; variant 0.5) in providing palliative care. The readiness of nurses in providing palliative care must be well prepared to improved quality and quantity of palliative care.Keywords: Readiness, Nurses, Palliative Care
GAMBARAN PENGETAHUAN, SELF-EFFICACY, DAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR Anak Agung Istri Wulan Krisnandari D
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 3 No. 2 (2019)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.563 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v3i2.165

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Demam Berdarah (DB) hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama di masyarakat, dimana pengendalian vektor tetap menjadi pilihan utama sebagai upaya pencegahannya. Siswa sekolah dasar merupakan salah satu sektor yang efektif untuk diikutsertakan dalam upaya pencegahan demam berdarah. Hanya saja sebelum melibatkan siswa, perlu diketahui sejauhmana pengetahuan, efikasi-diri, dan perilaku siswa dalam melakukan pencegahan demam berdarah. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 299 siswa kelas lima di enam sekolah dasar yang berada di wilayah Desa Panjer dan Sesetan. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan “Kuesioner Demam Berdarah”, yang terbagi menjadi: 1) karakteristik responden (8 item); 2) pengetahuan tentang demam berdarah (12 item); 3) efikasi diri untuk melakukan pencegahan demam berdarah (6 item); dan 4) perilaku pencegahan demam berdarah (5 item.). Hasil: Terkait pengetahuan, mayoritas siswa mengetahui tentang vektor (72%) dan karakteristik vektor penyebab demam berdarah (94%). Untuk efikasi-diri, mayoritas siswa (≥50%) menjawab yakin bahwa mereka dapat melakukan tindakan pencegahan demam berdarah. Sedangkan untuk perilaku, terdapat sekitar 20-50% responden yang tidak melakukan tindakan pencegahan demam berdarah. Kesimpulan: Masih diperlukan adanya kegiatan pendidikan kesehatan tentang demam berdarah bagi siswa sekolah dasar, yang tidak hanya berfokus pada pemberian informasi, namun juga meningkatkan efikasi-diri dan perilaku siswa dalam melakukan tindakan-tindakan pencegahan.Kata Kunci: pengetahuan, efikasi-diri, perilaku, demam berdarahABSTRACTBackground: Dengue Fever is still a major health problem in the community, whereas vector control remains as the main effort to prevent it. Elementary school students is one of the effective sectors that should be included in dengue prevention program. However, before involve them in the program, it is necessary to know their knowledge, self-efficacy, and behavior regarding dengue prevention. Method: This study used descriptive design, with cross-sectional approach. The sample in this study was 299 fifth grade students in six elementary schools that located in Panjer and Sesetan villages. Data in this study were collected using “Dengue Fever Questionnaire”, which was divided into: 1) respondent characteristics (8 items); 2) knowledge of dengue fever (12 items); 3) self-efficacy to do dengue prevention (6 items); and 4) behavior to overcome dengue fever (5 items). Results: Regarding knowledge, most of students know about dengue’s vector (72%) and vector’s characteristic (94%). For self-efficacy, majority of students (≥ 50%) believe that they can take action to against dengue. As for behavior, around 20-50% of students didn’t take action to prevent dengue. Conclusion: There is still a need for dengue health education for elementary school students, which not only depend on providing information, but also increase self-efficacy and student’s behavior to do dengue preventing action. Keyword: knowledge, self-efficacy, behavior, dengue fever
Pengetahuan kepala rumah tangga tentang Third-Hand Smoke (THS) dan keluhan pernapasan pada anak Gst. Kade Adi Widyas Pranata; Anak Agung Istri Wulan Krisnandari Dalem
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v15i2.3526

Abstract

Householder knowledge regarding third-hand tobacco smoke exposure and respiratory complaints in children Background: Third-hand smoke (THS) is very dangerous, especially for children because of its content, properties, and the ability to last a long time on the surface of objects for months. Parents or families do not seem to care and know this hidden danger since they think as long as they do not smoke in front of their children, it means there is no problem.Purpose: To identify the householder knowledge regarding third-hand tobacco smoke exposure and respiratory complaints in childrenMethod: This descriptive survey research with a cross-sectional approach was carried from August to November 2020 with householders of active smokers. The sampling technique was cluster sampling with a sample size of 561 respondents. The research instrument used the "Parent and Family Behavior Questionnaire against THS". Descriptive data analysis using SPSS 20 for Windows.Results: Most of householders with active smokers had poor knowledge of THS by 451 respondents (80.4%), respiratory complaints in children were reported in 475 (84.7%) cases and the correlation between knowledge of householders about THS and respiratory complaints in children obtained p-value 0.000Conclusion: Most of householders with active smokers had poor level of knowledge about THS and a significant relationship with respiratory complaints in childrenKeywords: Knowledge; Householder; Third-Hand Smoke; Respiratory Complaints; ChildrenPendahuluan: Third-hand smoke (THS) sangatlah berbahaya terutama bagi anak-anak karena kandungan, sifat dan kemampuan bertahan lama pada permukaan benda hingga berbulan-bulan. Orang tua ataupun keluarga tampaknya tidak cukup peduli dan mengetahui bahaya tersembunyi ini sejak mereka menganggap selama tidak merokok di depan anak, itu berarti tidak ada masalah.Tujuan: Untuk mengidentifikasi pengetahuan kepala rumah tangga tentang paparan THS dan keluhan pernapasan pada anak-anakMetode: Penelitian survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional ini dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2020 terhadap kepala rumah tangga yang merupakan perokok aktif. Teknik pengambilan sampel adalah cluster sampling dengan jumlah sampel 561 responden. Instrumen penelitian menggunakan “Kuesioner Perilaku Orang Tua dan Keluarga Terhadap THS”. Analisis data deskriptif menggunakan SPSS 20 for Windows.Hasil: Sebagian besar kepala rumah tangga perokok aktif memiliki pengetahuan buruk tentang THS sebesar 451 responden (80.4%), keluhan pernapasan pada anak dilaporkan terdapat 475 (84.7%) kasus dan korelasi antara pengetahuan kepala rumah tangga tentang THS dengan keluhan pernapasan pada anak diperoleh p-value 0.000Simpulan: Sebagian besar kepala rumah tangga yang merupakan perokok aktif memiliki tingkat pengetahuan buruk tentang THS dan memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan pernapasan pada anak 
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PERAWATAN PALIATIF Anak Agung Istri Wulan Krisnandari D; Ni Made Sri Rahyanti
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol. 9 No. 2 (2022): Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/jks.v9i2.157

Abstract

Tujuan: Perawatan paliatif merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang berkelanjutan, dimana pemberiannya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit terminal dan mengancam nyawa. Dalam pelaksanaannya, kesiapan perawat dalam memberikan perawatan paliatif menjadi salah satu faktor penting perlu dipersiapkan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memberikan perawatan paliatif, serta hubungan diantara keduanya. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional, dengan jumlah sampel 375 orang perawat yang bekerja di rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, dimana data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji Spearman-Rho. Hasil: Hasil analisis dari 375 orang responden, didapatkan bahwa mayoritas perawat memiliki pengetahuan yang kurang terkait perawatan paliatif (88,8%), namun sebagian besar perawat merasa  mampu untuk memberikan pelayanan paliatif (58,1%). Hasil uji Spearman-Rho, didapatkan nilai p-value < 0,05, yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memberikan perawatan paliatif. Simpulan: Masih diperlukan upaya-upaya peningkatankesiapan perawat (pengetahuan dan kemampuan) dalam memberikan perawatan paliatif.
Self Care Agency Pada Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa Ni Kadek Sriasih; Anak Agung Istri Wulan Krisnandari D; Ni Made Sri Rahyanti; Ni Wayan Erviana Puspita Dewi
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 7 No. 2 (2023)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37294/jrkn.v7i2.524

Abstract

Latar Belakang: Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya secara signifikan mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, sosial dan emosional dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terjadi pada kelompok anak (orang yang sangat muda), orang yang sakit atau orang yang cacat. Hal ini menjadi salah satu perhatian khusus perawat tentang kemampuan perawatan diri pada anak berkebutuhan khusus. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care agency) pada anak pada anak berkebutuhan khusus. Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode descriptive cross sectional. Penelitian dilakukan pada Juli - September 2022 di 2 SLB Negeri di Bali. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah orang tua pada anak berkebutuhan khusus yang tercatat aktif sebagai siswa di SLB Negeri 1 dan SLB Negeri 3 Denpasar. Menggunakan metode purposive sampling, sampel yang digunakan berjumlah 111 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner self care agency. Data kemudian dianalisis dengan uji analisis deskriptif. Hasil: dari 111 responden sebanyak 86 orang (77,5%) kemampuan melakukan perawatan diri (self care agency) dalam  kategori baik, kategori cukup sebanyak 17 orang (15,3%) dan kategori kurang sebanyak 8 orang (7,2%). .  Kesimpulan: Kemampuan perawatan diri (self care agency) pada anak berkebutuhan khusus dalam pemenuhan kebutuhan dasar mayoritas kategori kemampuan yang baik, namun masih ada anak dengan kemampuan cukup dan kurang. Oleh karena itu dibutuhkan upaya dalam peningkatan kemandirian anak berkebutuhan khusus.  Kata Kunci: Anak berkebutuhan khusus, kemandirian, Perawatan diri